//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Mengapa Budha Gotama Suka Mengancam Lawan Diskusi?  (Read 28889 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Mengapa Budha Gotama Suka Mengancam Lawan Diskusi?
« Reply #30 on: 15 October 2009, 10:24:25 AM »
Ada beberapa poin yang perlu ditinjau di sini:

- Selama ini saya hanya menemukan kisah Sang Buddha 'mengancam' di Ambatha Sutta. Saya belum menemukan Sutta lain yang mengindikasikan hal yang sama. Maka, bisa disimpulkan bahwa "Sang Buddha tidak suka mengancam lawan diskusi-Nya", tapi "Sang Buddha pernah mengancam lawan diskusi-Nya".

Dalam Majjhima Nikaya 35, Cula Saccaka Sutta, Buddha juga mengatakan hal yang sama pada Saccaka Niganthaputta.
Dalam Digha Nikaya 24, Patika Sutta, Buddha juga mengatakan bahwa jika Patikaputta mempertahankan ide bahwa ia akan menantang Buddha dalam pertunjukan kekuatan bathin, kepalanya akan pecah.


yg saya tangkap, sudah jelas ia tidak akan menjawab pertanyaan tsb.
dengan "ancaman" pun, ia tidak menjawabnya.

saya lebih sehati dengan bro Virya yaitu menakut-nakuti, sehingga bukan mengenai ancam-mengancam atau hina-menghina. seperti penjelasan pada judul "Merendahkan Kesombongan".
Buddha tidak pernah menakut-nakuti, namun Buddha selalu memberitahu sebuah konsekwensi dari perbuatan yang tercela. Yang menakut-nakuti adalah Yakkha Vajirapani yang sengaja menampakkan diri dalam wujud menyeramkan dengan maksud agar jangan sampai orang bodoh itu kepalanya pecah tujuh betulan.


Yang penting dalam Sejarah di sutta .....
Tidak ada yang benar2 pecah kepalanya karna tidak menjawab pertanyaan Sang Buddha

Penting bagi yg baru belajar Buddhis
karna kedengarannya memang sadis  ;D

 _/\_
Jika suatu diskusi tidak menghasilkan manfaat, maka Buddha tidak akan berdiskusi. Biasa Buddha akan "menghindar". Maka jika suatu diskusi akan menyebabkan kepala seseorang pecah tujuh, tentu saja tidak akan dilayani oleh Buddha.



eit...jangan dulu dihapus.... ini menurut sutta ambattha :


#

Kemudian Sang Bhagava berkata kepada Ambattha : "Selanjutnya timbul pertanyaan lagi, Ambattha, suatu pertanyaan yang walaupun tidak diinginkan, engkau harus menjawabnya. Apabila engkau tidak memberikan jawaban yang jelas atau memberikan jawaban yang lain; atau engkau tetap diam atau pergi, maka kepalamu akan pecah berkeping-keping di tempat ini juga. Bagaimanakah pendapatmu, Ambattha? Apakah engkau pernah mendengar, sewaktu para brahmana yang lanjut usianya atau para guru dari guru-gurumu yang berusia tua sedang bercakap-cakap bersama mengenai darimana asalnya suku Kanhayana dan siapa yang menjadi nenek moyang suku Kanhayana ?"

Setelah beliau berkata demikian, pemuda Ambattha tetap diam. Dan untuk kedua kalinya Sang Bhagava bertanya kepada pemuda Ambattha: "Bagaimanakah pendapatmu, Ambattha? Apakah engkau pernah mendengar, sewaktu para brahmana yang lanjut usianya atau para guru dari guru-gurumu yang berusia tua sedang bercakap-cakap bersama mengenai darimana asalnya suku Kanhayana dan siapakah yang menjadi nenek moyang suku Kanhayana ? Dan juga untuk kedua kalinya pemuda Ambattha tetap diam.

Kemudian Sang Bhagava berkata kepada Ambattha : "Engkau lebih baik menjawab pertanyaan itu sekarang, Ambattha. Ini bukan waktunya bagimu untuk tetap diam. Karena, Ambattha, siapapun juga yang tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Tathagata sampai ketiga kalinya; maka kepalanya akan pecah berkeping-keping di tempat itu juga."

