//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: perbedaan mahayana ama theravada  (Read 137782 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #225 on: 23 November 2009, 12:05:12 AM »
Pengalaman Ajahn Mun yang tertulis di atas memang bertentangan dengan apa yang terkandung dalam Tipitaka. Sayangnya beliau sudah meninggal. Jika masih hidup, kita bisa menanyakan kembali apakah laporan tersebut benar ataukah tidak.

Namun perlu diingat di sini bahwa, meskipun cerita tersebut tidak sesuai dengan Tipitaka, kita pun tidak bisa langsung menyimpulkan bahwa pengalaman tersebut salah selama kita belum mencapai arahat.
_/\_ Sdr Peacemind

Bagian terakhir, terus terang saya kurang menyetujui. Pernyataan dan pandangan demikian yg seringkali berbalik menjadi bumerang bagi kemurnian Buddha-Dhamma (bukan agama Buddha) itu sendiri dan menjadikan Buddhisme sbg lahan subur bagi banyak pihak yg menyelewengkan Buddha-Dhamma dengan mengatasnamakan Ti-pitaka, dhamma atau Buddha dsb. Salah 1 contohnya, yg mengaku Buddha hidup. Demikian pula yg sering digadang-gadang oleh pengikutnya, kita tdk bisa menyimpulkan beliau bukan Buddha hidup selama kita belum mencapai kebuddhaan.

Any better idea? :)

Mettacittena,

Soalnya ini bukan hal yang sepele. Ini berhubungan dengan kemungkinan kesucian arahat. Sulitnya untuk menentukan kebenaran cerita ini juga terletak pada kenyataan bahwa yang bersangkutan telah meninggal. Yang dikatakan beliau apakah harus benar2 dimengerti secara literal ataukah tidak juga tidak bisa dimengerti karena beliau telah meninggal. Sebagai contoh, beliau mengatakan bahwa beberapa BUddha memberikan bimbingan kepadanya. Dalam Tipitaka sendiri dikatakan bahwa seseorang yang melihat Dhamma akan melihat Buddha (yo dhammaṃ passati so mam 'Buddham' passati). Mungkin beberapa orang akan berpikir bahwa ketika melihat Dhamma, seseorang benar2 melihat Buddha secara personal, meskipun saya pribadi lebih cenderung pada opini bahwa Buddha di sini adalah pencapaian enlightenment.
Namun bagaimanapun, ini juga masih menjadi pertanyaan. Selain itu, dalam tradisi Theravāda sendiri masih ada beberapa yang masih menimbun beberapa misteri mengenai BUddha. Sebagai contoh, dikatakan dalam kitab komentar bahwa ketika Buddhadhamma akan lenyap dari alam manusia, seluruh relik Sang Buddha akan mengumpul dan membentuk tubuh Sang Buddha sebelum akhirnya lenyap. Kitab komentar juga mengatakan bahwa ini terjadi karena tekad Sang BUddha ketika masih hidup. Mungkin (tapi jangan percaya dengan saya, karena hanya logika) Buddha2 yang mewujudkan dirinya di depan Ajahn Mun merupakan kekuatan tekad Buddha2 sebelumnya bahwa nimitta mereka akan menampakkan dirinya lagi di depan para arahat.

Sebenarnya apa yang saudara Jerry katakan benar. Memberikan peluang terhadap kesimpulan2 yang bertentangan dengan Tipitaka seringkali menjadi bumerang bagi kemurnian Buddhadhamma. Sebenarnya, apa yang saya ungkapan lebih pada personal opinion. Sesungguhnya, jika cerita di atas benar adanya, tidak terpungkiri bahwa saya pribadi memiliki keraguaan terhadap kebenaran bahwa Ajahn Mun telah mencapai arahat. Namun saya kembali pada diri saya. Melihat kondisi pikiran saya yang belum arahat, saya tidak berani menentukan secara definit bahwa pengalaman yang tertuang di atas bukan pengalaman seorang arahat sejati. Jadi dalam hal ini, saya pribadi meragukan kesucian tersebut setelah menimbang apa yang terkandung dalam Tipitaka, namun  di saat yang sama, saya tidak bisa memberikan definit kesimpulan karena keterbatasan kondisi pikiran saya. Kesalahan saya di sini  terletak pada statemen kalau saya mengajak teman2 untuk berpikir seperti saya. :D

Saya pernah bertemu dengan seorang guru meditasi. Beliau mengatakn bahwa ketika ada seseorang yang datang kepadanya dan mengatakn bahwa ia telah mencapai  ini dan itu. Beliau mengatakan bahwa beliau tidak langsung mengambil kesimpulan saat itu, namun beliau akan menunggu dan melihat. Seiring dengan waktu, kebijaksanaan orang tersebut akan tampak dengan jelas dan tampak pula apakah apa yang diklaim benar atau tidak.

Be Happy.

setuju dgn pandangan sdr. peacemind...

 _/\_
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #226 on: 23 November 2009, 12:35:11 AM »
"Yo dhammam passati so mam buddham passati", saya kira bukan secara harafiah diterjemahkan seseorang yg melihat dhamma akan melihat sosok personal Buddha. Tetapi melihat kebenaran dari dhamma tsb dan memiliki keyakinan yg timbul dr proses tsb thdp empunya dhamma tsb berasal, bahwa sang empu pastilah seorang Buddha, yg tercerahkan dg sempurna. Ini dpt kita lihat dr contoh kisah Upatissa yg seketika mendengar 'ye dhamma hetuppabhava..' langsung timbul mata dhamma dan memiliki keyakinan pd empunya dhamma itu berasal, dlm artian Sang Buddha meski pd saat itu pemuda Upatissa belum bertemu Sang Buddha.

