//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: pilih yg mana?  (Read 33067 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: pilih yg mana?
« Reply #75 on: 25 October 2007, 04:33:32 PM »
apoteker2 jadi pengangguran, dan apotek2 banyak yang tutup... ;D
By : Zen

Ngutuk ya..   :-SS :'(  :-w  :hammer:
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: pilih yg mana?
« Reply #76 on: 25 October 2007, 04:35:58 PM »
Sebelum saya jawab, saya ingin menekankan sebenarnya adaa 4 opsi dan ada 1 opsi yang terlupakan, yakni "opsi sebelum nasi menjadi bubur"  yaitu opsi menjaga kesehatan ketika masih sehat.
ini cuman contoh kasus, bang. family saya gak ngerokok, gak dugem, cenderung health concious, tapi ujung2nya kena kanker juga. tapi udah tua emang...

secara konsep, intinya yg ingin saya arahkan di sini, kita kadang gak bisa memilih untuk menjadi idealis. kita gak memilih untuk kena kanker dan kadang options yg ada terbatas sekali...

dari sini terlihat kejujuran anda yg memilih untuk memakai morfin ketimbang menjaga sila mati2an... saya pikir semua orang akan memilih pilihan yg sama, atau bahkan mungkin yg ketiga...

saya pikir kalo kesakitan sekali, susah untuk bisa meninggal dengan lebih tenang...

life is not perfect... kadang kita harus berdamai dengan idealisme kita and let it go...


Bro Morph, tidak apa ditutup saja diskusi saya dengan bro Willi. Saya rasa point2nya sudah jelas, dan yang terutama adalah karena saya juga cape. :)) :))
kalo cape molor dulu... banyak bom waktu yg anda tinggalkan di thread ini ;D

Kalau cuma perlu satu jenis obat untuk semua jenis penyakit, saya kira para dokter bisa ga laku, apoteker2 jadi pengangguran, dan apotek2 banyak yang tutup... ;D
sadly but true, setahu saya sampai saat ini morfin tetap menjadi satu2nya penahan sakit yg paling ampuh...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: pilih yg mana?
« Reply #77 on: 25 October 2007, 05:08:38 PM »
Saya rasa itu semua bisa terjadi karena pikiran kita yang masih memiliki kemelekatan. Kalau pikiran orang suci dan telah tercerahkan mungkin ada jawaban lain.

Jujur saja, yang saya jawab tadi tidak tahu apa benar / salah, tapi yang jelas terbaik menurut saya.

Tapi intinya saya setuju dengan Anda, kita sekarang ini juga dalam proses realisasi Nibbana. Dan untuk realisasi tersebut tidak bisa kan dari merangkak langsung berlari. Semuanya butuh waktu dan usaha. Dan terima kasih atas ilustrasinya

Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #78 on: 25 October 2007, 05:14:00 PM »
Quote
banyak bom waktu yg anda tinggalkan di thread ini

Maksudnya apa / yg mana yah bro Morph?
Bisa tolong ditunjukan biar nanti saya klarifikasi.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: pilih yg mana?
« Reply #79 on: 25 October 2007, 05:21:38 PM »
Quote
Statement yang saya buat itu penting untuk disampaikan ke anda, yaitu untuk mengingatkan bahwa Abhidhamma itu cuman sekedar teori. Kalau anda pelajari filosofi2 lain di Buddhism (eg.Mahayana) maka anda akan melihat bahwa teori Abhidhamma Theravada juga mengandung kesalahan fatal.
maksud anda mengandung kesalahan fatal?

Disini saya cuma mau menjajagi (test case) apakah pemahaman anak2 disini sudah mencapai kesana, dan apakah bisa dibawa kesana. Ternyata belum. So, ga ada gunanya juga dilanjutkan.
belum sampai ke sana, maksudnya sampai kemana?

kalo hal ini gak diterangkan, ntar bisa2 bikin penasaran...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #80 on: 25 October 2007, 05:55:12 PM »
Quote
Statement yang saya buat itu penting untuk disampaikan ke anda, yaitu untuk mengingatkan bahwa Abhidhamma itu cuman sekedar teori. Kalau anda pelajari filosofi2 lain di Buddhism (eg.Mahayana) maka anda akan melihat bahwa teori Abhidhamma Theravada juga mengandung kesalahan fatal.
maksud anda mengandung kesalahan fatal?

Begini ya. Yang mengatakan kesalahan fatal itu saya berdasarkan dari hasil study dari penolakan eksponen Madhyamaka (Mahayana) terhadap filosofi atomistik Shtaviravada seperti yang terkembangkan dalam kitab Abhidhamma.

