//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - calon_arahat

Pages: [1] 2
1
Keluarga & Teman / kehidupan lampau-skrg
« on: 16 April 2012, 07:55:20 PM »
ada pasangan yg menurut org yg bisa melihat nasib, selalu menikah dan berakhir dengan bercerai dalam banyak kehidupan lampau. oleh karena itu oleh peramal dianjurkan untuk berganti pasangan lain sbg upaya preventif karena menurut peramal di garis hidupnya sudah ditakdirkan bercerai. menurut teman2 sekalian:
1. apakah jika di garis hidup ditakdirkan bercerai, dengan berganti pasangan maka pasti tidak akan mengalami perceraian lagi di kehidupan ini?
2. jika hal ini sudah terjadi di banyak kehidupan lampau, maka kemungkinan dalam kehidupan mendatang akan terjadi lagi bukan? adakah upaya untuk memutus rantai agar tidak terjadi di kehidupan mendatang?
3. apakah jika tetap bersikeras menikahi pasangan tersebut pasti bakal berujung bercerai lagi dalam kehidupan ini?
mohon pencerahan

2
Mau tanya pd yg mengerti otomotif..
Gw kan pake mobil transmisi automatic.. Nah, klo di traffic light lebih baik gw pindahkan ke N ato menginjak rem terus? mana yg sebenarnya lebih baik buat mobil spy awet, ga cepat rusak..

3
Keluarga & Teman / mslh dgn teman
« on: 07 June 2009, 10:34:24 PM »
begini..tmn2 kul gw hampir semuanya agama tetangga,krn gw kul di univ negeri..lama2 mulai timbul mslh..
yg agama k***n mnrt gw pd fanatik,sejak gw pertama kul sering adain acr spt doa pagi,sharing,mcm2,gw krg hafal,dan sering mengajak yg beragama lain..krn di univ gw k***n&k***k sama2 minoritas,ketika membuat acr mrk sering mengundang yg agama k**k,bhkan yg agama buddha krn sgt minoritas jg diundang,mgkn mrk pikir sekalian diundang..tp mrk undangnya agak2 maksa gt,klo g dtg ditny alasannya knp..awal2 gw alasan capek,ada urusan UKM Buddha,dll,akhrnya lama2 mrk agak menyerah..krn Buddhist sgt minoritas(cm 1%),gw usahakan g menyinggung mrk,krn wkt gw br msk kan mencari teman..jd gw menolaknya dgn halus..
tp pd akhrnya pd saat anak2 angktnku pd menjd pengurus sie kerohanian k***n,gw sempat terkucil sih,akhrnya gw sempat putuskan jalan sendiri,tnp bersm teman2 yg dkt..klo gw dgn anak2 k***k yg agak krg fanatik emg sejak awl krg dkt..
yg jd mslh akhir2 ini krn kt sering pergi2,jalan2 bareng,mrk jg udah g jd pengurus,lama2 hub pertemanan kt mulai menguat..yg jd mslh,gw mulai sering diajak ikt acr k***n,bhkn yg menyebalkan kdg ada motif terselubung,cthnya barusan tmn gw agm k***n ultah di rmhnya,gw jg diundang,ternyata di acr ultahnya cm persekutuan,sharing,sls br makan2..gw ngerasa gmn gt ikt persekutuan,nyanyi2,gw ga ikt nyanyi sih krn merasa ga sreg..jg akhr2 ini gw sering dpt sms ayat2 alkitab..trus dlm pembicaraan ato klo ada tmn yg curhat mslh, mrk suka ngmg "kehendak T***n",dsb pokoknya ajaran agamanya..gw merasa krg comfortable,jd kebykan gw cm mendgr aja..gw jg ga suka cerita2 ke mrk krn tanggapannya spt itu..kdg gw merasa mrk menyebalkan bgt ngomongin agama mrk terus..gw sendiri ga pernah membahas agama gw sm mereka(sadar kalah jumlah),kec klo mrk bertanya,tp itu jarang sekali..mnrt gw sehrsnya pertemanan dgn agama hrs bisa dibedakan,jgn berteman dgn umat lain trus bhs agm terus..gw merasa mrk ada maksud mengK***nisasi gw..
sdr2 sekalian ada ide bgmn sehrsnya gw bersikap dlm situasi ini?krn gw pernah mengasingkan diri,jdnya malah klo ada pengumuman apa2 gw g tau krn g ada yg memberi tahu..ada brg br gw g tau..jd gw perlu berteman dgn mrk..