Menurut Buddhisme tradisi India, kepala pecah tujuh bukanlah sesuatu yang luar biasa yang hanya berhubungan dengan seorang Buddha. Ketika seseorang melakukan sesuatu yang tercela (terutama pada makhluk yang mulia), kamma buruk tersebut bisa menyebabkan kepala seseorang pecah tujuh. Oleh karena itu, sebetulnya pernyataan "jika tidak menjawab sampai tiga kali jika ditanya oleh Tathagata mengenai dhamma, kepalamu akan pecah tujuh" tidak ada bedanya dengan "kalau tidak makan, maka kamu kelaparan".

Jadi dalam hal ini, tidak ada ancam-mengancam. Yang ada hanyalah mengingatkan akan konsekwensi sebuah perbuatan, kecuali kalau anda mengatakan bahwa "tidak makan = kelaparan" adalah sebuah ancaman.


Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Mengapa Budha Gotama Suka Mengancam Lawan Diskusi?
« Reply #31 on: 15 October 2009, 10:32:28 AM »
Ada beberapa poin yang perlu ditinjau di sini:

- Selama ini saya hanya menemukan kisah Sang Buddha 'mengancam' di Ambatha Sutta. Saya belum menemukan Sutta lain yang mengindikasikan hal yang sama. Maka, bisa disimpulkan bahwa "Sang Buddha tidak suka mengancam lawan diskusi-Nya", tapi "Sang Buddha pernah mengancam lawan diskusi-Nya".

Dalam Majjhima Nikaya 35, Cula Saccaka Sutta, Buddha juga mengatakan hal yang sama pada Saccaka Niganthaputta.
Dalam Digha Nikaya 24, Patika Sutta, Buddha juga mengatakan bahwa jika Patikaputta mempertahankan ide bahwa ia akan menantang Buddha dalam pertunjukan kekuatan bathin, kepalanya akan pecah.


yg saya tangkap, sudah jelas ia tidak akan menjawab pertanyaan tsb.
dengan "ancaman" pun, ia tidak menjawabnya.

saya lebih sehati dengan bro Virya yaitu menakut-nakuti, sehingga bukan mengenai ancam-mengancam atau hina-menghina. seperti penjelasan pada judul "Merendahkan Kesombongan".
Buddha tidak pernah menakut-nakuti, namun Buddha selalu memberitahu sebuah konsekwensi dari perbuatan yang tercela. Yang menakut-nakuti adalah Yakkha Vajirapani yang sengaja menampakkan diri dalam wujud menyeramkan dengan maksud agar jangan sampai orang bodoh itu kepalanya pecah tujuh betulan.


Yang penting dalam Sejarah di sutta .....
Tidak ada yang benar2 pecah kepalanya karna tidak menjawab pertanyaan Sang Buddha

Penting bagi yg baru belajar Buddhis
karna kedengarannya memang sadis  ;D

 _/\_
Jika suatu diskusi tidak menghasilkan manfaat, maka Buddha tidak akan berdiskusi. Biasa Buddha akan "menghindar". Maka jika suatu diskusi akan menyebabkan kepala seseorang pecah tujuh, tentu saja tidak akan dilayani oleh Buddha.



eit...jangan dulu dihapus.... ini menurut sutta ambattha :


#

Kemudian Sang Bhagava berkata kepada Ambattha : "Selanjutnya timbul pertanyaan lagi, Ambattha, suatu pertanyaan yang walaupun tidak diinginkan, engkau harus menjawabnya. Apabila engkau tidak memberikan jawaban yang jelas atau memberikan jawaban yang lain; atau engkau tetap diam atau pergi, maka kepalamu akan pecah berkeping-keping di tempat ini juga. Bagaimanakah pendapatmu, Ambattha? Apakah engkau pernah mendengar, sewaktu para brahmana yang lanjut usianya atau para guru dari guru-gurumu yang berusia tua sedang bercakap-cakap bersama mengenai darimana asalnya suku Kanhayana dan siapa yang menjadi nenek moyang suku Kanhayana ?"

Setelah beliau berkata demikian, pemuda Ambattha tetap diam. Dan untuk kedua kalinya Sang Bhagava bertanya kepada pemuda Ambattha: "Bagaimanakah pendapatmu, Ambattha? Apakah engkau pernah mendengar, sewaktu para brahmana yang lanjut usianya atau para guru dari guru-gurumu yang berusia tua sedang bercakap-cakap bersama mengenai darimana asalnya suku Kanhayana dan siapakah yang menjadi nenek moyang suku Kanhayana ? Dan juga untuk kedua kalinya pemuda Ambattha tetap diam.