Pandangan abhidhammik mengatakan bahwa segala fenomena dharma maupun self dapat dianalisa menjadi komponen-komponen terkecilnya. Komponen2 terkecil ini tak dapat dibagi lagi dan disebut sebagai dharma (cmiiw). Hal ini bertentangan dengan konsep emptiness baik empty of one or many.
Yang disebut fenomena dharma (dan self) itu non-inherently exist. Tetapi bila dikatakan bahwa fenomena dharma (dan self) itu dikatakan sebagai no-self karena tersusun dari komponen bentukan maka dapat dikatakan ini bertentangan dengan 'empty of many'. Menurut Madhyamaka, komponen terkecil itupun tidak memiliki inherent existence dan muncul dari dependent origination dalam tataran konvensional. Akan tetapi dalam tataran absolut, dependent origination itupun pada hakikatnya adalah empty.

Mungkin terdengar rumit dan membingungkan yah. Tentu saja. Karena ini adalah sebuah bahasan yg bisa menampung 1 buku penuh tapi coba saya gambarkan hanya dalam beberapa kalimat belaka, tentu tidak mungkin. Tapi arahnya kesana.

Meskipun demikian, itu adalah pembelajaran bagi yang tertarik untuk mempelajari keluasan Buddhism dari berbagai macam tradisi. Menurut pendapat saya pribadi, Abhidhamma tetaplah sangat bermanfaat dan juga lagipula pemahaman beberapa tokoh Theravada spt Ajan Sujin dan Bikkhu Thanissaro juga memberikan view bahwa semua itu harus dipahami dalam cahaya emptiness. Jadi tidak ada masalah dengan pembelajaran Abhidhamma asalkan tidak dibenturkan secara meruncing (debat filosofis yg semakin mendalam). Bila kita semakin tajam melihat sesuatu maka yang tampak adalah perbedaan-perbedaan. Itu wajar.

Quote
Disini saya cuma mau menjajagi (test case) apakah pemahaman anak2 disini sudah mencapai kesana, dan apakah bisa dibawa kesana. Ternyata belum. So, ga ada gunanya juga dilanjutkan.
belum sampai ke sana, maksudnya sampai kemana?

kalo hal ini gak diterangkan, ntar bisa2 bikin penasaran...


Ya udah diterangkan di atas.

Oya, emptiness itu bukan berarti nihil.
Emptiness dikatakan berada diluar dualisme baik dan buruk, akan tetapi hal itu dilihat dari sisi conventional-nya. Dalam dirinya sendiri, emptiness adalah merupakan true nature yang memiliki kualitas spontaneously present, yaitu adalah sifat/kualitas Kebuddhaan (kebajikan) itu sendiri. Hanya saja sifat kebuddhaan itu tertutupi oleh kekotoran batin.
Dus, latihan sila itu bukan sekedar digunakan utk menghilangkan kekotoran batin, karena tiada akan ada habisnya, tetapi merupakan sebuah alat untuk membentuk path. Dari path itu maka yang diutamakan adalah bagaimana memunculkan kembali sifat asali Buddha Nature tersebut, dan itu tidak mungkin bila tidak dilakukan dengan Bodhicitta (pikiran cinta kasih). Itulah Bodhicitta relatif, sedangkan Bodhicitta absolut ya adalah realisasi emptiness itu sendiri yg disebut primordial wisdom.
Di pelatihan Lojong (7 steps of mind training) utk melatih kesana itu kita harus tidak melekat, termasuk melekat pada antidote nya. Sila adalah alat, tapi jangan sampai malah melekat pada alat tsb.

« Last Edit: 25 October 2007, 07:06:25 PM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: pilih yg mana?
« Reply #81 on: 25 October 2007, 08:58:52 PM »
ok, paham om...
mungkin bener yg dibilang bang markos, abhidhamma ama emptinessnya di thread lain aja...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: pilih yg mana?
« Reply #82 on: 26 October 2007, 08:06:38 AM »
Quote
Statement yang saya buat itu penting untuk disampaikan ke anda, yaitu untuk mengingatkan bahwa Abhidhamma itu cuman sekedar teori. Kalau anda pelajari filosofi2 lain di Buddhism (eg.Mahayana) maka anda akan melihat bahwa teori Abhidhamma Theravada juga mengandung kesalahan fatal.
maksud anda mengandung kesalahan fatal?