4
Buddhisme untuk Pemula / Pekerjaan sebagai dokter
« on: 10 April 2009, 09:30:02 PM »
Bagaimana pendapat rekan2 sekalian mengenai profesi sebagai dokter?
klo dipikir2 menurut logika, profesi dokter itu menawarkan 2 manfaat:
1. menolong orang lain, hal ini berarti berbuat karma baik
2. mendapat imbalan uang sebagai balasan atas jasa yg diberikan
berarti kan dapet double keuntungan?? berbuat karma baik yang nantinya akan menghasilkan buahnya + mendapat bayaran (uang)
tp ada lagi yg bilang "dokter itu nyari uangnya dari orang sakit", krn kebanyakan orang klo udah sakit baru ke dokter.. jd ada yg kurang senang dgn profesi dokter dengan berpendapat "masa orang udah sakit disuruh membayar" (kesannya seolah2 menambah beban bagi orang sakit: udah habis uang beli obat, periksa macem2, eh harus tambah bayar dokter)
mnrt rekan2 sekalian bagaimana? bagaimana klo ditinjau dari sudut pandang Dhamma?

5
Kesehatan / Kesehatan Gigi
« on: 28 February 2009, 12:05:00 AM »
Yg punya pertanyaan seputar kesehatan  gigi...
Ato yg punya masalah dengan giginya..
Silahkan tanya di sini..
Sekarang udah ada kehadiran beberapa calon dokter gigi di forum ini :)

Klo yg punya masalah dan kebetulan kasusnya cocok dengan kasus pasien yg dicari mereka, ntar bisa dijadikan pasien oleh mereka..
kasihan tuh, lihat perjuangan mereka mencari pasien..

6
Diskusi Umum / Cara orang sibuk menjalankan Dhamma dengan baik
« on: 25 February 2009, 08:54:42 PM »
Semakin seorang sibuk dengan pekerjaannya, semakin sedikit ia memiliki waktu untuk melakukan hal2 lain, termasuk yg berhubungan dengan Dhamma, misalnya: baca Paritta, meditasi, membaca buku2 Dhamma, mendengarkan Dhamma, dan hal ini tentu bisa mengakibatkan orang tsb lupa dengan Dhamma, jadi dalam kehidupan sehari-hari bisa melenceng dari Dhamma. Karena baca Paritta bisa lebih mengingatkan kita tentang pedoman hidup, mis: di Mangala Sutta ada disebut tidak bergaul dengan orang bodoh, dsb. Ketika membaca Paritta itu tentu saja kita akan diingatkan supaya hidup sesuai dengan Dhamma. Kalo ga baca Paritta, ga mendengar/membaca Dhamma, apalagi ditambah ga ada orang yang mengingatkan kalo sudah melenceng dari Dhamma, tentu saja orang yg sibuk mudah hidup melenceng dari Dhamma. Kalo seseorang sangat sibuk, bagaimana seharusnya orang tersebut bisa tetap hidup selaras dengan Dhamma? Ada yg ingin memberi pendapat/berbagi pengalaman
Terima kasih _/\_

7
Kesehatan / Imejing “Stroke” Terkini
« on: 20 February 2009, 10:37:25 PM »
Imejing “Stroke” Terkini
Paulus Rahardjo, consultant radiologist RS MITRA KELUARGA SURABAYA