Kalau boleh tidak percaya dengan Sdr Peacemind, tentu saya juga akan - jujur saya katakan - tidak memercayai cerita berdasarkan tradisi tertentu itu dan komentar. "Svakkhato bhagavata dhammo", demikian dikatakan. Jadi tidak perlu lagi menambah-nambahi dhamma ini. Even if it's a meaningful one. In here, we must rely on what is factual, IMHO. :)

Yup, saya setuju dengan pendapat guru meditasi Sdr Peacemind.. Sang Buddha sendiri telah menurunkan jurus 4 Mahapadesa dalam kitab kungfu Maha-parinibbana Sutta. Sejak awal sikap penanya yg membandingkan antara Tipitaka dengan figur yg diyakini arahat itu sendiri sudah salah. Mari tidak berlarut mengenai itu.. Jika ingin membandingkan, melihat kondisi pikiran saya yg memang kurang ajar, dan kekurangajaran terbesar juga pertama saya bahkan berani menebak-nebak dan meragukan Tuhan, apa lah artinya seorang arahat itu? Tentu remeh-temeh dibandingkan Tuhan ;D Tapi jelas bukan demikian pula yg persisnya diajarkan Sang Buddha. Jadi saya tidak merasa perlu membanding-bandingkan terlalu jauh.

Mettacittena,
appamadena sampadetha

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #227 on: 23 November 2009, 04:15:01 AM »
Quote
Bertele-tele dan tidak mengena, Bro Luis tdk menyatakan Kristiani memengaruhi munculnya Mahayana aliran Pure-Land.

 ??? ??? ??? Loh memang bro. luis tidak ngomong begitu, yang mengajukan pendapat kalau tradisi Sukhavati dipengaruhi Kristiani kan bro. nyanadhana. Postingan saya juga tidak sedang menyanggah pendapat bro luis tentang Sukhavati - Kristianitas, dan postingan saya memang mendukung pernyataan bro luis ttg Sukhavati - Kristianitas. Atau ada yang lain yang bro. jerry maksud bertele2?

Quote
Nah masih lebih bersinggungan jawabannya soal ini Bro Gandalf. Perbedaan dan persamaan sah-sah saja sbg pembanding dan penyaji sisi lain dr apa yg kita ketahui selama ini. Lagi, memang fakta Mahayana selalu berusaha dalam membuat wajah Buddhisme yg ramah dan friendly user thdp masyarakat dibandingkan saudaranya 1 ayah lain ibu yg kolot itu. Gmn permintaan pasar dan konsumen lah istilah orang kasar kaya aku gini. Ga aneh kalo ada yg penyajian mengenai Mahayana dr sisi lain yg ditawarkan Bro Luis. Itu yg membuat menarik utk dibahas kan? Meski .... saya ga tertarik sih selain sebatas informasi saja. Anyway, thanks to you both.

Ya, memang bisa saja hal tersebut menarik. Perbandingan adalah hal yang wajar. Tapi kita harus selalu melihat secara objektif dari 2 sisi pendapat yang berbeda sekaligus berusaha memiliki landasan yang jelas.

Kebanyakan orang ketika diberitahu ada kemungkinan Amitabha dipengaruhi oleh Zoroastrian, secara arogan terburu2 untuk menerimanya sebagai sebuah kebenaran, padahal pernyataan tersebut cuma hipotesa saja. Sehingga akhirnya muncullah anggapan Mahayana tidak murni dsb karena orang2 awam cenderung untuk menerima mentah-mentah apa yang mereka baca. Maka dari itu saya juga menyajikan bahwa ada kemungkinan pula Amitabha dipengaruhi oleh konsep Buddhis itu sendiri, bukan dari pengaruh luar yang ternyata masih sangat diragukan kebenarannya.

Malah ada beberapa sejarawan yang menganggap Amitabha itu diwujudkan sebagai "bentuk ideal" dari Sakyamuni Buddha sendiri, bukan Ahura Mazda. Dan ini memang bersesuaian dengan konsep Tantra di mana Panca Dhyani Buddha dihubungkan dengan Lima Buddha di Bhadrakalpa, Amitabha sebagai Sambhogakaya Sakyamuni.

Ketika saya banyak membaca literatur Mahayana dan komentar2nya baik oleh para guru Buddhis atau para sejarawan, maka yang saya temukan malah banyak dasar konsep Mahayana itu ada di ajaran2 Buddhis awal. Meskipun se-"friendly" apapun Mahayana, tetap memiliki integritas yang kuat terhadap Buddha Dharma.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 23 November 2009, 04:18:00 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline luis

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 118
  • Reputasi: 22
  • Gender: Male
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #228 on: 23 November 2009, 08:51:23 AM »
Ya, memang bisa saja hal tersebut menarik. Perbandingan adalah hal yang wajar. Tapi kita harus selalu melihat secara objektif dari 2 sisi pendapat yang berbeda sekaligus berusaha memiliki landasan yang jelas.

