saya sarankan kalo memang ada kelanjutan diskusinya, lakukanlah dengan beradab dan intelek. gak perlu ada olok2, pelesetan nama ataupun post yang gak berhubungan dengan topik. post2 yang tidak berhubungan dengan topik atau ad hominem bisa ditertibkan moderator. kalau tidak ada kesepakatan dan mulai mengulang2 argumen yang sama, ya diakui saja perbedaan pendapatnya...
saya pikir sih namanya memperbincangkan dua kepercayaan, hasilnya hanyalah deadlock
gak ada logika ataupun bukti2 dalam kepercayaan.
Nah, soal olok-olok atau plesetan nama ataupun istilah yang dianggap tidak sesuai, sekali lagi mereka bisa protes. Jadi tergantung kesepakatan mereka.
Misalnya Om Judah bilang keberatan dengan "Kanesten" dan minta pakai "Kr1sten" atau "K" saja, berarti dato juga harus hargai keberatan itu.
Sebaliknya misalnya dato bilang keberatan dengan "berhala" dan minta pakai "rupang", yah sama juga Om Judah harus hargai keberatan itu.
Jika ada post-post yang aneh, maka saya juga akan menanyakan relevansinya. Ad hominem tidak diperbolehkan, dan peserta bisa langsung protes.
Untuk bahasan doktrin (jika ada, karena optional), jangan pakai doktrin satu untuk menilai doktrin lain. Ini tidak akan kena, seperti pembahasan "Buddha ga diselamatkan karena belum dibaptis" atau "cuti citta Yesus adalah akusala", ini semua dihindari.
Pandangan netral adalah kebenaran yang umum kita ketahui, juga sains. Untuk sains, juga silahkan batasi sendiri penggunaannya. Kalau tidak ada kesepakatan, jangan dibahas juga.
Intinya ini semua kesepakatan kedua-belah pihak. Jika dua pihak mau terus, silahkan, jika salah satu mau mundur, mundur baik2 dengan jantan. Tidak ada orang berotak yang menghina orang yang mundur dengan jantan.
Ini juga berlaku bagi member lain yang mungkin mau diskusi intens secara tertutup. Tapi harap dikomunikasikan dulu dengan moderator, sebab perlu dimoderasi dengan ketat dan pihak moderator belum tentu sempat.