Pendahuluan
Diagnosis menentukan terapi. Terapi menentukan kesembuhan. Itulah sebabnya
teknologi radiologi diagnostik terus mencari modalitas pemeriksaan radiologi yang
tidak saja dapat membuat diagnosis stroke yang lebih akurat, tetapi juga lebih cepat
dan menghasilkan informasi tambahan yang sangat dibutuhkan untuk metode terapi
yang terkini.
CT scan
CT scan sudah menjadi tulang punggung untuk imejing stroke sejak awal. Selain
mendeteksi stroke, CT dapat menyingkirkan kemungkinan adanya kelainan lain yang
gejalanya menyerupai infarct seperti perdarahan, infeksi, tumor dan malformasi
vaskuler.
Kemajuan teknologi berupa pertambahan jumlah baris detektor dari satu menjadi
enampuluh empat- bahkan lebih- meningkatkan akurasinya dengan meningkatnya
resolusi (gambar lebih tajam). Dengan multiple row detectors, waktu pemeriksaan
jauh lebih singkat. Hal ini memungkinkan pemeriksaan pada penderita yang tidak
bisa tenang. Peningkatan kemampuan workstation untuk melakukan postprocessing,
menambahkan gambar irisan aksial dengan gambar-gambar irisan
coronal dan sagittal untuk konfirmasi lesi-lesi kecil.
Memang tidak semua lesi infarct dini terdeteksi oleh CT scan khususnya 6 jam
pertama setelah onset, tetapi ada tanda-tanda akibat edema sitotoksik -bagian dari
patofisiologi infarct- yang dapat menjadi tanda dini, seperti insular ribbon sign dan
kekaburan struktur anatomis basal ganglia. Khusus pada infarct karena oklusi arteri
cerebri media dapat ditemukan tanda berupa opasitas pada arteri cerebri media
yang tampak pada CT scan.
Pengobatan infarct dengan obat trombolitik dalam waktu tiga sampai enam jam
setelah onset menjanjikan hasil yang baik, tetapi bila area yang terkena sudah lebih
dari sepertiga area teritori arteri cerebri media, maka hasilnya terbukti lebih buruk.
Jadi menentukan luas area stroke sebelum pengobatan trombolitik menjadi sangat
penting.
Dengan hadirnya MRI dengan sensitifitas dan spesifisitas yang lebih tinggi, CT
masih menjadi andalan pemeriksaan stroke karena beberapa alasan, antara lain
ketersediaannya, kemudahannya membedakan infarct dan perdarahan,
kemampunya menentukan luas lesi dan menyingkirkan kemungkinan adanya faktor
non vaskular yang menyebabkan gejala dan tanda yang menyerupai stroke.
Dalam situasi gawat darurat, CT scan menguntungkan karena pemeriksaannya
cepat, tidak terlalu dipengaruhi oleh gerakan penderita yang tidak kooperatif, dan
biaya pemeriksaannya relatif lebih rendah dari MRI.
MRI
MRI konvensional (standard FSE sequences) terbukti lebih spesifik dan sensitif dari
pada CT scan untuk deteksi stroke. Kemampuan tambahan, yaitu DWI (Diffusion
Weighted Image), yang sangat sensitif untuk menangkap gambaran stroke yang
hiperakut.
MRI dengan Gradient Echo imaging dengan mudah mendiagnosa perdarahan
intrakranial. Teknologi MRI saat ini dapat menghasilkan gambar yang relatif tajam
pada penderita yang tidak kooperatif -penurunan kesadaran dan gelisah.
Perfusion Imaging
Dengan CT atau MR, kita dapat memeriksa karakteristik aliran darah ke suatu
bagian otak. Pemeriksaan ini dapat menetukan adanya parenkhim otak yang
mengalami hipoperfusi tetapi belum mengalami kerusakan yang permanen. Area
semacam ini dinamakan “ischemic penumbra”. Adanya bagian yang masih bisa
diselamatkan ini merupakan indikasi untuk melakukan terapi trombolitik baik secara
iv atau dengan metode neurointervensional.
CT angiography
CT angiography (dengan kontras iv.) dapat dilakukan dalam waktu singkat untuk
mengetahui bagian pembuluh darah intra maupun ekstra-kranial yang tersumbat.
Pada perdarahan subarachnoid pada penderita muda, pemeriksaan ini dapat
menemukan sumber perdarahan yang biasanya akibat aneurysma yang pecah.
Pemeriksaan ini juga dapat mendiagnosis dengan spesifik avm untuk keperluan
pengobatan selanjutnya.
Pada kasus stroke dan kelainan-kelainan vaskular dapat dikerjakan MR
Angiography. MRA dengan TOF study tanpa kontras adalah pemeriksaan yang noninvasif,
tetapi akurasinya masih di bawah CT angiography. Salah satu peran besar
dari MRA adalah untuk skrining arteri karotis untuk mencegah stroke di masa yang
akan datang.
Penutup
Peran utama dari alat diagnosis stroke terkini tidak hanya menyingkirkan
kemungkinan penyebab nonvaskular yang menyebabkan gejala yang mirip stroke,
tetapi juga untuk menyingkirkan kemungkinan perdarahan intracranial, menentukan
luas lesi, dan menemukan area yang masih dapat diselamatkan dengan pengobatan
trombolitik. Bila mungkin dapat ditemukan penyebab stroke untuk kepentingan
pengobatan.
CT dan MRI standar, MR diffusion dan perfusion, CT perfusion dan CTA (mungkin
juga MRA) masing-masing punya peran yang penting untuk diagnosis stroke, tetapi
masing-masing juga memiliki keterbatasannya. Pengetahuan tentang keunggulan
dan kelemahan masing-masing dapat membantu untuk menentukan pemilihan
metode pemeriksaan.
Peran dokter spesialis radiologi diperluas dengan memberikan waktunya untuk
konsultasi untuk menentukan modalitas yang paling tepat masing-masing penderita.
Dengan kerjasama yang baik, bersama-sama kita dapat meningkatkan mutu
pelayanan kepada penderita stroke.