Kebanyakan orang ketika diberitahu ada kemungkinan Amitabha dipengaruhi oleh Zoroastrian, secara arogan terburu2 untuk menerimanya sebagai sebuah kebenaran, padahal pernyataan tersebut cuma hipotesa saja. Sehingga akhirnya muncullah anggapan Mahayana tidak murni dsb karena orang2 awam cenderung untuk menerima mentah-mentah apa yang mereka baca. Maka dari itu saya juga menyajikan bahwa ada kemungkinan pula Amitabha dipengaruhi oleh konsep Buddhis itu sendiri, bukan dari pengaruh luar yang ternyata masih sangat diragukan kebenarannya.

Malah ada beberapa sejarawan yang menganggap Amitabha itu diwujudkan sebagai "bentuk ideal" dari Sakyamuni Buddha sendiri, bukan Ahura Mazda. Dan ini memang bersesuaian dengan konsep Tantra di mana Panca Dhyani Buddha dihubungkan dengan Lima Buddha di Bhadrakalpa, Amitabha sebagai Sambhogakaya Sakyamuni.

Ketika saya banyak membaca literatur Mahayana dan komentar2nya baik oleh para guru Buddhis atau para sejarawan, maka yang saya temukan malah banyak dasar konsep Mahayana itu ada di ajaran2 Buddhis awal. Meskipun se-"friendly" apapun Mahayana, tetap memiliki integritas yang kuat terhadap Buddha Dharma.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Yup saya setuju sekali dengan pendapat Bro Galdalf di sini. Ada berbagai macam approach dalam mempelajari Buddhism, tentu saja dalam aspek praktik kita harus "experience on our own" yaitu tidak lain lewat mengembangkan dan menjaga sila kita, mengembangkan batin kita, dan mengembangkan kebijaksanaan kita.

Tetapi aspek lain yang juga berguna adalah aspek intelektualitas yang salah satunya adalah mengenai "sejarah Buddhism" dan juga pengetahuan2 mengenai berbagai tradisi yang ada. Dan salah satu metode penting dalam mempelajari aspek yang satu ini adalah mindset seorang scholar (pelajar) yang biasanya digunakan oleh para researcher. Seperti apa? Yaitu memandang teks2 Buddhism dan komentar2nya sebagai literatur. Para sejarawan Buddhisme memiliki set2 dari literatur nya sendiri, dan sebetulnya tidak ada satupun dari mereka yang memiliki set yang komplit :) sama dengan dunia penelitian yang lain, tidak ada satu penelitipun yang memiliki set yang komplit dari apa yang mereka research.

Makanya walaupun sama2 scholar, dua sejarawan yang berbeda dapat memiliki 2 hipotesis yang berbeda mengenai bagaimana suatu tradisi itu terbentuk. Itulah gunanya kita membandingkan hipotesis2 yang ada ... karena bagaimanapun semua itu adalah hipotesis yang didukung oleh bukti2 pendukung, tetapi belum tentu merepresentasikan kejadian sebenarnya. Semua kejadian itu adalah masa lalu :) dan sudah tidak ada lagi saksi hidup yang bisa ditanya hehehe. Lagipula ... walaupun ada saksi hidup, belum tentu apa yang mereka lihat juga sudah komplit :) sama seperti kalau ada suatu kecelakaan di jalan, seringkali 2 saksi mata yang berbeda punya cerita versinya masing2 dan kedua cerita itu didukung oleh bukti2 yang rasional.

Oleh karena itulah, apa yang kita pelajari dari literatur juga belum tentu benar :) dan sebagai scholar, tentunya dengan melihat hasil studi dari scholar lain akan memperkaya wawasan kita semua ... dan juga meningkatkan keyakinan terhadap apa yang kita yakini. Semua itu bisa berguna dan menunjang dalam menjalankan praktik kita.

Saya sendiri tidak bisa dikategorikan sebagai scholar dalam Buddhism seperti Bro Gandalf yang studi literaturnya lebih mendalam dan mantap :) saya juga hanya mempelajari potongan2 literatur sebagai hobi saja hehehe dan juga tidak memiliki waktu yang banyak untuk me-research semua itu. Makanya buat saya pribadi, saya selalu hepi berdiskusi dengan Bro Gandalf (walaupun tidak sering) karena studi literatur beliau dapat melengkapi potongan yang saya utarakan dan juga jadi cara cepat dalam menggali aspek2 lain dari topik itu tanpa perlu mencari2 sendiri ke banyak buku hehehehe. Anumodana Bro Gandalf _/\_

Untuk stand point saya sendiri, walaupun saya lebih memegang pandangan bahwa secara historis Mahayana bukanlah "early Buddhism", tetapi bukan berarti Mahayana adalah "corrupted version" dari Buddhism. Yang jelas, perbedaan utama early Buddhism dan Mahayana adalah dalam Mahayana banyak terdapat simbolisasi yang membuat tradisi ini lebih "berwarna" daripada early Buddhism yang cenderung straighforward dan simple. Tetapi bila kita melihat aspek2 di balik simbolisasi tersebut, dan juga sejarah munculnya dan berkembangnya simbolisasi, esensi Buddha Dhamma nya tetap konsisten dengan early Buddhism. Apalagi saat kita bermeditasi, tembus deh semua perbedaan2 itu ;)

Yang menjadi tantangan hanyalah bagaimana kita bisa melihat esensi di balik simbolisme tersebut, dan bukan "terjebak" dengan menganggap secara literal simbolisme tersebut :)

Semoga semua makhluk berbahagia.

