Mengenai sadhana abhicaruka, saya juga no comment. Yang saya mau tekankan adalah bukti historik menunjukkan bahwa Sang Buddha tidak pernah membunuh atau mengajarkan pembunuhan (meskipun untuk menolong).
Di zaman dahulu, tidak ada jalan raya. Gajah dan kuda hanya "kendaraan" yang digunakan untuk membuat seseorang lebih cepat sampai di tujuan dan agar penunggang tidak letih dalam menempuh perjalanan. Sang Buddha dan para bhikkhu tidak mengambil kenyamanan duniawi ini. Namun pada zaman sekarang, sudah penuh dengan jalan raya. Bila bhikkhu harus berjalan kaki di jalan raya, itu jelas tidak efektif. Menurut saya bhikkhu pergi ke tujuan dengan naik mobil atau pesawat terbang itu tidak apa-apa. Asalkan pikirannya jangan mendambakan kenyamanan tersebut. Namun yang saya singgung di postingan sebelumnya adalah, LSY memiliki Roll Royce sebagai hak milik pribadinya. Apakah seorang bhikkhu boleh memiliki aset? Menurut saya itu tidak boleh, sebab prinsip bhikkhu (ala Buddha Gotama) adalah melepaskan keluarga, strata, harta maupun tahta. Sampai di sini, kita bisa melihat bahwa prinsip Buddha Gotama dan LSY jelas berbeda.
perbedaan secara prinsip itu dimana? GM Lu Sheng Yen mengajarkan ajaran Buddha dengan baik. Saya juga sudah mempelajari ajaran dari aliran-aliran lain, dan menurut saya sama sekali tidak bertentangan. Mengenai kepemilikan, saya pernah mengunjungi satu vihara non-TBSN yang luasnya saja berkali-kali lipat lapangan sepak bola. Yang jelas-jelas fasilitas di dalam viharanya lebih menyerupai hotel ketimbang rumah biasa.
Yang diperlukan seorang bhikkhu hanyalah makan untuk bertahan hidup, pakaian untuk menutupi tubuh, dan tempat tinggal untuk berteduh. Jika semua sudah terpenuhi, uang pun menjadi tidak diperlukan lagi. Buddha Gotama memang tidak pernah membebani diri-Nya dan Sangha dengan uang. Kalau ada umat mendanakan vihara, Sang Buddha bisa menerimanya. Tapi kalau ada umat mendanakan uang untuk bangun vihara, Sang Buddha tidak menerimanya. Sedangkan LSY mencari dukungan dan menerima donasi dari umat, menyimpan uangnya, lalu digunakan untuk mengembangkan TBSN. Jadi sebenarnya TBSN memang sebuah produk marketing. Sedangkan Sangha yang didirikan Sang Buddha merupakan sebuah jalan hidup yang justru didukung oleh orang-orang dan simpatisan. Ini perbedaan lainnya.
Jaman sekarang ini mana ada orang mau menyumbang begitu saja? coba anda pikir kenapa banyak orang di luar sana memberikan sumbangan materi luar biasa besar kepada Master Lu Sheng Yen ? karena GM Lu Sheng Yen sudah membantu memecahkan masalah mereka.
Di jaman Sang Buddha, beliau juga menerima persembahan melimpah ruah dari umat-umatnya, kenapa Sang Buddha menerima vihara Jetta yang dibangun dengan 3/5 kekayaan Anathapindhika ? bukankah sebuah rumah sederhana saja cukup untuk melatih diri?
Sang Buddha tidak mengeluarkan sepeser uang pun untuk menyebarkan Ajaran-Nya, sebab Beliau sendiri tidak punya uang sepeser pun. Sikap Sang Buddha mengundang banyak simpatisan, sehingga banyak dermawan yang menyokong kebutuhan Sangha. Seumpamanya tidak ada dermawan yang menyokong Sangha, Sang Buddha juga tetap tidak akan menggunakan uang-Nya. Sebab Sang Buddha tidak punya uang sepeser pun.
tidak mengeluarkan uang sepeserpun itu karena ada donatur yang sukarela memberikan dana, kalau
tidak ada orang-orang seperti Anathapindhika dan Buddha tidak mau menggunakan uangnya untuk membangun vihara, maka tidak akan ada perkumpulan sangha. Mau ada organisasi harus ada uang, mau pakai baju harus ada uang, mau bikin vihara juga harus ada uang.. mana mungkin ada vihara kalau tak ada dana..
btw kalau sangha dari aliran lain naik mobil bagus gak pernah ada yang protes, tapi kalau GM Lu Sheng Yen naik mobil bagus sedikit saja banyak yang protes, kenapa ya?