Bagaimana dengan Atanatiya Sutta (Digha Nikaya 32) -- Paritta Perlindungan untuk Umat --
--------------------
http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_32:_%C4%80%E1%B9%AD%C4%81n%C4%81%E1%B9%ADiya_SuttaDN 32 PTS: D iii 194
Āṭānāṭiya Sutta
Syair-syair Perlindungan Āṭānāṭa
Diterjemahkan dari bahasa Pāḷi ke bahasa Inggris oleh
Maurice O'Connell Walshe
©2009 • Terjemahan alternatif: Pāḷi
Abstrak: 'Syair-syair Perlindungan Āṭānāṭā.
[194] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR.[1] Suatu ketika, Sang Bhagavā sedang menetap di Rājagaha, di Puncak Nasar. Dan Empat Raja Dewa,[2] bersama serombongan besar yakkha, gandhabba, kumbhaṇḍa, dan nāga,[3] setelah membuat pengawalan, barisan pertahanan, penjagaan di empat penjuru,[4] ketika malam hampir berlalu, pergi menjumpai Sang Bhagavā, menerangi seluruh Puncak Nasar dengan cahaya tubuh mereka, memberi hormat kepada Beliau dan duduk di satu sisi. Dan beberapa yakkha memberi hormat kepada Beliau dan duduk di satu sisi, beberapa saling bertukar sapa dengan Beliau sebelum duduk, beberapa memberi hormat dengan merangkapkan tangan, beberapa menyebutkan nama dan suku mereka, dan beberapa duduk berdiam diri.[5]
2. Kemudian setelah duduk di satu sisi, Raja Vessavaṇa[6] berkata kepada Sang Bhagavā: 'Bhagavā, ada beberapa yakkha yang menonjol, yang tidak berkeyakinan terhadap Sang Bhagavā, dan yang lainnya berkeyakinan; dan demikian pula [195] ada yakkha peringkat menengah dan rendah yang tidak berkeyakinan terhadap Sang Bhagavā, dan yang lainnya berkeyakinan. Tetapi, Bhagavā, sebagian besar yakkha tidak berkeyakinan terhadap Sang Bhagavā. Mengapakah? Bhagavā mengajarkan menghindari pembunuhan, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari pelanggaran seksual, menghindari berbohong, dan menghindari minuman keras dan obat-obat yang menyebabkan kelambanan. Tetapi sebagian besar yakkha tidak menghindari hal-hal ini, dan melakukan hal-hal ini adalah tidak enak dan tidak menyenangkan bagi mereka. Sekarang, Bhagavā, ada para siswa Sang Bhagavā yang menetap di tengah hutan belantara yang jauh, di mana hanya ada sedikit suara atau teriakan, cocok untuk melatih diri. Dan ada yakkha yang menonjol, yang menetap di sana yang tidak berkeyakinan terhadap Sang Bhagavā. Untuk memberikan kepercayaan diri kepada orang-orang ini, sudilah Bhagavā mempelajari[7] syair-syair perlindungan Āṭānāṭā, yang dengannya para bhikkhu dan bhikkhunī, para umat awam laki-laki dan perempuan akan dikawal, dilindungi, tidak dicelakai dan merasa nyaman.' Dan Sang Bhagavā menyetujuinya dengan berdiam diri.
3. Kemudian Raja Vessavaṇa, memahami persetujuan Sang Bhagavā, segera membacakan syair-syair perlindungan Āṭānāṭā:
'Terpujilah Vipassī,[8]
Yang megah berpenglihatan tajam.
Terpujilah Sikhī juga,
Yang penuh belas kasihan terhadap semua makhluk.
Terpujilah Vessabhū,
Yang bermandikan pertapaan murni.[9] [196]
Terpujilah Kakusandha,
Penakluk bala tentara Māra,
Terpujilah juga Koṇāgamana,
Sang Brāhmaṇa sempurna.
Terpujilah Kassapa,
Terbebaskan dalam segala hal,
Terpujilah Angīrasa,
Putra Sakya yang bersinar,[10]
Sang Guru Dhamma
Yang mengatasi penderitaan.
Dan mereka yang terbebaskan dari dunia ini,[11]
Melihat jantung dari segala hal,
Mereka yang lembut bahasanya,
Kuat dan juga bijaksana,
Kepada-Nya yang membantu para dewa dan manusia,
Kepada Gotama mereka memuja:
Terlatih dalam kebijaksanaan, juga dalam perilaku,
Kuat dan juga cepat dalam bertindak.’