Mettacittena,
Luis 
« Last Edit: 23 November 2009, 08:54:49 AM by luis »
Do not blame nor criticise anyone, as there is no one to blame in the first place.

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #229 on: 23 November 2009, 09:35:28 AM »
Pengalaman Ajahn Mun yang tertulis di atas memang bertentangan dengan apa yang terkandung dalam Tipitaka. Sayangnya beliau sudah meninggal. Jika masih hidup, kita bisa menanyakan kembali apakah laporan tersebut benar ataukah tidak.

Namun perlu diingat di sini bahwa, meskipun cerita tersebut tidak sesuai dengan Tipitaka, kita pun tidak bisa langsung menyimpulkan bahwa pengalaman tersebut salah selama kita belum mencapai arahat.
_/\_ Sdr Peacemind

Bagian terakhir, terus terang saya kurang menyetujui. Pernyataan dan pandangan demikian yg seringkali berbalik menjadi bumerang bagi kemurnian Buddha-Dhamma (bukan agama Buddha) itu sendiri dan menjadikan Buddhisme sbg lahan subur bagi banyak pihak yg menyelewengkan Buddha-Dhamma dengan mengatasnamakan Ti-pitaka, dhamma atau Buddha dsb. Salah 1 contohnya, yg mengaku Buddha hidup. Demikian pula yg sering digadang-gadang oleh pengikutnya, kita tdk bisa menyimpulkan beliau bukan Buddha hidup selama kita belum mencapai kebuddhaan.

Any better idea? :)

Mettacittena,

Soalnya ini bukan hal yang sepele. Ini berhubungan dengan kemungkinan kesucian arahat. Sulitnya untuk menentukan kebenaran cerita ini juga terletak pada kenyataan bahwa yang bersangkutan telah meninggal. Yang dikatakan beliau apakah harus benar2 dimengerti secara literal ataukah tidak juga tidak bisa dimengerti karena beliau telah meninggal. Sebagai contoh, beliau mengatakan bahwa beberapa BUddha memberikan bimbingan kepadanya. Dalam Tipitaka sendiri dikatakan bahwa seseorang yang melihat Dhamma akan melihat Buddha (yo dhammaṃ passati so mam 'Buddham' passati). Mungkin beberapa orang akan berpikir bahwa ketika melihat Dhamma, seseorang benar2 melihat Buddha secara personal, meskipun saya pribadi lebih cenderung pada opini bahwa Buddha di sini adalah pencapaian enlightenment.
Namun bagaimanapun, ini juga masih menjadi pertanyaan. Selain itu, dalam tradisi Theravāda sendiri masih ada beberapa yang masih menimbun beberapa misteri mengenai BUddha. Sebagai contoh, dikatakan dalam kitab komentar bahwa ketika Buddhadhamma akan lenyap dari alam manusia, seluruh relik Sang Buddha akan mengumpul dan membentuk tubuh Sang Buddha sebelum akhirnya lenyap. Kitab komentar juga mengatakan bahwa ini terjadi karena tekad Sang BUddha ketika masih hidup. Mungkin (tapi jangan percaya dengan saya, karena hanya logika) Buddha2 yang mewujudkan dirinya di depan Ajahn Mun merupakan kekuatan tekad Buddha2 sebelumnya bahwa nimitta mereka akan menampakkan dirinya lagi di depan para arahat.

Sebenarnya apa yang saudara Jerry katakan benar. Memberikan peluang terhadap kesimpulan2 yang bertentangan dengan Tipitaka seringkali menjadi bumerang bagi kemurnian Buddhadhamma. Sebenarnya, apa yang saya ungkapan lebih pada personal opinion. Sesungguhnya, jika cerita di atas benar adanya, tidak terpungkiri bahwa saya pribadi memiliki keraguaan terhadap kebenaran bahwa Ajahn Mun telah mencapai arahat. Namun saya kembali pada diri saya. Melihat kondisi pikiran saya yang belum arahat, saya tidak berani menentukan secara definit bahwa pengalaman yang tertuang di atas bukan pengalaman seorang arahat sejati. Jadi dalam hal ini, saya pribadi meragukan kesucian tersebut setelah menimbang apa yang terkandung dalam Tipitaka, namun  di saat yang sama, saya tidak bisa memberikan definit kesimpulan karena keterbatasan kondisi pikiran saya. Kesalahan saya di sini  terletak pada statemen kalau saya mengajak teman2 untuk berpikir seperti saya. :D

Saya pernah bertemu dengan seorang guru meditasi. Beliau mengatakn bahwa ketika ada seseorang yang datang kepadanya dan mengatakn bahwa ia telah mencapai  ini dan itu. Beliau mengatakan bahwa beliau tidak langsung mengambil kesimpulan saat itu, namun beliau akan menunggu dan melihat. Seiring dengan waktu, kebijaksanaan orang tersebut akan tampak dengan jelas dan tampak pula apakah apa yang diklaim benar atau tidak.

Be Happy.

setuju dgn pandangan sdr. peacemind...