Kemudian Sang Bhagava berkata kepada Ambattha : "Engkau lebih baik menjawab pertanyaan itu sekarang, Ambattha. Ini bukan waktunya bagimu untuk tetap diam. Karena, Ambattha, siapapun juga yang tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Tathagata sampai ketiga kalinya; maka kepalanya akan pecah berkeping-keping di tempat itu juga."

Menurut Buddhisme tradisi India, kepala pecah tujuh bukanlah sesuatu yang luar biasa yang hanya berhubungan dengan seorang Buddha. Ketika seseorang melakukan sesuatu yang tercela (terutama pada makhluk yang mulia), kamma buruk tersebut bisa menyebabkan kepala seseorang pecah tujuh. Oleh karena itu, sebetulnya pernyataan "jika tidak menjawab sampai tiga kali jika ditanya oleh Tathagata mengenai dhamma, kepalamu akan pecah tujuh" tidak ada bedanya dengan "kalau tidak makan, maka kamu kelaparan".

Jadi dalam hal ini, tidak ada ancam-mengancam. Yang ada hanyalah mengingatkan akan konsekwensi sebuah perbuatan, kecuali kalau anda mengatakan bahwa "tidak makan = kelaparan" adalah sebuah ancaman.


ini konteksnya waktu sidharta sudah mencapai penerangan sempurna, nah apakah ketika masih jadi pangeran hal ini juga berlaku?
Quote
siapapun juga yang tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Tathagata sampai ketiga kalinya
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Mengapa Budha Gotama Suka Mengancam Lawan Diskusi?
« Reply #32 on: 15 October 2009, 10:44:04 AM »
ini konteksnya waktu sidharta sudah mencapai penerangan sempurna, nah apakah ketika masih jadi pangeran hal ini juga berlaku?
Quote
siapapun juga yang tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Tathagata sampai ketiga kalinya

Kalau menurut saya, sepertinya tidak berlaku karena disinggung kata "Tathagata".

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Mengapa Budha Gotama Suka Mengancam Lawan Diskusi?
« Reply #33 on: 15 October 2009, 10:55:46 AM »
Mungkin juga. Sepertinya memang beberapa pilihan kata dari Sang Buddha itu 'meniru' kebiasaan dari lawan diskusi-Nya. Ada kemungkinan memang 'ancaman' bernada seperti itu cukup populer di Tanah India saat itu. Jika memang ada tradisi verbal seperti itu, kemungkinan Ambatha sering menggunakan beberapa trik ancaman pada lawan diskusinya. Mengetahui hal ini, Sang Buddha justru 'menyindir' Ambatha dengan tradisi verbal ini. Kalau istilah dari Bro Kainyn itu "dry homour". ;D

"Ancaman" itu sepertinya bukan "dry humour" karena memang tidak ada konotasi lain atau sindiran yang disampaikan. Mungkin kalau contoh dalam kasus itu seperti ini: "Demikianlah, Ambattha, nenek moyang 'kasta tinggi' Kanhayana adalah anak dari seorang budak wanita dari nenek moyang 'kaum budak' Sakya."


Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Mengapa Budha Gotama Suka Mengancam Lawan Diskusi?
« Reply #34 on: 15 October 2009, 11:27:40 AM »
ini konteksnya waktu sidharta sudah mencapai penerangan sempurna, nah apakah ketika masih jadi pangeran hal ini juga berlaku?
Quote
siapapun juga yang tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Tathagata sampai ketiga kalinya

Kalau menurut saya, sepertinya tidak berlaku karena disinggung kata "Tathagata".

Saya pernah membaca di suatu referensi, yang isinya kurang lebih menyatakan bahwa: "Petapa Asita memberi hormat pada Siddhattha kecil setelah melihat 32 Mahapurisa. Ketika ditanya oleh Raja Suddhodana kenapa Petapa Asita melakukannya, Petapa Asita menjawab: 'karena jika tidak menghormat pada Siddhattha kecil, maka kepalanya akan terbelah tujuh keping.' Kemudian Raja Suddhodana pun ikut memberi hormat pada Sidddhattha kecil."

