Memang betul bahwa per-10 itu untuk gereja.
Yang saya ketahui, ada gereja2 yang membentuk yayasan. Lalu yayasan itu mulai mendirikan sekolah-sekolah. Sekolah-sekolah top yang banyak cabangnya seperti BPK Penabur, IPEKA, Tunas Bangsa merupakan produk yayasan2 tersebut.
Jadi, dana sekolah itu
pada awalnya memang didanai dari per-10 itu. Namun setelah sekolah berkembang, mereka menggunakan dana mandiri dari hasil uang sekolah dll. Sama seperti bisnis2 lainnya, membangun sekolah itu bertujuan untuk mencari untung. Setelah meraup untung, maka hasilnya digunakan lagi untuk keperluan yayasan lainnya.. Dengan kata lain, sekolah dijadikan
income generator untuk yayasan.
Nah, kalau kita ingin melakukan hal yang sama maka banyak yang perlu dibenahi. Mulai dari perencanaan, pendanaan, pembangunan, dan pemeliharaan. Biasanya yang saya lihat, kelemahan kita adalah pada pemeliharaan (
maintanance). Coba saja lihat pada pembangunan vihara2. Bikin rencana jago, cari dana bisa, bikin bangunannya juga beres. Tapi setelah itu? Hanya sedikit yang bisa bertahan lama.. Seperti itu pula yang terjadi pada satu sekolah Buddhis yang baru2 ini tutup karena kekurangan murid.
Kesimpulan saya, masalah utama bukan pada pendanaan. Namun pada minimnya
SDM yang peduli pada pendidikan untuk
memelihara dan juga memajukannya.
Bagaimana pendapat yang lain? Mari kita berdiskusi..