Bro Dharmakara jujur nih ya, baru kali ini saya sependapat dengan anda
saya setuju dengan uraian anda diatas, sangat realistis dan itu lah yg terjadi, gw baru dalam mempelajari Theravada dan lebih klop dengan Theravada, tapi gw tidak mau masuk dalam pengotak-ngotakan sekte/aliran, gw memandang semua nya sama, selama jalur Buddha Dhamma masih ditemukan didalamnya...
lepaskan ke-egois-an kita dalam kotak-mengkotaki aliran/sekte didalam tubuh Buddhism, ngikuti ego kita malah semakin kita terjerumus dalam kebencian yg semakin dalam, padahal katanya kita telah memahami ajaran Buddhism, tapi koq tidak menyadari munculnya kebencian tersebut.
bagi yg suka dengan A silakan jalankan, bagi yg suka dengan B silakan jalankan, tapi tidak perlu memaksakan pandangan orang untuk sama dengan pandangan kita, kalo dengan dalih ke-asli-an ajaran, susah, karena saya rasa tidak ada yg murni 100% lebih penting berkutat dalam pelaksanaan dari pada membahas hal yg tak bermanfaat
apakah ada permasalahan dalam penggunaan bahasa ? Theravada = Pali, Mahayana = Sansekerta/Tiong Hua koq masih mau berkutat didalam masalah bahasa, bahasa cuma alat bantu, Dhamma bukan terletak didalam bahasa, tapi praktek Dhamma......
semoga umat Buddhism dapat kompak dan bersatu, merasa sama didalam Buddha Dhamma, lepaskan batasan tradisi........
NB: cerita Bhikkhu yg konset itu dikarena banyak pemahaman yg salah terhadap ajaran Mahayana itu sendiri, bukan salah ajaran Mahayana, tapi pelaksana nya yg salah memahaminya....