8
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi / Cara install file .jar ke Nokia N73?
« on: 18 February 2009, 08:52:31 PM »
Ada yang tau ngga cara install file dengan extension .jar ke Nokia N73 Music Edition?? klo .sis sih gampang, klo .jar gimana ya?
sudah coba pake nokia PC suite, di phonenya keluar tulisan unable to install
ada yg bisa bantu ngga?
anumodana

9
Pengalaman Pribadi / Kemelekatan dalam bermeditasi?
« on: 12 February 2009, 09:57:25 PM »
Setelah terbiasa setiap hari bermeditasi dan baca Paritta selama beberapa lama, kelihatannya bisa timbul kemelekatan juga ya??
setelah terbiasa meditasi setiap hari dalam jangka waktu lumaya lama, kenapa ya kalo dalam 1 hari itu ga meditasi, biasanya krn telat bangun, jd udah ga sempat meditasi, trus krn sibuk sampe malam juga ga meditasi, malam itu jadi ga bisa tidur gitu? sepertinya ada sesuatu yg aneh.. padahal udah ngantuk n capek lho.. sampe berjam2 (bisa 2-3jam) baru akhirnya tertidur... tapi kalo ga bisa tidur krn belum meditasi hari itu trus malam waktu ga bisa tidur itu dibuat meditasi sebentar juga udah langsung tidur..
apakah ini kemelekatan terhadap meditasi? dan baca paritta jg mungkin?
bingung :-?

10
Use of Topical Corticosteroids for Dermatologic Conditions Reviewed
Laurie Barclay, MD
Am Fam Physician. 2009;79:135-140.

January 21, 2009 — The best practices for choosing topical corticosteroids for patients with various dermatologic conditions are reviewed in the January 15 issue of American Family Physician.

"The usefulness and side effects of topical steroids are a direct result of their anti-inflammatory properties, although no single agent has been proven to have the best benefit-to-risk ratio," write Jonathan D. Ference, PharmD, from Nesbitt College of Pharmacy and Nursing, Wilkes University in Wilkes-Barre, Pennsylvania, and Allen R. Last, MD, MPH, from Racine Family Medicine Residency Program, Medical College of Wisconsin, in Racine, Wisconsin.

"Topical corticosteroids are effective for conditions that are characterized by hyperproliferation, inflammation, and immunologic involvement," Drs. Ference and Last write. "They can also provide symptomatic relief for burning and pruritic lesions."

Topical corticosteroids have a long history of effectiveness in a wide spectrum of dermatologic conditions. Currently available topical steroids differ widely in potency and formulation. To safely and effectively treat steroid-responsive skin conditions, clinicians should become familiar with 1 or 2 agents in each category of potency.

For successful treatment with topical steroids, factors to be considered include accurate diagnosis, delivery vehicle used for the steroid (eg, ointment, cream, gel, lotion, shampoo), potency, frequency of application, duration of treatment, and adverse effects.

Despite frequent use of topical steroids, clinical data support efficacy only in certain dermatologic conditions. These include psoriasis, vitiligo, eczema, atopic dermatitis, phimosis, acute radiation dermatitis, and lichen sclerosus.

To date, evidence is limited for use of topical steroids in melasma, chronic idiopathic urticaria, and alopecia areata.