Apakah Bro Kainyn pernah membaca referensi yang senada dengan hal ini? Atau apakah Anda punya referensi ini?


Mungkin juga. Sepertinya memang beberapa pilihan kata dari Sang Buddha itu 'meniru' kebiasaan dari lawan diskusi-Nya. Ada kemungkinan memang 'ancaman' bernada seperti itu cukup populer di Tanah India saat itu. Jika memang ada tradisi verbal seperti itu, kemungkinan Ambatha sering menggunakan beberapa trik ancaman pada lawan diskusinya. Mengetahui hal ini, Sang Buddha justru 'menyindir' Ambatha dengan tradisi verbal ini. Kalau istilah dari Bro Kainyn itu "dry homour". ;D

"Ancaman" itu sepertinya bukan "dry humour" karena memang tidak ada konotasi lain atau sindiran yang disampaikan. Mungkin kalau contoh dalam kasus itu seperti ini: "Demikianlah, Ambattha, nenek moyang 'kasta tinggi' Kanhayana adalah anak dari seorang budak wanita dari nenek moyang 'kaum budak' Sakya."

"Dry humour" itu cuma spekulasi saya saja. Karena jika seandainya memang ada tradisi verbal 'mengancam' di India saat itu, mungkin Sang Buddha sengaja menyisipkannya untuk membuat Ambatha tertegun. ;D

Tapi saya sendiri tidak yakin apakah memang ada tradisi verbal demikian.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Mengapa Budha Gotama Suka Mengancam Lawan Diskusi?
« Reply #35 on: 15 October 2009, 01:34:18 PM »
ini konteksnya waktu sidharta sudah mencapai penerangan sempurna, nah apakah ketika masih jadi pangeran hal ini juga berlaku?
Quote
siapapun juga yang tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Tathagata sampai ketiga kalinya

Kalau menurut saya, sepertinya tidak berlaku karena disinggung kata "Tathagata".
Berarti hebat sekali ya tingkatan "tathagata" sehingga berdampak sedemikian besar apabila pertanyaannya tidak di jawab.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Mengapa Budha Gotama Suka Mengancam Lawan Diskusi?
« Reply #36 on: 15 October 2009, 01:45:58 PM »
Saya pernah membaca di suatu referensi, yang isinya kurang lebih menyatakan bahwa: "Petapa Asita memberi hormat pada Siddhattha kecil setelah melihat 32 Mahapurisa. Ketika ditanya oleh Raja Suddhodana kenapa Petapa Asita melakukannya, Petapa Asita menjawab: 'karena jika tidak menghormat pada Siddhattha kecil, maka kepalanya akan terbelah tujuh keping.' Kemudian Raja Suddhodana pun ikut memberi hormat pada Sidddhattha kecil."

Apakah Bro Kainyn pernah membaca referensi yang senada dengan hal ini? Atau apakah Anda punya referensi ini?

Dari beberapa percakapan tentang "kepala pecah tujuh" ini, kalau saya pribadi simpulkan, sepertinya hal itu berkenaan dengan "menyangkal kebenaran". Misalnya dalam kasus Ambattha dan Saccaka Niganthaputta, mereka tahu kebenarannya, namun tidak mau mengakuinya (di depan Buddha), maka kepala bisa pecah. Seorang Buddha bertanya tentu saja bukan untuk mencari tahu jawaban, melainkan meminta pernyataan. Kita tahu dari dulu sampai sekarang, para pendebat suka melakukan siasat licik menyangkal pernyataan sendiri, tidak mau menjawab, atau berputar-putar menghindari jawaban, kalau mereka sudah tahu dirinya tersudut. Sepertinya siasat licik itu akan berakibat sangat buruk jika lawan bicaranya adalah seorang mulia.