 _/\_
saya juga setuju,kita tidak mungkin mengatakan bahwa Ajahn Mun dan Luanta bukanlah Arahat, karena pengalaman meditasi mereka jauh di atas kita...jadi mengenai kebenaran cerita tsb, biarlah waktu menjawab...
dan kita ini ibarat masih buta...bagaimana mungkin orang buta mengetahui arah yg benar?

mengenai pengalaman Ajahn Mun, mumpung Luanta masih hidup, mengapa tidak ke-Thai saja dan bertanya?
hehehe...saya sih tidak mau buang uang untuk pertanyaan tidak perlu..

saya rasa kembali ke basic saja..."belajar sendiri, rasakan sendiri"
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #230 on: 23 November 2009, 10:05:28 AM »
Quote
by marcedes
wah bro bond bagus sekali dalam menjelaskan, akan tetapi sayang nya pengalaman beliau tidak pernah ada dalam Tipitaka..
nah sekarang, bagaimana waktu Luanta menangis?

Pertanyaan yg menarik,

1. Apakah mengeluarkan airmata = menangis?
2. Mengeluarkan airmata itu pernah dijelaskan oleh Luangta sebagai reaksi Panca khanda(dijelaskan arahat magga dan phala), sama halnya orang mengeluarkan airmata saat sakit mata, karena bawang, karena luapan emosi bahagia atau sedih.....

Saya belum pernah baca sutta bahwa arahat tidak mengeluarkan airmata, kalau menangis karena luapan emosi tentu tidak ya...
dan bagaimana batin Luangta saat itu kita tidak tahu persis, kecuali ada yg punya abinna.

Sama halnya arahat yg baru dipertanyakan oleh bro Kainyn tentang Pilinda Vaccha yg katanya berbicara kasar, dan untungnya ada Sang Buddha yg menjelaskan. Dan juga ada arahat jaman Sang Buddha yang bunuh diri....dan untungnya juga ada Sang Buddha yg menjelaskan...dan fatalnya jaman sekarang tidak ada yang bisa menjelaskan sesempurna Sang Buddha. Jika saja kedua contoh diatas terjadi pada saat ini , apa yg terjadi pada kedua arahat tadi, saya rasa akan dicela karena tidak ada di Tipitaka.

Kedua Jika saja Luangta Mahaboowa benar2 menangis dan dikatakan belum mencapai arahat dan katakanlah dia bersalah atas hal ini. Tetapi dengan melihat keteguhan, disiplin dan kerendahan hati serta kebijaksaannya. Lalu ia sadari kesalahannya dan berlatih kembali dan sekarang ia mencapai arahat  dan masih dicela seperti orang pesakitan karena masa lalu...maka siapakah yang tidak bijaksana?. Ingat kondisi anicca. Sama halnya arahat YM. Bhikkhu Cunda yg pernah melakukan kesalahan dan akhirnya berlatih dan mencapai tingkatan arahanta. Yang saya tau Luangta sangat dekat dengan Ajahn Kao Anulayo dan beberapa yg lainnya yg dipercaya sebagai arahat juga, nah apakah tidak ada seorang pun dari mereka memberitahu?

Katakan beliau belum mencapai arahat karena menangis, tetapi sudah sotapana, sakadagami, atau anagami, dan tetap dicela , tentu juga ada akibatnya bukan?

Seperti arahat tertawa tidak mungkin kelihatan giginya, bagaimana kalau arahat itu tersenyum dan giginya tonggos alias maju kedepan? Sepertinya banyak dari kita melihat kalau sudah jadi arahat itu batinya seperti robot. Jika acuannya hanya Tipitaka, saya ingin tanya kalau berak itu harus duduk atau jongkok ada tertulis dalam TIPITAKA? nah kalau tidak ada lalu ada arahat mungkin beraknya duduk di closet apakah dikatakan melanggar vinaya? atau yg tertulis hanya jongkok, lalu kalau duduk di closet artinya juga salah....? Beginikah seseorang melihat Dhamma? Tentu saja tidak salah , karena saat itu tidak ada closet duduk. Ini hanya perumpamaan saja ya.

Dalam hal tentang pengalaman Ajahn Mun, saya netral.

Quote
by marcedes
bahkan sesudah-nya Ajahn Mun bahkan sempat berpikir "apakah dalam buddha-sasana" tidak mengajarkan senioritas....
dan buddha pun memberikan penjelasan....apakah ini nimitta bro bond?

Saya tidak tau apakah itu nimitta atau bukan. Yang pasti saya belum mencapai nibbana. Yang saya pastikan banyak Dhamma yg tidak semuanya Sang Buddha katakan, tetapi telah menjelaskan intisarinya. Menurut saya apa yg dialami Ajahn Mun adalah fenomena eksternal dari meditasi. Nah berbagai fenomena ini saya yakin tidak semua ada di TIPITAKA. Tetapi yang saya bisa pastikan TIPITAKA adalah alat yg berisi kebenaran untuk menghilangkan LDM dan mencapai nibanna. Sehingga dalam menggunakan alat tentu harus bijaksana. Bagi yang belum merealisasi nibanna tentu masih menggunakan TIPITAKA tetapi jangan jadikan TIPITAKA seperti menggunakan kitab KUHAP dalam menjustifikasi seorang yg sudah lebih jauh berlatih. Patokannya paling awal adalah sila, kemudian pandangan , ketiga samadhi dan panna, ini pun sangat kompleks. Dan hal yang penting dari TIPITAKA adalah rambu2 bagi mereka yg belum mencapai nibbana agar Dhamma tidak dilencengkan sehingga perkataan Sang Buddha dan para muridnya sesuai kondisi paling tidak mendekati aslinya.

