LAKI-LAKI DENGAN MADU
Saudara... di dalam menuju perealisasian tujuan hidupnya, yaitu kebahagiaan, banyak manusia yang terperangkap oleh terbuai-nya dia di dalam kesenangan yang sementara... sehingga melupakan tujuan hidup-nya yang sesungguhnya yaitu kebahagiaan yang luhur... Marilah kita simak perumpamaan di bawah ini tentang terperangkapnya manusia terbuai di dalam kesenangan yang diperolehnya... .
Ini adalah sebuah perumpamaan bagi kita untuk mengerti sifat dari kehidupan dan kesenangan. “Seorang lelaki telah kesasar ketika melalui hutan yang lebat yang tertutup duri dan berbatu. Lalu dia dihadapkan pada gajah yang besar yang mulai mengejarnya. Ia mulai berlari karena menguatirkan hidupnya. Sementara berlari ia melihat sumur dan berpikir bahwa ini akan merupakan tempat yang baik untuk melepaskan diri dari gajah itu. Tetapi malang ia melihat ular berbisa yang besar di dasar sumur. Walaupun demikian, karena tidak ada jalan lain untuk melepaskan diri dari gajah itu, ia melompat kedalam sumur dan mencoba untuk berpegangan pada tanaman rambat berduri yang lebat yang tumbuh di sisi sumur.
Sementara bergantung pada tanaman rambat tersebut ia melihat dua ekor tikus hitam dan putih. Dalam ketakutannya ia menyaksikan kedua ekor tikus tersebut perlahan-lahan memutuskan tanaman rambat tersebut di mana ia sedang bergantung.
Ia juga menemukan sebuah sarang lebah didekatnya dari mana terus-menerus menetes madu. Sementara menghadapi bahaya kematian dalam tiga cara dalam posisi berbahaya itu ia dengan serakah mulai mengecap tetesan malu tersebut.
Melihat situasi yang menguatirkan dari manusia yang malang itu, seorang lain yang baik hati yang kebetulan lewat, menyediakan diri untuk menolong menyelamatkan hidupnya. Tetapi manusia serakah dan bodoh ini menolak untuk mendengarkannya karena rasa dari madu yang sedang dinikmatinya. Rasa dari madu tersebut telah membiusnya sehingga ia lebih suka untuk tidak mengindahkan posisi bahaya yang sedang dihadapinya.
Dalam cerita ini, jalan berduri dalam hutan dinamakan sebagai Samsara – roda kehidupan. Jalan berduri dari Samsara sangat tidak menentu dan menyulitkan seseorang. Tak mudah bagi seseorang untuk bertahan hidup melalui hutan Samsara yang keras dan kasar. Gajah di sini mewakilkan kematian. Kematian selalu mengikuti kita dan membuat kita tidak bahagia, usia tua juga menciptakan ketidak bahagiaan dan rasa tidak aman dalam pikiran kita. Pohon rambat tersebut adalah kelahiran. Bagaikan pohon rambat yang tumbuh terus dan melingkari tanaman lain, demikian juga kehidupan kita terus menumpuk, memegang dan melekat pada demikian banyak hal-hal lain di dunia. Dua ekor tikus mewakili siang dan malam. Sejak saat kita dilahirkan ke dunia siang dan malam terus memutuskan dan memperpendek jarak waktu kehidupan kita. Tetesan madu merupakan kesenangan duniawi yang sementara yang mendorong manusia untuk tetap tinggal dalam dunia yang tidak kekal dan tidak menentu ini.
Lelaki yang baik hati yang datang menolong untuk menunjukkan jalan yang benar dan untuk menyingkirkan situasi berbahaya dari hidup itu adalah Sang Buddha. Seseorang yang berpikir bahwa lebih baik baginya untuk tetap tinggal dalam dunia ini untuk menikmati kehidupan duniawi tanpa mencoba mencapai Nibbana adalah tepat bagaikan orang ini yang menolak untuk lepas dari situasi hidupnya yang berbahaya hanya untuk mengecap rasa madu yang sedikit.
* * *
* dikompilasi dan disampaikan oleh sdr. Selamat Rodjali pada saat Pendalaman Dhamma di Vihara Pluit Dharma Sukha, pada hari Sabtu, 16 September 2006 pukul 15.00 – 17.00