Saya tidak pernah baca tentang Petapa Asita itu. Dari cerita Bro Upasaka, saya melihat dalam kasus itu Petapa Asita juga sudah melihat sendiri 32 Mahapurisa Lakkhana. Kalau dia menyangkal kebenaran itu sendiri dan tidak mau menghormat pada Pangeran Siddhatta kecil, maka kepalanya akan pecah tujuh. Yang ini juga mirip kasus Patikaputta yang mempertahankan ide yang menyangkal kebenaran bahwa ia sebetulnya tidak bisa apa-apa dibanding Buddha. Jadi kalau menurut saya, sepertinya, "kepala pecah" itu adalah akibat konflik pikiran "internal" yang sangat berat karena mengingkari kebenaran yang sebetulnya ia ketahui dengan baik. Jika seseorang tidak tahu tentang Mahapurisa Lakkhana, tidak tahu petanda Buddha atau Cakkavati menolak menghormati Pangeran Siddhatta, saya yakin tidak akan terjadi apa-apa.

Walaupun begitu, ada juga kasus lain yang berhubungan dengan perilaku yang sangat buruk seperti dikisahkan dalam Pandara Jataka di mana seorang yang pura-pura sebagai petapa membocorkan rahasia Naga kepada Garuda, dikutuk oleh Raja Naga dan kepalanya pecah tujuh. Dalam Kutadanta Sutta juga disinggung oleh Brahmana Kutadanta bahwa siapa pun yang tidak menyetujui pembabaran Buddha Gotama yang sangat indah mengenai upacara korban, kepalanya pasti pecah tujuh di tempat itu juga.



Quote
"Dry humour" itu cuma spekulasi saya saja. Karena jika seandainya memang ada tradisi verbal 'mengancam' di India saat itu, mungkin Sang Buddha sengaja menyisipkannya untuk membuat Ambatha tertegun. ;D

Tapi saya sendiri tidak yakin apakah memang ada tradisi verbal demikian.

Ya, mungkin juga ada tradisi cara bicara tertentu saat itu yang kita tidak tahu. Itu hanya intermezzo saja. :)


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Mengapa Budha Gotama Suka Mengancam Lawan Diskusi?
« Reply #37 on: 15 October 2009, 01:47:43 PM »
Berarti hebat sekali ya tingkatan "tathagata" sehingga berdampak sedemikian besar apabila pertanyaannya tidak di jawab.

Seberapa hebatnya sih, saya tidak tahu. Tetapi yang jelas kalau tidak menjawab jika ditanya oleh teman, akibatnya memang berbeda dengan tidak menjawab jika ditanya oleh boss. Akibatnya bisa sangat berbeda jauh. 

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Mengapa Budha Gotama Suka Mengancam Lawan Diskusi?
« Reply #38 on: 15 October 2009, 02:21:01 PM »
Berarti hebat sekali ya tingkatan "tathagata" sehingga berdampak sedemikian besar apabila pertanyaannya tidak di jawab.

Seberapa hebatnya sih, saya tidak tahu. Tetapi yang jelas kalau tidak menjawab jika ditanya oleh teman, akibatnya memang berbeda dengan tidak menjawab jika ditanya oleh boss. Akibatnya bisa sangat berbeda jauh. 

apabila Buddha di hina seperti apakah akibatnya untuk si penghina?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Mengapa Budha Gotama Suka Mengancam Lawan Diskusi?
« Reply #39 on: 15 October 2009, 02:23:14 PM »
kalau gak salah sih menghina para ariya gak bisa mencapai kemajuan batin
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Mengapa Budha Gotama Suka Mengancam Lawan Diskusi?
« Reply #40 on: 15 October 2009, 05:26:12 PM »
Berarti hebat sekali ya tingkatan "tathagata" sehingga berdampak sedemikian besar apabila pertanyaannya tidak di jawab.

Seberapa hebatnya sih, saya tidak tahu. Tetapi yang jelas kalau tidak menjawab jika ditanya oleh teman, akibatnya memang berbeda dengan tidak menjawab jika ditanya oleh boss. Akibatnya bisa sangat berbeda jauh. 

apabila Buddha di hina seperti apakah akibatnya untuk si penghina?