Meskipun demikian, itu adalah pembelajaran bagi yang tertarik untuk mempelajari keluasan Buddhism dari berbagai macam tradisi. Menurut pendapat saya pribadi, Abhidhamma tetaplah sangat bermanfaat dan juga lagipula pemahaman beberapa tokoh Theravada spt Ajan Sujin dan Bikkhu Thanissaro juga memberikan view bahwa semua itu harus dipahami dalam cahaya emptiness. Jadi tidak ada masalah dengan pembelajaran Abhidhamma asalkan tidak dibenturkan secara meruncing (debat filosofis yg semakin mendalam). Bila kita semakin tajam melihat sesuatu maka yang tampak adalah perbedaan-perbedaan. Itu wajar.

dear suchamda,

hanya sekedar mengingatkan, bahwa jika membandingkan, hendaknya adalah apple to apple, jgn bandingkan orange dengan apple, yang tentu saja berbeda.....

jika semakin tajam melihat, saya rasa itu bisa disamakan dengan mencari-cari perbedaan, dan sudah pasti berbeda, karena membandingkan orange dengan apple...

justru hendaknya diamati sehingga akan muncul "apa adanya" atau "paramatta"......

sebagai contoh org ada kulit kuning, putih, hitam..... pasti beda khan??? tapi jika dilihat sebagaimana apa adanya, orang pasti akan sama, yaitu terdiri dari nama dan rupa....

semoga ini dimengerti yah........... end of oot

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: pilih yg mana?
« Reply #83 on: 26 October 2007, 08:12:06 AM »
ok, paham om...
mungkin bener yg dibilang bang markos, abhidhamma ama emptinessnya di thread lain aja...

yup, khan ada bagian tersendiri tuh.....  ;)

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #84 on: 26 October 2007, 08:14:47 AM »
Quote
hanya sekedar mengingatkan, bahwa jika membandingkan, hendaknya adalah apple to apple, jgn bandingkan orange dengan apple, yang tentu saja berbeda.....

Kan yang saya bandingkan apple to apple? :o
Buddhism to buddhism khan? ^-^
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #85 on: 26 October 2007, 08:24:19 AM »
Quote
jika semakin tajam melihat, saya rasa itu bisa disamakan dengan mencari-cari perbedaan, dan sudah pasti berbeda, karena membandingkan orange dengan apple...

Perbedaan itu ada bukan utk dihindari atau diingkari, tetapi untuk diteliti.
Dari penyelidikan itulah baru ada pemahaman. Dengan pemahaman maka hilanglah kecurigaan.
Dengan pemahaman maka kita bisa menemukan prinsip yang lebih tinggi. Otomatis menjadi lebih pluralistik, lebih bisa menghargai yg lain.

Quote
justru hendaknya diamati sehingga akan muncul "apa adanya" atau "paramatta"......

Justru dari pembelajaran perbedaan itu kita bisa berpikir secara inferensial (krg lebih analitis lah) menghasilkan inferential cognition (ga tau bhs indonya, sori).
Inferential cognition itu nanti yang memberikan kepastian tentang view.
Baru darisitu kita bisa bermeditasi dengan mengarahkan ke tujuan yg tepat utk mendapatkan direct valid cognition (pengalaman langsung).

Kalo viewnya saja tidak tepat, bagaimana mau memahami paramatta?

Dgn kata lain:
Mempelajari pandangan2 secara serius dan membedahnya dan kemudian bisa melihat keruntuhannya, adalah sama saja sedang mendidik batin utk melihat bahwa semua pandangan itu adalah bentukan konvensional belaka. Baru dari situ muncul pemahaman paramatta yang tak terkatakan.

Coba baca buku ini:
http://www.namsebangdzo.com/Nagarjuna_s_Seventy_Stanzas_p/5673.htm
http://www.namsebangdzo.com/product_p/12854.htm
http://www.greatliberation.org/dharmashop/books/bk5.htm
http://www.greatliberation.org/dharmashop/books/bk12.htm

Kalo mau yg berat (dialektika filosofis):
http://www.namsebangdzo.com/Ocean_of_Reasoning_p/13439.htm
http://www.namsebangdzo.com/Dependent_Arising_and_Emptiness_p/5257.htm

Kalau mau yang gratisan, bisa minta kesini (request) e-book:
http://www.khyentsefoundation.org/publications.html (click di bagian 'request form')
« Last Edit: 26 October 2007, 09:00:08 AM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: pilih yg mana?
« Reply #86 on: 26 October 2007, 08:52:11 AM »
Justru dari pembelajaran perbedaan itu kita bisa berpikir secara inferensial (krg lebih analitis lah) menghasilkan inferential cognition (ga tau bhs indonya, sori).
Inferential cognition itu nanti yang memberikan kepastian tentang view.
Baru darisitu kita bisa bermeditasi dengan mengarahkan ke tujuan yg tepat utk mendapatkan direct valid cognition (pengalaman langsung).