Quote
by gachapin
Gini deh bond, 2 cucu muridnya Ajahn Mun akan datang ke Bandung dan ke Bali akhir tahun ini.
Aye yang tanya eternal citta, ente yang tanya dikunjungi para Arahat. Gimana? Cheesy

Siapa yg mo dateng cucu muridnya koq ngak ada beritanya atau aye yg belum tau, ada infonya? Jangan sampai seperti waktu dulu, infonya dahsyat katanya yg datang adalah yang berguru pada muridnya Ajahn Mun , tau2.......ah sudalah..;))

1. Gini bro, silakan saja anda tanya kepada cucu muridnya Ajahn Mun tentang eternal citta, dan kalau boleh tau mereka gurunya siapa?
Dan hal yg penting tanyanya jangan tentang eternal citta saja? tapi anda harus bertanya apakah Luangta Mahaboowa mengajarkan citta never dies sebagai eternal citta  pandangan eternalis? atau mengandung maksud lain? sehingga semua permasalahan clear, langsung dan to the point. Kalo bisa direkam :))

Yang pasti saya sudah teliti penjelasan2 dari Luangta Mahaboowa sendiri.

2. OK , nanti saya akan tanyakan...tetapi sebelum saya tanyakan saya harus tau background bhikkhu itu. Karena ini menyangkut pengalaman meditasi ya dan bukan yang bersangkutan( atau yg mengalami langsung).


Quote
by Peacemind

Saya pernah bertemu dengan seorang guru meditasi. Beliau mengatakn bahwa ketika ada seseorang yang datang kepadanya dan mengatakn bahwa ia telah mencapai  ini dan itu. Beliau mengatakan bahwa beliau tidak langsung mengambil kesimpulan saat itu, namun beliau akan menunggu dan melihat. Seiring dengan waktu, kebijaksanaan orang tersebut akan tampak dengan jelas dan tampak pula apakah apa yang diklaim benar atau tidak.

Setuju dan sangat wise.


Quote
by Marcedes
mengenai pengalaman Ajahn Mun, mumpung Luanta masih hidup, mengapa tidak ke-Thai saja dan bertanya?
hehehe...saya sih tidak mau buang uang untuk pertanyaan tidak perlu..

Betul sekali mumpung orangnya masih hidup umurnya sudah 100 tahun, daripada bertanya sana sini dengan beragam pikiran. Sama halnya kalau Buddha masih hidup lalu ragu tetapi tanyanya sama orang lain, yg terjadi seperti acara gossip dan infotainment. _/\_
« Last Edit: 23 November 2009, 10:16:16 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #231 on: 23 November 2009, 12:30:11 PM »
duh g jelasin dulu dekh nih kayaknya ada yang mesti koreksi:

1.dari bro bond dulu, bro beberapa sekte teravada masih ada menjalani tradisi hutan khususnya Birma, Kalo thailand emang u katakan udah ngak ada lagi kayak gitu, srilangka memang udah ngak ada, tapi ada yang satu sekte teravada masih mempertahankan ajaran sesepuh lama. G pernah ngobrol aktivis Buddhis dari Birma, pernah diundang di Vihara ekayana, g obrol sendiri, adanya satu sekte itu masih memempertahankan ajaran sesepuh lama. Alias tidak diubah, kalo jaman sekarang banyak ikut teknologi, ikut trend sekarang, dulu dulu ngak kayak yang u duga, kasus kayak birma contohnya ketika bencana alam Bhante sana cuman bisa Sumo ngak bisa berbuat apa, yang turun tangan juga orang Buddhis mahayana kebanyakan dari organisasi Buddha Tzu chi.

2. Masalah Pengaruh Buddha sama kr****n, tidak banyak bapak - bapak, pengaruh kr****n udah ada dari dinasti Tang cuman komunitasnya kecil banget, besar di Dinasti Ming, neokr****n di Tiongkok itu sedikit memberi pengaruh.

3. Masalah pengaruh Tao sama Buddha, Ngak mahayana, Tera juga, Khususnya Indonesia, u mesti teliti dulu dilapangan, banyak Cetiya, vihara Teravada naruh dewa tao atau ngak dibawahnya klenteng Sam kau, yang bikin ide Buddha dan tao siape, orang -orang oknum  bante teravada juga, dengan alasan membina hubungan keluarga besar, dijalin pada masa lampau.

4. Teravada ada di Indonesia asal loe orang tau. itu jasanya Orang Sam Kau alias Buddha Tridharma. Janganlah suatu alasan harga diri aliran lah. Semua aliran akhirnya ujungnya sama.

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #232 on: 23 November 2009, 12:35:19 PM »
Bapa Pierre Humbertclaude menulis bahwa ajaran sekte Amitabha sangat mirip dengan Kristiani, sehingga ia mengatakan bahwa sekte Amitabha dipengaruhi oleh ajaran Kristiani Nestorian . Demikian juga oleh beberapa sejarawan lainnya yang mengklaim bahwa Mahayana dipengaruhi oleh Kristiani dan terutama lagi oleh para sejarawan Keikyo.

Shan Dao, Patriark Tanah Suci di Tiongkok, hidup pada masa Nestorian masuk ke Tiongkok. Berkatnyalah ajaran Tanah Suci mulai meluas. Ia adalah teman baik Raja Gaozong. Raja Gaozong adalah raja yang menerima dan mengakui serta menghormati agama Nestorian. Oleh karena itu banyak yang menduga bahwa Shan Dao mendapat pengaruh dari agama Kristiani Nestorian dikarenakan hubungan keduanya yang erat. Ajaran Amitabha juga dianggap mirip dengan Kristiani. Patriark Tanah Suci di Jepang seperti Honen dan Shinran juga diduga mendapat pengaruh dari agama Kristiani.

buat gandalf Pengamat barat berteori itu, belum pasti benar, Asal main maksain sama - samain, contoh Dewi kwan im disamain dengan Bunda maria, pengaruhnya ngak ada ,yang ada juga mereka ambil dari china, pengaruh barat di Budhism cuman masalah Tien Kong Alias ketuhanan itu doang, sisanya teori hoax belaka.