Topical steroid potency can be classified based on the vasoconstrictor assay, which evaluates the degree of cutaneous vasoconstriction ("blanching effect") in healthy persons. The 7 groups of topical corticosteroid potency range from ultrahigh potency (group 1) to low potency (group 7).

High-potency topical corticosteroids (groups 1 - 3) include augmented betamethasone dipropionate 0.05% and clobetasol propionate 0.05%. These should be reserved for alopecia areata, resistant atopic dermatitis, discoid lupus, hyperkeratotic eczema, lichen planus, lichen sclerosus of the skin, lichen simplex chronicus, nummular eczema, severe poison ivy, psoriasis, and severe hand eczema.

Except in rare situations and for short durations, high-potency and ultrahigh-potency steroids should not be used on the face, groin, axilla, or under occlusion.

Medium-potency topical steroids (groups 4 and 5) may be used in severe anal inflammation, asteatotic eczema, atopic dermatitis, lichen sclerosus of the vulva, nummular eczema, scabies (after treatment with scabicide), seborrheic dermatitis, severe dermatitis, severe intertrigo (for short-term treatment), and stasis dermatitis. Examples of medium-potency topical steroids include betamethasone valerate, desoximetasone 0.05%, and fluocinolone acetonide 0.025%.

Low-potency topical steroids (groups 6 and 7) may be effective in dermatitis of the diaper area, eyelids, or face; intertrigo; and perianal inflammation. Examples of low-potency topical steroids include fluocinolone 0.01%; hydrocortisone butyrate 0.1%; and hydrocortisone 1%, 2.5%. These agents are the safest for long-term use, for application over large surface areas, for use on the face or areas of the body with thinner skin, and for use in children.

Most preparations should be applied once or twice daily, with the optimal dosing schedule determined by trial and error. Chronic application of topical corticosteroids may result in tolerance and tachyphylaxis. Ultrahigh-potency steroids should not be used for more than 3 weeks continuously, but if a longer duration is required, the steroid should be gradually tapered to avoid rebound symptoms, and treatment should be resumed after a steroid-free period of at least 1 week.

Like systemic corticosteroids, topical corticosteroids may have potential adverse effects. Cutaneous or local adverse effects may include atrophic changes, easy bruisability, increased fragility, purpura, stellate pseudoscars, steroid atrophy, striae, telangiectasis, and ulceration.

Topical corticosteroids may increase the risk for infections, including aggravation of cutaneous infection, granuloma gluteale infantum, masked infection (tinea incognito), and secondary infections.

Miscellaneous adverse effects of topical corticosteroids may include contact dermatitis, delayed wound healing, hyperpigmentation, hypertrichosis (hirsutism), hypopigmentation, perioral dermatitis, and photosensitization.

"Topically applied high- and ultra-high potency corticosteroids can be absorbed well enough to cause systemic side effects," the review authors write. "Hypothalamic-pituitary-adrenal suppression, glaucoma, septic necrosis of the femoral head, hyperglycemia, hypertension, and other systemic side effects have been reported. It is difficult to quantify the incidence of side effects caused by topical corticosteroids as a whole, given their differences in potency."

Specific clinical recommendations for practice, all rated level of evidence C, are as follows:

    * Psoriasis, vitiligo, lichen sclerosus, atopic dermatitis, eczema, and acute radiation dermatitis can be treated with topical steroids.
    * Treatment duration with ultrahigh-potency topical steroids used continuously should not exceed 3 weeks.
    * To avoid adverse effects, continuous use of low-potency to high-potency topical steroids should not exceed 3 months.
    * To lower the risk for tinea infections, clinicians should generally avoid combinations of topical steroids and antifungal agents.

"Children often require a shorter duration of treatment and a lower potency steroid," the review authors conclude. "When the diagnosis is unclear, when standard treatments fail, or when allergy patch testing is unavailable in the physician's office, referral to a dermatologist is recommended."

11
Keluarga & Teman / Mencintai tanpa melekat
« on: 23 January 2009, 11:32:42 PM »
Dari Dhammapada:
(210) Janganlah melekat pada apa yang dicintai atau yang tidak dicintai. Tidak bertemu dengan mereka yang dicintai dan bertemu dengan mereka yang tidak dicintai, keduanya merupakan penderitaan.