4. ‘Dari titik di mana matahari muncul,
Anak Aditya, dalam pancaran agung,
Yang kemunculannya menyebabkan malam yang menyelimuti
Disingkirkan dan lenyap,
Sehingga dengan terbitnya matahari
Muncullah apa yang mereka sebut Siang,
Juga air yang banyak dan bergerak ini,
Dalam dan lautan yang perkasa bergelombang,
Orang-orang ini mengetahui, dan ini mereka sebut
Samudra atau lautan bergelombang. [197]
Arah ini adalah timur, atau yang pertama:[12]
Inilah bagaimana orang-orang menyebutnya.
Arah ini dijaga oleh seorang raja.
Memiliki kemasyhuran dan kekuasaan besar,
Raja dari para gandhabba,
Dhataraṭṭha adalah namanya,
Dihormati oleh para gandhabba.
Nyanyian dan tarian mereka, ia nikmati.
Ia memiliki banyak putra kuat
Delapan puluh, sepuluh, dan satu, kata mereka
Dan semuanya memiliki satu nama,
Dipanggil Indra, Raja kekuatan,
Dan ketika Sang Buddha menyapa tatapan mereka,
Buddha, kerabat Matahari,
Dari jauh, mereka bersujud
Kepada Raja Kebijaksanaan sejati:
“Salam, o, Manusia Mulia!
Salam kepada-Mu, yang pertama di antara manusia!
Dalam kebaikan, Engkau menatap kami,
Siapakah, walaupun bukan manusia, yang menghormati Engkau!
Sering ditanya, apakah kami menghormati
Gotama Sang Penakluk? –
Kami menjawab: ‘Kami memang menghormati Gotama, Sang Penakluk Agung,
Terlatih dalam kebijaksanaan, juga dalam perilaku, Buddha Gotama, kami menghormat!’”’
5. ‘Tempat yang oleh manusia disebut tempat kediaman peta,[13]
Pembicara kasar dan pemfitnah,
Pembunuh dan makhluk-makhluk serakah,
Pencuri dan penipu licik semuanya, [198]
Arah ini adalah selatan, mereka berkata: Itulah orang-orang menyebutnya.
Arah ini dijaga oleh seorang raja,
Memiliki kemasyhuran dan kekuasaan besar,
Raja dari para kumbhaṇḍa,
Virūḷhaka adalah namanya,
Dihormati oleh para kumbhaṇḍa,
Nyanyian dan tarian mereka, ia nikmati ....
(dilanjutkan seperti 4)’
6. ‘Dari titik di mana matahari terbenam,
Anak Aditya, dalam pancaran agung,
Yang dengannya siang berakhir
Dan malam, yang menyelubungi, seperti orang-orang mengatakan,
Muncul lagi menggantikan tempat Siang,
Juga air yang banyak dan bergerak ini,
Dalam dan lautan yang perkasa bergelombang,
Orang-orang ini mengetahui, dan ini mereka sebut
Samudra atau lautan bergelombang.
Arah ini adalah barat, atau yang Terakhir:[14]
Demikianlah orang-orang menyebutnya. [199]
Arah ini dijaga oleh seorang raja,
Memiliki kemasyhuran dan kekuasaan besar,
Raja dari para nāga
Virūpakkha adalah namanya,
Dihormati oleh nāga
Nyanyian dan tarian mereka, ia nikmati ....
(dilanjutkan seperti 4)’
7. ‘Di mana negeri Kuru yang indah di utara terletak,
Di bawah Neru perkasa yang menarik,
Di sana manusia berdiam, ras yang berbahagia,[15]
Tidak memiliki apa-apa, tidak memiliki istri.[16]
Mereka tidak perlu menebar benih,
Mereka tidak perlu menarik bajak:
Dari hasil panen yang masak dengan sendirinya
Memberikan dirinya untuk dimakan manusia.
Bebas dari dedak dan dari sekam,
Beraroma harum, beras terbaik, [200]
Ditanak di atas tungku batu-panas,[17]
Makanan demikianlah yang mereka makan.
Sapi dengan satu sadel terpasang,[18]
Demikianlah mereka menunggang berkeliling,
Menggunakan perempuan sebagai tunggangan,
Demikianlah mereka menunggang berkeliling;[19]
Menggunakan laki-laki sebagai tunggangan,
Demikianlah mereka menunggang berkeliling;
Menggunakan gadis perawan sebagai tunggangan,
Demikianlah mereka menunggang berkeliling;
Menggunakan anak-anak laki-laki sebagai tunggangan,
Demikianlah mereka menunggang berkeliling;
Dan demikianlah, dibawa oleh tunggangan demikian,
Semua wilayah mereka lintasi
Untuk melayani raja mereka.