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #233 on: 23 November 2009, 12:44:22 PM »
..yg aku anggap lebih mirip kristiani tuh... maitreya
...

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #234 on: 23 November 2009, 01:04:26 PM »
..yg aku anggap lebih mirip kristiani tuh... maitreya

Maitreya juga ngak seperti kr****n pak, beda pandangan, cuman maitreya gado gado, tao ada, buddha juga ada, tapi lebih banyak kearah tao dari pada Buddhisnya.

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #235 on: 23 November 2009, 01:17:20 PM »
masalah budhism dan kr****n, bukan saja di cina, pengaruh ke India, kamboja, srilangka, Thailand juga ada, terutama daerah selatan, gak cuman mahayana. pengaruhnya dari kolonial inggris, selama dunia barat menguasai dunia, Pengeruh kr****n sangat kuat di negara selatan, cuman China doang yang ngak terlalu kuat, Komunitas kr****n di cina sedikit, bahkan lebih sedikit dari orang islam disana, Pengaruhnya baru besar pas era dinasti chin akhir, alias dari DR. Sun Yat Sen, sisanya sangat sedikitm pengaruh trinitas di China tidak populer setelah jaman Mao, karena dianggap membawa propaganda dari barat, untuk menghancurkan komunis di cina. Pengaruh kr****n tidak sebesar u orang duga. Tidak seperti Budhhism, hanya satu satunya agama dari luar yang memberi aspek Pengaruh sosial dan budaya sangat besar disana. Dan populasi yang besar penganutnya.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #236 on: 23 November 2009, 07:54:41 PM »
1.dari bro bond dulu, bro beberapa sekte teravada masih ada menjalani tradisi hutan khususnya Birma, Kalo thailand emang u katakan udah ngak ada lagi kayak gitu, srilangka memang udah ngak ada, tapi ada yang satu sekte teravada masih mempertahankan ajaran sesepuh lama. G pernah ngobrol aktivis Buddhis dari Birma, pernah diundang di Vihara ekayana, g obrol sendiri, adanya satu sekte itu masih memempertahankan ajaran sesepuh lama. Alias tidak diubah, kalo jaman sekarang banyak ikut teknologi, ikut trend sekarang, dulu dulu ngak kayak yang u duga, kasus kayak birma contohnya ketika bencana alam Bhante sana cuman bisa Sumo ngak bisa berbuat apa, yang turun tangan juga orang Buddhis mahayana kebanyakan dari organisasi Buddha Tzu chi.


Bhikkhu cuma bisa SUMO? SUMO=gulat jepang ya? ada buktinya?

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #237 on: 23 November 2009, 08:34:41 PM »
^
 ^-^

untung tidak dibilang, bisa karate....  :P
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #238 on: 23 November 2009, 10:05:43 PM »
Quote
Bertele-tele dan tidak mengena, Bro Luis tdk menyatakan Kristiani memengaruhi munculnya Mahayana aliran Pure-Land.

 ??? ??? ??? Loh memang bro. luis tidak ngomong begitu, yang mengajukan pendapat kalau tradisi Sukhavati dipengaruhi Kristiani kan bro. nyanadhana. Postingan saya juga tidak sedang menyanggah pendapat bro luis tentang Sukhavati - Kristianitas, dan postingan saya memang mendukung pernyataan bro luis ttg Sukhavati - Kristianitas. Atau ada yang lain yang bro. jerry maksud bertele2?
Kalo gitu tanggapannya nge-quote ke tulisannya bro Nyana. Secara bro Luis dan saya juga setuju kalau tradisi Sukhavati lebih dulu ada dibanding ketika kristianitas masuk ke Tiongkok.

_/\_
appamadena sampadetha

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #239 on: 24 November 2009, 05:33:24 PM »
Quote
1.dari bro bond dulu, bro beberapa sekte teravada masih ada menjalani tradisi hutan khususnya Birma, Kalo thailand emang u katakan udah ngak ada lagi kayak gitu, srilangka memang udah ngak ada, tapi ada yang satu sekte teravada masih mempertahankan ajaran sesepuh lama. G pernah ngobrol aktivis Buddhis dari Birma, pernah diundang di Vihara ekayana, g obrol sendiri, adanya satu sekte itu masih memempertahankan ajaran sesepuh lama. Alias tidak diubah, kalo jaman sekarang banyak ikut teknologi, ikut trend sekarang, dulu dulu ngak kayak yang u duga, kasus kayak birma contohnya ketika bencana alam Bhante sana cuman bisa Sumo ngak bisa berbuat apa, yang turun tangan juga orang Buddhis mahayana kebanyakan dari organisasi Buddha Tzu chi.