(211) Oleh sebab itu, janganlah mencintai apapun, karena berpisah dengan apa yang dicintai adalah menyedihkan. Tiada lagi ikatan bagi mereka yang telah bebas dari mencintai dan tidak mencintai.

(212) Dari yang disayangi timbul kesedihan, dari yang disayangi timbul ketakutan; bagi orang yang telah bebas dari yang disayangi, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan.

(213) Dari cinta timbul kesedihan, dari cinta timbul ketakutan; bagi orang yang telah bebas dari rasa cinta, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan.

Dari kutipan di atas bisa disimpulkan bahwa dari cinta timbul penderitaan, kesedihan, ketakutan
Sedangkan menurut ajaran Buddha seseorang bisa memilih salah 1 diantara 2 jalan: menjadi bhikkhu/menjadi perumah tangga
Orang yg tidak menjadi bhikkhu/perumah tangga tentunya masih memiliki rasa cinta terhadap pasangan hidupnya, anaknya, keluarga, dll
Sedangkan ajaran Buddha untuk tidak melekat berlaku pada semua makhluk, tak terkecuali perumah tangga

Bagaimana caranya sebagai perumah tangga untuk mencintai tanpa melekat?
Mengingat dari cinta bisa timbul kemelekatan. Mis: tidak ingin berpisah dengan pacar/pasangan hidup
kemudian dari kemelekatan itu timbul penderitaan
sedangkan perumah tangga tentu ingin bebas dari penderitaan juga, jadi hal ini berarti harus bebas dari kemelekatan juga

12
Tolong ! / tolong... statistik
« on: 16 January 2009, 07:10:28 PM »
Ada yg bisa bantu dalam hal statistik, yaitu untuk analisis data hasil penelitian?
Dianalisis dengan program SPSS, dengan uji statistik seperti anova, x2 gitu..
gw ga ngerti pake SPSS, bingung.. apalagi cara menganalisisnya.. pokoknya scr keseluruhan ga ngerti statistik
thx

13
Keluarga & Teman / Teman merusakkan barang yg dipinjam.. bagaimana?
« on: 15 December 2008, 11:07:10 PM »
Mau minta pendapat teman2

Selama ini anak2 kuliah kadang suka pinjam meminjam buku baik berupa textbook atau handout (fotocopy/print)
Yg kadang jadi masalah, setelah dipinjamin, eh... baliknya tidak mulus...
apalagi kalo textbook mahal, kalo balik tidak mulus, mis: ada tekukan, atau bahkan sobek, sebagai pemilik textbook tentu merasa kapok meminjamkan buku
apalagi kalo yg punya buku membuka buku tersebut dengan hati2, eh.. ada orang yg dengan membuka buku dengan sangat kasar
mungkin orangnya emang kebiasaan membuka buku dengan kasar2 gitu..

misal: kadang gw lg taruh textbook di meja, trus ada temen gw keliatan, kebetulan buku itu tidak dibuka, n dia minta pinjem
karena anak 1 kelas banyak, tentu jumlah orang yg membuka buku dengan cara kasar banyak.. berarti buku gw berpotensi besar mengalami kerusakan kalo dipinjamkan
jadi biasanya gw jarang mau pinjemin buku ke orang yg ga gw kenal betul, kalo udah kenal betul kan gpp, mis tau kalo orang ini buka bukunya hati2, pelan2 gitu..
kadang2 kalo gw ga mau minjemin, gw pake alasan "lagi dipake", tapi biar keliatan kalo bener2 dipake ga lama kmd biasanya gw pake buku itu :) (kan ga boleh bohong^^)
ato ada temen mau fotocopy handout, gw bilang "punya gw udah distabilo, ntar difotocopy ga jelas, u pinjam yg lain aja"
tapi kalo kertas lecet2 dikit masih mending, kalo buku itu yg lebih parah.. tapi gw pernah, minjemin kertas baliknya spt habis dibuat bungkus kacang aja, parah deh..
tapi kadang2 yg jadi masalah kalo bener2 ga bisa buat alasan
mis: pinjem barang yg ga gw bawa, trus orang tsb mau pinjem, dan suruh gw bawa keesokan harinya, ato ngotot mau pinjem handout gw padahal udah distabilo, akhirnya gw juga bingung harus jawab apa
pertanyaannya:
1. supaya buku tidak rusak, apa sebelum gw pinjemin buku gw bilang dulu dengan nada agak2 sadis "jangan sampe lecet", "kalo lecet harus ganti dengan yg baru"? keliatannya kok sadis sekali^^
2. ato ngomong "ga mau minjemin", tapi dengan bahasa yg halus, bagaimana bahasanya?