Gajah-gajah mereka tunggangi, kuda-kuda juga,
Kereta-kereta untuk para dewa juga mereka miliki.
Tandu megah tersedia
Untuk para pengikut kerajaan.
Kota-kota juga mereka miliki, dibangun dengan sempurna,
Melambung tinggi ke angkasa:
Āṭānāṭā, Kusināṭā,
Parakusināṭā,
Nāṭapuriya adalah milik mereka,
Dan Parakusināṭā. [201]
Kapivanta di utara,
Janogha, kota-kota lainnya juga,
Navanavatiya, Ambara-
Ambaravatiya,[20] Āḷakamandā, kota kerajaan,
Tetapi di mana Kuvera berdiam, raja mereka
Disebut Visāṇā, dari mana raja
Mendapatkan nama Vessavaṇa.[21]
Mereka yang melakukan tugas-tugasnya adalah
Tatolā, Tattalā,
Tototalā, kemudian
Tejasi, Tatojasi,
Sūra, Rājā, Ariṭṭha, Nemi.
Terdapat Dharaṇī, air dalam jumlah sangat besar,
Sumber awan-hujan yang tumpah
Ketika musim hujan tiba.
Di sana ada Bhagalavati, sebuah aula
Tempat pertemuan para yakkha,
Dikelilingi pohon-pohon yang berbuah selamanya
Dipenuhi banyak jenis burung-burung,
Di mana merak m***kik dan bangau berkicau,
Dan burung tekukur dengan lembut memanggil.
Burung-jīva yang meneriakkan: “Hidup!”[22]
Dan ia yang menyanyikan: “Bergembiralah,”[23] [202]
Ayam hutan, kulīraka,[24]
Bangau hutan, burung-padi juga,
Dan burung-mynah yang menyerupai manusia,
Dan mereka yang bernama “manusia jangkungan”.
Dan di sana terletak yang selamanya indah
Danau-teratai Kuvera yang indah.
Arah ini adalah utara, mereka berkata:
Inilah bagaimana orang-orang menyebutnya.
Arah ini dijaga oleh seorang raja.
Memiliki kemasyhuran dan kekuasaan besar,
Raja dari para yakkha,
Dan Kuvera adalah namanya,
Dihormati oleh para yakkha,
Nyanyian dan tarian mereka, ia nikmati.
Ia memiliki banyak putra kuat
Delapan puluh, sepuluh, dan satu, kata mereka
Dan semuanya memiliki satu nama,
Dipanggil Indra, Raja kekuatan,
Dan ketika Sang Buddha menyapa tatapan mereka,
Buddha, kerabat Matahari,
Dari jauh, mereka bersujud
Kepada Raja Kebijaksanaan sejati:
“Salam, o, Manusia Mulia!
Salam kepada-Mu, yang pertama di antara manusia!
Dalam kebaikan, Engkau menatap kami,
Siapakah, walaupun bukan manusia, yang menghormati Engkau!