Kalo viewnya saja tidak tepat, bagaimana mau memahami paramatta?

dear Suchamda,

saya jawab beberapa poin saja:

1. apple itu sendiri ada bermacam2, misal Fuji, New Zealand, wahington navel dan sebagainya...... yang pasti berbeda2 baik dari unsur cair, padat, panas dan geraknya...... dan jika dibelah lagi, misal Apel fuji, juga akan pasti berbeda-beda, ada yang keriput, kulit mulus, ulatan, warna kurang cerah, dan sebagainya.....
jika dicari lagi, pasti akan semakin banyak bedanya.......

justru hendaknya itu dilihat apa adanya sebagai apple........ mencari perbedaan tidaklah akan membuat mengerti paramtta.....

*deleted biar ga makin out of topic*


end of discussion karena sudah out of topic......
« Last Edit: 26 October 2007, 09:30:33 AM by markosprawira »

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #87 on: 26 October 2007, 09:11:21 AM »
Quote
2. bermeditasi dengan tujuan, hanya akan menambah kemelekatan pada tujuan itu dan justru akan memperkuat konsep pannati........ dimana ini akan menjauhkan anda dari kemampuan paramatta....
itu kenapa muncul istilah "jika bermeditasi, lepaskan konsep"

Meditasi ada banyak macam. Ada meditasi berkonsep dan meditasi tak berkonsep. Ada juga analytical meditation.
Insight meditation memang pada waktu bermeditasinya tidak boleh dengan tujuan apalagi dengan konsep.
Viewnya itu adalah untuk mengarahkan kita dalam path.
Kalo viewnya salah, pathnya juga salah. Orang Hindu juga ada bermeditasi tanpa konsep bukan? Tapi viewnya???

Sori, ini saya perpanjang sedikit karena memang awalnya anda yang melontarkan komentar terlebih dahulu, saya bertanggung jawab utk menerangkannya.

OK end of discussion. Kalo kurang puas, silakan buka topik baru aja kalo mau.
« Last Edit: 26 October 2007, 09:16:49 AM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #88 on: 27 October 2007, 12:45:31 AM »
Berikut ini adalah cuplikan dari buku "Freedom from Extremes: Gorampa's "Distinguishing the Views" and the Polemics of Emptiness (Studies in Indian and Tibetan Buddhism)" di bagian Introduction nya ,pg.2 :

All knowledge --and this includes philosophy-- is polemical by nature. (Johan Huizinga)

The Great German Indologist Max Mueller once wrote, "To know one is to know none". For Mueller, knowledge is comparative. To know a thing -- a text, a practice, a culture-- it is necessary to see how the thing relates to other things. It is by understanding the nexus of relationships betweeen things that knowledge arises. And if, as Pierce puts it, "a thing without oppositions , ipso facto, does not exist", then one can conclude that knowledge not only has a positive (catapathic) aspect, but also a negative (apopathic) one. To know something requires that one understand both what a thing is and what it is not. Comprehension is a relational act. It requires that one be able to relate a given thing to other things that are similar, but also that one have an awareness of the way in which a given thing differs from other things. Knowing things in themselves --as isolates-- is an incomplete form of knowledge.
"To know one is to know none". If something is to be fully known, it is necessary to understand how it relates to other things. More specifically, true knowledge requires the ability not only to chart similarities, but also to notice differences and contrasts.

Karena sudah OOT di topik ini, maka bila ingin melanjutkan diskusi, silakan buka topik "Belajar satu tradisi atau banyak tradisi?" atau click di link bawah ini untuk langsung menuju kesana:
http://www.dhammacitta.org/forum/index.php?topic=821.new#new
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline ajan

  • Teman
  • **
  • Posts: 71
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #89 on: 02 November 2007, 02:32:39 PM »
Hidup ini selalu penuh pilihan...

Btw kok pake bayg*n, pake H*T donk...  ;D

hush.. H*T udah ditarik dari pasaran..
ketinggalan berita ya? :whistle:

sekarang HIT balik lagi ke pasaran, sogokannya kenceng kali  ;D

 

anything