pernah gw tanya mesin jam tangan yg tipis...ehhh
harganya berkisar 10ribu s/d 15ribu.... karna diproduksikan secara masal...
wahh ini juga sukar dibuat sendiri....
nah bagaimana kalau bahan 9 pokok dan tempat tinggal diproduksikan secara sangat masal,
apakah harganya akan menurun banyak sekali ?
bila beragumentasi mengenai tanaman, masih ada juga sih tanah yg belum dipergunakan utk menanam...
kalau yang ini kami setuju sekali, indonesia negara agraris bukanlah tepat untuk dijadikan negara industri
lebih baik dikembangkan ke-agrarisan indonesia untuk mendominasi daripada menjadikan lahan pertanian menjadi lahan pabrik unt sarana industrialisasi atau sebagai lahan pertambangan.
sebagai contoh: masih banyak petani kita mengolah tanah yg ada menggunakan TjanKUL( Tjankul yang dalam), saat ini bajak mesin sudah mulai ada dimana2. kalau dilihat dari beberapa sudut pandang:
- waktu, tidak effisien, tjangkul lebih lama
- tenaga, too much effort with cangkul
- biaya lbh tinggi sbg ongkos unt pembelian bajak mesin tp jangka waktu longterm. tidak bergantung pada usia penTjangkul jadi unjuk kerjanya tetap maximum kecuali rusak. Rusak yah tinggal dibetulin tho...
dari ketiga sudut pandang itu pastilah si empunya lahan bisa mempertimbangkan segi kompetitif-nya.
dari segi pemerintah & iptek, sbg negara agraris seharusnya indo punya kemampuan untuk membeli informasi ttg cuaca atau memiliki satelit cuaca guna membantu para petani menentukan masa tanam yang cocok dengan mengingat kondisi cuaca yg tidak menentu.
kalau para petani hanya berpatokan hanya dengan cara tradisional, melihat bintang, bakalan salah waktu tanam dan proses tentang hasilnya bisa ditebak.
dari sekian banyak tantangan yang ada, mana yang telah dilalui dan diselesaikan?
makanya kemampuan dari hasil agraris kita kalah dari negara2 tetangga (pemerintah lbh suka membeli hasil agraris dari negara lain dari pada membeli kelebihan hasil dari petani sendiri, mungkin karena hasilnya kurang baik dan lebih praktis), banyak kaum muda lbh memilih ke kota2 besar menjadi buruh tetap drpd bertani.
Kami melihat saat ini bertani itu sebagai berjudi...