Sering ditanya, apakah kami menghormati
Gotama Sang Penakluk? –
Kami menjawab: ‘Kami memang menghormati Gotama, Sang Penakluk Agung,
Terlatih dalam kebijaksanaan, juga dalam perilaku,
Buddha Gotama, kami menghormat!’”’ [203]
8. ‘Ini, Yang Mulia, adalah syair-syair perlindungan Āṭānāṭā, yang dengannya para bhikkhu dan bhikkhunī, para umat awam laki-laki dan perempuan akan dikawal, dilindungi, tidak dicelakai, dan merasa nyaman. Dan jika bhikkhu atau bhikkhunī, umat awam laki-laki atau perempuan mana pun juga, mempelajari syair-syair ini dengan baik dan menghafalkannya dalam hati, maka jika makhluk bukan manusia mana pun juga, yakkha laki-laki atau perempuan atau anak-anak yakkha, atau pemimpin pelayan atau pelayan yakkha, gandhabba laki-laki atau perempuan, ... kumbhaṇḍa, ... nāga, ... mendatangi orang itu dengan niat jahat ketika ia sedang berjalan atau hendak berjalan, berdiri atau hendak berdiri, duduk atau hendak duduk, berbaring atau hendak berbaring, maka makhluk bukan manusia itu tidak akan dihormati dan disembah di desa dan kota. Makhluk itu tidak akan mendapatkan tempat tinggal di ibu kotaku Āḷakamandā, ia tidak akan diizinkan menghadiri pertemuan para yakkha, juga tidak diterima dalam suatu pernikahan. Dan semua makhluk bukan manusia, dengan kemarahan, akan mengecamnya. Kemudian mereka akan merenggut kepalanya seperti mangkuk kosong, dan mereka akan memecahkan kepalanya menjadi tujuh keping.[25]’
9. ‘Ada, Yang Mulia, beberapa makhluk bukan manusia, yang ganas, liar, dan mengerikan. Mereka tidak mematuhi para Raja Dewa, juga tidak kepada para menterinya, juga tidak kepada para pelayannya. Mereka dikatakan [204] memberontak melawan Raja Dewa. Bagaikan pemimpin-penjahat yang ditaklukkan oleh Raja Magadha, tidak mematuhi Raja Magadha, atau menterinya atau pelayannya, demikian pula mereka bersikap. Sekarang jika ada yakkha atau anak-anak yakkha yang mana pun, ... gandhabba, ... mendatangi bhikkhu atau bhikkhunī, umat awam laki-laki atau perempuan mana pun juga, dengan niat jahat, maka orang itu harus waspada, memanggil dan meneriakkan nama para yakkha, yakkha sakti, para pemimpin dan jenderal mereka, dengan mengatakan: “Yakkha ini telah menangkapku, menyakitiku, mencelakaiku, melukaiku, dan tidak membebaskanku!”’
10. ‘Yang manakah yakkha, yakkha sakti, para pemimpin dan jenderal yakkha itu? Mereka adalah:
Inda, Soma, Varuṇa,
Bhāradvāja, Pajāpati,
Candana, Kāmaseṭṭha,
Kinnughaṇḍu dan Nighaṇḍu,
Panāda, Opamañña,
Devasutta, Mātali,
Cittasena Sang Gandhabba,
Naḷa, Rājā, Janesabha,
Sātāgira, Hemavata,
Puṇṇaka, Karatiya, Gula, [205]
Sīvaka, juga Mucalinda,
Vessāmitta, Yugandhara,
Gopāla, Suppagedha juga,
Hirī, Netti, dan Mandiya,
Pañcālacaṇḍa, Āḷavaka,
Pajunna, Sumana, Sumukha,
Dadimukha, Maṇi juga,
Kemudian Mānicara, Dīgha,
Dan, yang terakhir, Serissaka.[26]
Ini adalah yakkha, yakkha sakti, para pemimpin, dan jenderal yakkha yang harus dipanggil jika terjadi serangan demikian.’
11. ‘Dan ini, Yang Mulia, adalah syair-syair perlindungan Āṭānāṭā, yang dengannya para bhikkhu dan bhikkhunī, para umat awam laki-laki dan perempuan akan dikawal, dilindungi, tidak dicelakai, dan merasa nyaman. Dan sekarang, Yang Mulia, kami harus pergi: kami mempunyai banyak tugas, banyak hal yang harus dikerjakan.’ ‘Lakukanlah Raja, apa yang kalian anggap baik.’
Dan Empat Raja Dewa berdiri, memberi hormat kepada Sang Bhagavā, berbalik dengan sisi kanan menghadap Sang Bhagavā, dan lenyap dari sana. Dan para yakkha berdiri, dan beberapa memberi hormat kepada Sang Bhagavā, berbalik dengan sisi kanan menghadap Sang Bhagavā, dan lenyap dari sana, dan beberapa saling bertukar sapa dengan Sang Bhagavā, [206] beberapa memberi hormat kepada Beliau dengan merangkapkan tangan, beberapa menyebutkan nama dan suku mereka, dan mereka semuanya lenyap.
12. Dan ketika malam berlalu, Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: ‘Para bhikkhu, tadi malam Empat Raja Dewa ... mendatangi-Ku ... (ulangi seluruh paragraf 1-11).’
13. ‘Para bhikkhu, kalian harus mempelajari syair-syair perlindungan Āṭānāṭā, menguasainya dan menghafalkannya. Itu adalah untuk keuntungan kalian, dan dengannya para bhikkhu dan bhikkhunī, para umat awam laki-laki dan perempuan akan dikawal, dilindungi, tidak dicelakai, dan merasa nyaman.’ Demikianlah Sang Bhagavā berbicara dan para bhikkhu senang dan gembira mendengar kata-kata Beliau.