thx

14
Agama Buddha kan mengajarkan kalo segala sesuatu netral...
apa hal ini bisa menyebabkan seseorang kurang mengekspresikan perasaannya?

gw sendiri sih dalam praktek dhamma berusaha menganggap semuanya netral
mis: ada teman bertindak yg kurang menyenangkan, gw ga sampe ngamuk2 gitu, paling cuman di dalam hati aja agak ga seneng, tau sih kalo hal2 itu kan terjadi karena karma... sekalian berusaha positive thinking gitu..
trus ujian dapet bagus, ya seneng sih, tapi ga sampe teriak2 ato ekspresi gimana gitu yg berlebihan cos gw menganggap wajar, udah belajar banyak
nah, krn hal2 seperti ini gw sampe sering dibilang beberapa teman gw "ga ada ekspresi"
padahal mnrt gw pribadi sih ga sepenuhnya begitu juga... contoh: masih inget pretest praktikum dapet jelek, emang yg praktikum hari itu jelek juga, kita pada protes ke dosen, tapi ga langsung ditanggapi, hasilnya gw jadi ga "upekkha"
mungkin ditambah lagi waktu kuliah banyak dosen yg cara ngajarnya kurang mengenakkan, membuat ngantuk, tapi berhubung kuliah, dipaksakan untuk didengar, lama2 jadi lebih tidak emosi menghadapi hal2 seperti ini, malah jadi lebih sabar
walaupun udah berteman bertahun2, kalo tidak sangat dekat sekali dengan gw mungkin menganggap gw ini kurang ekspresi
tapi kalo menurut gw sebenarnya ga begitu juga.. bahkan ada orang yg sempat bilang gw termasuk orang yg agak sensitive..
ya emang untuk benar2 mengerti kepribadian seseorang itu kan sulit...  :yes:

parahnya, ada teman gw sampe iseng memancing ekspresi, aneh juga ya..
katanya face expression gw ini kurang
waktu gw liat2 mikroskop, mau foto yg gw liat di mikroskop, tmn gw sengaja mainin mikroskopnya
gw ngerasa aneh waktu foto2, kok view-nya jadi jelek
hasilnya gw malah serius mencari penyebab view waktu foto kenapa kok jadi jelek, ga sebagus waktu gw liat tadi, malah fokus nyari penyebabnya
begitu gw tau ada teman gw yg ngerjain gw, tmnku malah ngomong "eh, ternyata sama aja, wajahnya kurang ada ekspresi", ga ngamuk, ga gimana gitu...
gw jelas aja bingung: kalo ngerjain orang ga terang2an gitu, apalagi waktu itu, jelas aja gw malah fokus serius nyari penyebab kenapa waktu foto viewnya jelek, bukan langsung marah2 pada orang di sebelah (kan belum ada bukti)

berarti kalo sudah menjadi Arahat orang akan tidak memberi ekspresi sama sekali terhadap hal2 di sekitar?
karena semuanya netral

15
Gadget dan Toys / Ada apa dgn hp gw??
« on: 19 November 2008, 08:39:56 PM »
Ada yg tau ga...
hp gw (nokia N73 Music Edition) belakangan ini sering tiba2 keluar tulisan "memory full.Delete some data". Biasanya keluar tulisan waktu   ada menekan suatu tombol. Mis: tekan mau create message. tiba2 keluar tulisan itu. kadang2 sampe ga bisa send message.
padahal memory hp gw banyak nganggurnya daripada yg dipake, baik phone memory maupun memory card sama2 masih sisa banyak. apalagi memory card yg 2 GB, yg gw pake cuman sekitar setengah GB
kalo dibiarin keadaan tersebut berlanjut terus, jadi sering keluar tulisan itu. kalo di restart sempat membaik, tapi lama2(bisa hitungan hari) keluar tulisan gitu lagi. sekedar info, hp gw ga pernah dimatikan, selalu on. apa hal tersebut mempengaruhi?

Pages: [1] 2
anything