Memang Tzu Chi dikenal sebagai organisasi Buddhis yang selalu cepat tanggap dalam membantu korban-korban bencana alam. Sungguh sebuah usaha mulia dan nyata seorang Bodhisattva bhiksuni yang benar-benar menjalankan ajaran Guru Buddha.  ;D

Bahkan Gyalwang Drukpa Rinpoche sangat mengapresiasi dan memuji Tzu Chi, meyakinkan dirinya akan gerakan sosial "A Live to Love" yang beliau pelopori untuk membantu mereka yang kurang beruntung.

Namun bukan berarti para bhikkhu Myanmar (Burma) mendem semua. Pada saat bencana badai Nargis yang kemarin bhikkhu-bhikkhu Theravada Myanmar juga turut aktif membantu para korban. Coba lihat:
http://www.wildmind.org/blogs/news/monks-succeed-in-cyclone-relief
http://www.msnbc.msn.com/id/24582349/
http://www.global-sisterhood-network.org/content/view/2106/59/
http://www.encyclopedia.com/doc/1A1-D91G5FJG0.html
http://www.buddhistchannel.tv/index.php?id=88,6446,0,0,1,0

Quote
2. Masalah Pengaruh Buddha sama kr****n, tidak banyak bapak - bapak, pengaruh kr****n udah ada dari dinasti Tang cuman komunitasnya kecil banget, besar di Dinasti Ming, neokr****n di Tiongkok itu sedikit memberi pengaruh.

kr****n yang pas di Dinasti Tang itu beraliran Nestorian dan yang masuk di Dinasti Ming itu beraliran ka****k Roma. DI kitab Nestorian kuno di Tiongkok malah ditemukan kata-kata "Buddha" dan pada saat Dinasti Ming, agama kr****n ka****k disanggah dan dikritik oleh para master Buddhis seperti YA Zhuhong dan YA Zhixiu Ouyi, para bhiksu yang pencapaian Dharmanya tak diragukan lagi. Ini dikarenakan oknum2 K pada masa itu menyerang agama Buddha dengan memanfaatkan secara tidak benar ajaran Khonghucu.

Quote
Quote
3. Masalah pengaruh Tao sama Buddha, Ngak mahayana, Tera juga, Khususnya Indonesia, u mesti teliti dulu dilapangan, banyak Cetiya, vihara Teravada naruh dewa tao atau ngak dibawahnya klenteng Sam kau, yang bikin ide Buddha dan tao siape, orang -orang oknum  bante teravada juga, dengan alasan membina hubungan keluarga besar, dijalin pada masa lampau.

Setahu saya, yang naruh rupang dewa dewi Tao itu umat-umat vihara yang bersangkutan yang masih terpengaruh ajaran-ajaran Tao di Tridharma (kelenteng) dulu. Tapi itupun setahu saya cuman sedikit yang seperti itu. Kalaupun ada dewa dewi Tao biasanya kelenteng yang diurus sama pihak Theravada seperti Vihara Nimmala atau Boen San Bio.

Yang banyak saya temukan adalah Vihara Theravada yang menaruh rupang Bodhisattva Avalokitesvara. Di Vihara Dhamma Jaya di Surabaya banyak rupang Avalokitesvara. Vihara Eka Dharma Loka di Surabaya altar Avalokitesvara ditempatkan di samping altar utama Buddha Sakyamuni. Di Vihara Dhammadipa Arama-nya tempat Bhante Khanti juga kalau tidak salah ada altar Avalokitesvara. Di Vihara Padma Graha yang dibina Bhante Dhammavijayo juga ada rupang Avalokitesvara. Kelenteng yang tuan rumahnya Bodhisattva Avalokitesvara seperti Boen tek Bio (Wen De Miao) juga menjadi Vihara Theravada Padumuttara.

Quote
4. Teravada ada di Indonesia asal loe orang tau. itu jasanya Orang Sam Kau alias Buddha Tridharma. Janganlah suatu alasan harga diri aliran lah. Semua aliran akhirnya ujungnya sama.

Jasa kelenteng memang sangat besar dalam perkembangan Buddha Dharma. Namun sebenarnya tidak ada aliran yang namanya "Buddha Tridharma" karena Tridharma itu sendiri berarti ketiga agama di bawah satu atap, tetapi tetap berdiri sendiri-sendiri, tidak campur aduk. Namun karena dulu materi-materi Dharma dan materi-materi agama Tao dan Khonghuchu belumlah banyak dan orang yang paham masih sedikit, sehingga terjadilah campur aduk alias gado-gado.

Nah sekarang sudah banyak pakar-pakar Dharma yang bermunculan dan materi Dharma sudah banyak, maka umat juga otomatis mulai mengetahui perbedaan antara ketiga agama tersebut, perbedaan akan mana yang kelenteng Buddhis mana yang kelenteng Taois. Merupakan usaha yang patut dipuji apabila seseorang berusaha untuk menunjukkan dan menyebarkan ajaran Buddha yang tidak gado-gado dengan konsep agama lain, namun jangan sampai seseorang itu malah merendahkan agama Tao atau Khonghuchu ataupun melupakan jasa-jasa baik itu kelenteng Buddhis ataupun Taois, karena walau bagaimanapun juga unsur Tridharma yang ada di kelenteng2 memberikan kesempatan bagi agama Buddha bangkit kembali setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit.

Mari kita galakkan komunitas Tridharma yang benar-benar mempertahankan integritas agama sendiri-sendiri dan berusaha untuk melepaskan Tridharma yang sukanya gado-gado / sinkretis dan mungkin beberapa cenderung masih percaya dengan takhayul.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 24 November 2009, 05:45:50 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

 

anything