saya mau tanya neh, apakah jhana itu dapat di capai setiap orang ? apakah harus ada bakat dari kehidupan sebelumnya ? jika ya, mengapa demikian ? berarti tidak semua orang dapat mencapai jhana dalam kehidupannya yg sedang berjalan ?
bagaimana dengan tingkat2 kesucian, apakah dapat di capai setiap orang ? apakah diperlukan bakat jg ? jika ya, mengapa demikian ? berarti tidak semua orang dapat mencapai kesucian dalam kehidupannya yg sedang berjalan ?
mohon pencerahannya
saya pernah bermeditasi sendiri-an (malam hari) disalah satu vihara tua (bangunan kayu, tapi sekarang dah dibongkar) lagi tenang2 nya, tiba2 ada angin kencang (pintu dhammasala mengarah keluar/halaman terbuka), ada suara orang melangkah kemudian duduk (lantai vihara berupa papan kayu), disitu dah buyar meditasinya mungkin karena penasaran saya membuka mata dan melihat ke sekeliling dhammasala (dilantai 2, lampu dimatikan, cuma tersisah lampu di altar), tidak ada 1 pun manusia... mungkin cuma rasa takut saya yg berlebihan karena sendirian divihara (maklum vihara nya sepi dan dah tua), tapi beberapa kali kejadian seperti itu terjadi lagi. pernah saya ditemani (3-4 orang) bermeditasi di vihara tersebut dan ada beberapa orang yg merasakan apa yg saya rasakan. apakah ini cuma ilusi/perasaan takut yg terbawa ? atau meditasi nya kurang konsen ?
Kayak orang yang tidak punya keahlian melukis, diajari sampai tua pun, ia tidak akan pandai melukis, kecuali di kehidupan lampau ia pernah belajar melukis, kira-kira seperti itulah jika dalam banyak kehidupan lampau ia tidak mencapai jhana atau mandek dalam samadhi maka di kehidupan sekarang, ia mati-matian pun tidak dapat memenuhi absorpi satu objek dengan baik. Sebaliknya seorang yang memiliki bakat menggambar, diajari sedikit sudah mahir apalagi banyak, ia akan mahir melukis karena di kehidupan lampau ia telah belajar melukis, demikianlah di kehidupan sekarang jika ia meditasi ia mungkin akan mendapatkan absorpsi objek bahkan mungkin saja dalam waktu singkat ia mungkin akan mencapainya.
Kalau Ariyapuggala selama Jalan Mulia Berunsur Delapan masih ada, yaitu pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar maka dunia ini tidak akan kosong dari pemasuk-arus, sakadagami, anagami, dan Arahat.
Jika Jalan Mulia Berunsur Delapan masih ada dengan sempurna maka di bumi ini di sini dan saat ini tidak mungkin tidak ada keempat ariyapuggala itu, jika dipraktekkan dengan sempurna, bukan sekadar hapal mati.
Tidak perlu takut menjadi pemasuk arus atau sakadagami karena jika memiliki jhana maka memiliki peluang mencapai nibbana akhir di rupaloka tanpa kembali ke alam kamaloka, yaitu sebagai jhananagamita = yang-tidak-kembali-jhana (Sotapanna atau sakadagami yang mencapai nibbana akhir tanpa kembali ke alam kamaloka).
*
Biasanya sotapanna dan sakadagami pemula, akan takut memasuki arah Nibbana, apalagi di bawah itu. Takut karena sebelumnya atau masih melekat sama dunia yang penuh
dukkha ini. Salah satu alasannya, yaitu tidak mau meninggalkan duniawi karena masih dicengkram kehidupan rumah tangga dan cinta (kecintaan), kesenangan dan nafsu, dll.