by marcedes
wah bro bond bagus sekali dalam menjelaskan, akan tetapi sayang nya pengalaman beliau tidak pernah ada dalam Tipitaka..
nah sekarang, bagaimana waktu Luanta menangis?
Pertanyaan yg menarik,
1. Apakah mengeluarkan airmata = menangis?
2. Mengeluarkan airmata itu pernah dijelaskan oleh Luangta sebagai reaksi Panca khanda(dijelaskan arahat magga dan phala), sama halnya orang mengeluarkan airmata saat sakit mata, karena bawang, karena luapan emosi bahagia atau sedih.....
Saya belum pernah baca sutta bahwa arahat tidak mengeluarkan airmata, kalau menangis karena luapan emosi tentu tidak ya...
dan bagaimana batin Luangta saat itu kita tidak tahu persis, kecuali ada yg punya abinna.
Sama halnya arahat yg baru dipertanyakan oleh bro Kainyn tentang Pilinda Vaccha yg katanya berbicara kasar, dan untungnya ada Sang Buddha yg menjelaskan. Dan juga ada arahat jaman Sang Buddha yang bunuh diri....dan untungnya juga ada Sang Buddha yg menjelaskan...dan fatalnya jaman sekarang tidak ada yang bisa menjelaskan sesempurna Sang Buddha.
Jika saja kedua contoh diatas terjadi pada saat ini , apa yg terjadi pada kedua arahat tadi, saya rasa akan dicela karena tidak ada di Tipitaka.
Kedua Jika saja Luangta Mahaboowa benar2 menangis dan dikatakan belum mencapai arahat dan katakanlah dia bersalah atas hal ini. Tetapi dengan melihat keteguhan, disiplin dan kerendahan hati serta kebijaksaannya. Lalu ia sadari kesalahannya dan berlatih kembali dan sekarang ia mencapai arahat dan masih dicela seperti orang pesakitan karena masa lalu...maka siapakah yang tidak bijaksana?. Ingat kondisi anicca. Sama halnya arahat YM. Bhikkhu Cunda yg pernah melakukan kesalahan dan akhirnya berlatih dan mencapai tingkatan arahanta. Yang saya tau Luangta sangat dekat dengan Ajahn Kao Anulayo dan beberapa yg lainnya yg dipercaya sebagai arahat juga, nah apakah tidak ada seorang pun dari mereka memberitahu?
Katakan beliau belum mencapai arahat karena menangis, tetapi sudah sotapana, sakadagami, atau anagami, dan tetap dicela , tentu juga ada akibatnya bukan?
Seperti arahat tertawa tidak mungkin kelihatan giginya, bagaimana kalau arahat itu tersenyum dan
giginya tonggos alias maju kedepan? Sepertinya banyak dari kita melihat kalau sudah jadi arahat itu batinya seperti robot. Jika acuannya hanya Tipitaka, saya ingin tanya kalau berak itu harus duduk atau jongkok ada tertulis dalam TIPITAKA? nah kalau tidak ada lalu ada arahat mungkin beraknya duduk di closet apakah dikatakan melanggar vinaya? atau yg tertulis hanya jongkok, lalu kalau duduk di closet artinya juga salah....? Beginikah seseorang melihat Dhamma? Tentu saja tidak salah , karena saat itu tidak ada closet duduk. Ini hanya perumpamaan saja ya.
Dalam hal tentang pengalaman Ajahn Mun, saya netral.
by marcedes
bahkan sesudah-nya Ajahn Mun bahkan sempat berpikir "apakah dalam buddha-sasana" tidak mengajarkan senioritas....
dan buddha pun memberikan penjelasan....apakah ini nimitta bro bond?
Saya tidak tau apakah itu nimitta atau bukan. Yang pasti saya belum mencapai nibbana. Yang saya pastikan banyak Dhamma yg tidak semuanya Sang Buddha katakan, tetapi telah menjelaskan intisarinya. Menurut saya apa yg dialami Ajahn Mun adalah fenomena eksternal dari meditasi. Nah berbagai fenomena ini saya yakin tidak semua ada di TIPITAKA. Tetapi yang saya bisa pastikan TIPITAKA adalah alat yg berisi kebenaran untuk menghilangkan LDM dan mencapai nibanna. Sehingga dalam menggunakan alat tentu harus bijaksana. Bagi yang belum merealisasi nibanna tentu masih menggunakan TIPITAKA tetapi jangan jadikan TIPITAKA seperti menggunakan kitab KUHAP dalam menjustifikasi seorang yg sudah lebih jauh berlatih. Patokannya paling awal adalah sila, kemudian pandangan , ketiga samadhi dan panna, ini pun sangat kompleks. Dan hal yang penting dari TIPITAKA adalah rambu2 bagi mereka yg belum mencapai nibbana agar Dhamma tidak dilencengkan sehingga perkataan Sang Buddha dan para muridnya sesuai kondisi paling tidak mendekati aslinya.
by gachapin
Gini deh bond, 2 cucu muridnya Ajahn Mun akan datang ke Bandung dan ke Bali akhir tahun ini.
Aye yang tanya eternal citta, ente yang tanya dikunjungi para Arahat. Gimana? Cheesy
Siapa yg mo dateng cucu muridnya koq ngak ada beritanya atau aye yg belum tau, ada infonya? Jangan sampai seperti waktu dulu, infonya dahsyat katanya yg datang adalah yang berguru pada muridnya Ajahn Mun , tau2.......ah sudalah..
)
1. Gini bro, silakan saja anda tanya kepada cucu muridnya Ajahn Mun tentang eternal citta, dan kalau boleh tau mereka gurunya siapa?
Dan hal yg penting tanyanya jangan tentang eternal citta saja?
tapi anda harus bertanya apakah Luangta Mahaboowa mengajarkan citta never dies sebagai eternal citta pandangan eternalis? atau mengandung maksud lain? sehingga semua permasalahan clear, langsung dan to the point. Kalo bisa direkam
Yang pasti saya sudah teliti penjelasan2 dari Luangta Mahaboowa sendiri.
2. OK , nanti saya akan tanyakan...tetapi sebelum saya tanyakan saya harus tau background bhikkhu itu. Karena ini menyangkut pengalaman meditasi ya dan bukan yang bersangkutan( atau yg mengalami langsung).
by Peacemind
Saya pernah bertemu dengan seorang guru meditasi. Beliau mengatakn bahwa ketika ada seseorang yang datang kepadanya dan mengatakn bahwa ia telah mencapai ini dan itu. Beliau mengatakan bahwa beliau tidak langsung mengambil kesimpulan saat itu, namun beliau akan menunggu dan melihat. Seiring dengan waktu, kebijaksanaan orang tersebut akan tampak dengan jelas dan tampak pula apakah apa yang diklaim benar atau tidak.
Setuju dan sangat wise.
by Marcedes
mengenai pengalaman Ajahn Mun, mumpung Luanta masih hidup, mengapa tidak ke-Thai saja dan bertanya?
hehehe...saya sih tidak mau buang uang untuk pertanyaan tidak perlu..
Betul sekali mumpung orangnya masih hidup umurnya sudah 100 tahun, daripada bertanya sana sini dengan beragam pikiran. Sama halnya kalau Buddha masih hidup lalu ragu tetapi tanyanya sama orang lain, yg terjadi seperti acara gossip dan infotainment.