Sepertinya tergantung hinaannya. Sebetulnya jenis akibatnya sama saja dengan menghina orang biasa, tetapi hasilnya lebih "melimpah ruah" kalau dilakukan kepada orang mulia, baik kamma baik maupun buruk.
Misalnya Bodhisatta Gotama dulu merendahkan ajaran Buddha Kassapa maka di kehidupan terakhirnya, Ia sulit menembus Buddha-dhamma. Di lain waktu, Bodhisatta juga menghina Pacceka Buddha sebagai petapa palsu yang sebetulnya menikmati kesenangan indrawi, akibatnya di kehidupan terakhir harus mengalami fitnahan dari Sundarika.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Mengapa Budha Gotama Suka Mengancam Lawan Diskusi?
« Reply #41 on: 15 October 2009, 05:27:22 PM »
Saya pernah membaca di suatu referensi, yang isinya kurang lebih menyatakan bahwa: "Petapa Asita memberi hormat pada Siddhattha kecil setelah melihat 32 Mahapurisa. Ketika ditanya oleh Raja Suddhodana kenapa Petapa Asita melakukannya, Petapa Asita menjawab: 'karena jika tidak menghormat pada Siddhattha kecil, maka kepalanya akan terbelah tujuh keping.' Kemudian Raja Suddhodana pun ikut memberi hormat pada Sidddhattha kecil."

Apakah Bro Kainyn pernah membaca referensi yang senada dengan hal ini? Atau apakah Anda punya referensi ini?

Dari beberapa percakapan tentang "kepala pecah tujuh" ini, kalau saya pribadi simpulkan, sepertinya hal itu berkenaan dengan "menyangkal kebenaran". Misalnya dalam kasus Ambattha dan Saccaka Niganthaputta, mereka tahu kebenarannya, namun tidak mau mengakuinya (di depan Buddha), maka kepala bisa pecah. Seorang Buddha bertanya tentu saja bukan untuk mencari tahu jawaban, melainkan meminta pernyataan. Kita tahu dari dulu sampai sekarang, para pendebat suka melakukan siasat licik menyangkal pernyataan sendiri, tidak mau menjawab, atau berputar-putar menghindari jawaban, kalau mereka sudah tahu dirinya tersudut. Sepertinya siasat licik itu akan berakibat sangat buruk jika lawan bicaranya adalah seorang mulia.

Saya tidak pernah baca tentang Petapa Asita itu. Dari cerita Bro Upasaka, saya melihat dalam kasus itu Petapa Asita juga sudah melihat sendiri 32 Mahapurisa Lakkhana. Kalau dia menyangkal kebenaran itu sendiri dan tidak mau menghormat pada Pangeran Siddhatta kecil, maka kepalanya akan pecah tujuh. Yang ini juga mirip kasus Patikaputta yang mempertahankan ide yang menyangkal kebenaran bahwa ia sebetulnya tidak bisa apa-apa dibanding Buddha. Jadi kalau menurut saya, sepertinya, "kepala pecah" itu adalah akibat konflik pikiran "internal" yang sangat berat karena mengingkari kebenaran yang sebetulnya ia ketahui dengan baik. Jika seseorang tidak tahu tentang Mahapurisa Lakkhana, tidak tahu petanda Buddha atau Cakkavati menolak menghormati Pangeran Siddhatta, saya yakin tidak akan terjadi apa-apa.

Walaupun begitu, ada juga kasus lain yang berhubungan dengan perilaku yang sangat buruk seperti dikisahkan dalam Pandara Jataka di mana seorang yang pura-pura sebagai petapa membocorkan rahasia Naga kepada Garuda, dikutuk oleh Raja Naga dan kepalanya pecah tujuh. Dalam Kutadanta Sutta juga disinggung oleh Brahmana Kutadanta bahwa siapa pun yang tidak menyetujui pembabaran Buddha Gotama yang sangat indah mengenai upacara korban, kepalanya pasti pecah tujuh di tempat itu juga.



Quote
"Dry humour" itu cuma spekulasi saya saja. Karena jika seandainya memang ada tradisi verbal 'mengancam' di India saat itu, mungkin Sang Buddha sengaja menyisipkannya untuk membuat Ambatha tertegun. ;D

Tapi saya sendiri tidak yakin apakah memang ada tradisi verbal demikian.

Ya, mungkin juga ada tradisi cara bicara tertentu saat itu yang kita tidak tahu. Itu hanya intermezzo saja. :)

Terus apa pendapat Anda tentang perenungan Sang Buddha ketika hendak kembali ke Istana di Kapilavatthu di bawah ini...?

"Suku Sakya terkenal sebagai suku yang tinggi hati. Bila Aku menyambut mereka dengan tetap duduk di tempat duduk-Ku, mereka akan mencela sikap-Ku dan mengatakan, 'sungguh keterlaluan Sang Pangeran ini, Ia telah meninggalkan tahta, menjadi petapa dan mengaku telah memperoleh Pencerahan Sempurna; Raja Dhamma, namun Ia duduk dan tidak berdiri menyambut kedatangan ayah-Nya yang sudah tua dan sangat dihormati seluruh rakyat Sakya'. Namun apabila Sang Tathagata bangun untuk menghormatinya, semua kelompok makhluk yang menerima penghormatan-Nya, maka kepalanya akan terbelah menjadi tujuh keping. Untuk itu, lebih baik Aku berjalan di udara setinggi orang dewasa."
« Last Edit: 15 October 2009, 05:32:11 PM by upasaka »

Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: Mengapa Budha Gotama Suka Mengancam Lawan Diskusi?
« Reply #42 on: 15 October 2009, 11:09:02 PM »
 _/\_

Parami yg disempurnakan oleh Tathagata tdk dapat ditandingi oleh mahkluk apapun juga, oleh karena itu jika Tathagata dgn kebajikan yg tak terhitung yg dimilikinya terus menghormat pada mahkluk yang paraminya tdk sebanding dengannya maka akan menyebabkan hal tdk baik terhadap mahkluk tersebut... Tathagata mampu melihat ke masa depan maupun masa lampau, oleh sebab itu Beliau bisa mengetahui hal tersebut akan berdampak kepada mahkluk tersebut. ini semata mata karena Tathagata memiliki cinta kasih makanya beliau tdk melakukannya.....

 _/\_

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Mengapa Budha Gotama Suka Mengancam Lawan Diskusi?
« Reply #43 on: 15 October 2009, 11:37:11 PM »
_/\_

Parami yg disempurnakan oleh Tathagata tdk dapat ditandingi oleh mahkluk apapun juga, oleh karena itu jika Tathagata dgn kebajikan yg tak terhitung yg dimilikinya terus menghormat pada mahkluk yang paraminya tdk sebanding dengannya maka akan menyebabkan hal tdk baik terhadap mahkluk tersebut... Tathagata mampu melihat ke masa depan maupun masa lampau, oleh sebab itu Beliau bisa mengetahui hal tersebut akan berdampak kepada mahkluk tersebut. ini semata mata karena Tathagata memiliki cinta kasih makanya beliau tdk melakukannya.....

 _/\_

Jadi menurut Anda, kepala terbelah menjadi tujuh keping itu disebabkan karena apa? :)

Adakah korelasi (hubungan) dari kemungkinan pecahnya kepala seseorang menjadi tujuh bagian antara:
- tidak menjawab pertanyaan dari Sang Buddha untuk ketiga kalinya
- menerima penghormatan dari Sang Buddha

?
« Last Edit: 15 October 2009, 11:39:18 PM by upasaka »

Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: Mengapa Budha Gotama Suka Mengancam Lawan Diskusi?
« Reply #44 on: 16 October 2009, 12:24:30 AM »
 _/\_

Menurut saya pribadi, seorg Buddha mengatakan apa adanyaa.
korelasinya menurut saya pribadi disebabkan karena Buddha telah mencapai Samma Sambuddha. seperti halnya seorg Arahat tdk memberi hormat kepada seorg umat awam biasa, karena sila dan pencapaian umat awam tdk sampai sejauh itu, maka jika seorg Arahat memberi hormat maka umat awam akan terkena dampak kamma buruknya...
tidak menjawab pertanyaan Sang Bhagava sebyk 3 kali, kepala pecah bisa dihubungkan dengan parami yg telah dicapai Sang Bhagava tdk bisa dibandingkan dgn mahkluk lain, itulah kekuatan parami (ini hanya menurut saya). coba tdk menjawab pertanyaan umat biasa kan biasa biasa saja, namun dalam yg dinamakan diskusi pasti ada tanya jawab , tentu pihak yang ditanya juga harus memberikan jawaban walaupun dia tdk tahu, apalagi kalo dia mengetahuinya dgn niat untuk menutup nutupi kebenaran maka ini merupakan niat yg tdk baik (menurut saya) dan tentunya ini juga sedikit banyak berdampak kepada org tersebut.. makanya saya melihat bahwa pecahnya kepala karena tdk menjawab pertanyaan Sang Bhagava ini ada korelasinya.. sama juga dgn menerima penghormatan


 

anything