Kenapa sy katakan Jadi Bhikku/Pertapa di Hutan saja, Karna awalnya anda mengatakan masa bodo artinya Tidak Peduli sama ummat...
iya, makanya saya jelaskan bahwa bhikkhu hutan bukanlah "Perkumpulan Manusia Masa Bodo/Tidak Peduli sama Umat".
Sy tidak ada maksud menyinggung posisi seorang Bhikkunya. Ummat diVihara itu tidak hanya dikepalai atau diBina oleh Bhikku saja Tapi Juga ummat itu sendiri, yang pastinya mempunyai pemahaman lebih dalam tentang agama, seprti Dharmaduta atau rohiawan2 Buddhist ditempat mereka. Nah harusnya ini Lah yang mempunyai peran lebih besar dalam hubungannya dengan ummat... Bukan dengan diBiasakan dengan kata seperti ini :
"saya memang masa bodo dengan kuantitas, umat Buddha. Tapi saya peduli dengan kelangsungan Buddha-Dhamma"
Tidak peduli dengan kuantitas bukan berarti tidak peduli dengan kualitas. Silahkan kalo ingin mengajar/diskusi/berbagi.
Tapi.... bahkan ajaran dari Buddha pun perlu kita telaah apalagi ajaran para umat, rohaniawan, dhammaduta, dan bhikkhu. Ajaran umat/dhammaduta/bhikkhu, ada kemungkinan masih terpengaruh oleh opini subjektif, atau hanya berdasarkan logika.
Jadi, jika belum pasti benar, apakah berarti "tidak bermanfaat sama sekali" dan kalo begitu tidak perlu ngajar? ya, bukan begitu. Kalo mau ngajar, ya silakan. Dan, kembali ke pendengarnya. Apa yang didengar, ya ditelaah lagi. Bukan berarti kalo bhikkhu/romo yang ngomong, adalah pasti benar.
_____________________
Coba baca sebuah cerita dari
Udana berikut ini:
5.4. Anak-anak
Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berada di dekat Savatthi, di Hutan Jeta, di Vihara Anathapindika. Pada saat itu sejumlah anak-anak di daerah antara kota Savatthi dan Hutan Jeta sedang menyiksa ikan (dalam kolam). [5]
Kemudian Sang Bhagava, sesudah mengenakan jubahnya sebelum siang hari dan membawa mangkuk dan jubah luar Nya, pergi ke Savatthi untuk mengumpulkan dana makanan. Beliau melihat anak-anak itu di antara kota Savatthi dan Hutan Jeta sedang menyiksa ikan. Ketika melihat hal ini beliau mendekati anak-anak itu dan berkata: "Apakah kamu, anak-anak takut rasa sakit? Apakah kamu tidak suka rasa sakit?"
"Ya, Bhante, kami memang takut rasa sakit. Kami tidak menyukai rasa sakit."
Kemudian, karena menyadari pentingnya hal itu, Sang Bhagava pada saat itu mengungkapkan khotbah ini:
Jika kamu takut sakit, jika kamu tidak menyukai rasa sakit,
Jangan melakukan perbuatan jelek secara terbuka atau secara tersembunyi.
Jika kamu sudah melakukan perbuatan jelek atau melakukannya sekarang,
Kamu tidak akan bisa lolos dari rasa sakit, walaupun kamu mencoba melarikan diri.
Nah, saya pernah baca buku. Buku ini ditulis oleh seorang bhiksu yang cukup terkenal. Di buku itu, ia menulis sebuah kisah yang mirip. Tapi di akhir kisah itu, ia menulis bahwa Buddha mengatakan kepada anak-anak itu kira-kira sebagai berikut:
Nak, janganlah menyakiti ikan-ikan itu. Mereka juga punya ayah, ibu, dan saudara. Kalau ikan-ikan itu menderita, maka ayah, ibu, dan saudara mereka bisa ikut sedih.
Awalnya saya bingung: "heh? masa' Buddha berbicara sesuatu yang seperti khayalan begitu?" Lalu saya ketemu kisah di Udana di atas. Baru mulai clear duduk permasalahannya.
________________
Inilah salah satu contoh penyampaian ajaran yang terpengaruh opini subjektif. Ini masih mending karena bisa kita padankan dengan sumber lain. Tapi kalo ajaran yang dikreasikan sendiri oleh pikiran si pengajar, lebih sulit lagi dinilai.
tingkat pemahaman dan pemikiran orang berbeda-beda, bisa saja seorang ummat beranggapan, Oh klo gitu bisa pindah2 keyakinan ya semau-maunya, sesuka hati. hari ini A besok B besok X..
Kata-kata seperti itu hanya boleh diucapkan & didengar oleh ummat yang tingkat pemahaman ajaran Buddhanya sudah cukup, sudah mengerti apa itu Buddha, apa itu Dhamma.
Pindah keyakinan, berbeda dengan pindah agama. Kalo pindah agama, ya terserah kalo ada yang senang berpindah-pindah (semoga ga susah urus KTP).
Tapi kalo pindah keyakinan, tidaklah sederhana. Keyakinan itu dibangun. Tidak bisa serta merta berpindah-pindah dengan begitu mudahnya.
Jadi.. YA yang Salah pemimpin2 agama diNegri itu Yang masa Bodo tidak memperhatikan ummatnya atau jemaatnya... Jika itu pemahaman yang keliru... harusnya diLuruskan, BUKAN dengan mengucapkan Masa BODO atau Tidak peduli, jadi Pindah agama sebrang dengan ringan hati...
contoh saya sebelumnya itu, contoh ekstrim aja bro. Dan karena itu contoh fiktif, ga perlu dipikirkan penyebabnya.
Ok, Itu persepsi Klasik yang tidak asing ditelinga sebagai ummat Buddhist.. hal yang biasa...!!!
Buddha-Dhamma, tidak sama dengan Agama Buddha YA, TETAPI agama Buddha mewakili Buddha-Dhamma. Karna tidak ada Ummat Buddha tapi disebut Kristiani atau Muslim. Orang yang ikut kebaktian di Vihara atau Cetya adalah beragama Buddha dan seharusnya tahu itu Buddha-Dhamma. Klo tidak Tahu Berarti Orang itu cuma Nongkong diLuar Vihara saja tidak ikut Kebaktian, mendengarkan Dhamma, baca buku2 Dhamma
Ya, terserah aja, jika seseorang butuh atribut yang menunjukkan "ini lho, gue masuk golongan ini". Sama seperti kalo pilih jokowi, gue pake baju kotak-kotak biar afdol. Ya, terserah. Tapi bukan berarti kalo ga pake baju kotak-kotak berarti golput kan?
Masalah Kualitas itu tergantung Individu masing-masing, klo kegiatan diViharanya Vakum dalam jangka waktu lama ya begitu, jadi TANPA Kualitas ummatnya tohhh. Jadi JANGAN disalahkan Kuantitasnya donx...
Sejak kecil hingga remaja, saya tinggal di kota kecil. Jarang sekali ada ceramah. Di vihara hanya kebaktian biasa. Saya cukup malas ke vihara. Tapi saya tidak pernah menyalahkan ke-vakum-an vihara karena tidak berkontribusi pada kualitas saya.
Saya belajar dari buku. Ada satu buku yang cukup bagus. Dan karena hanya itu yang saya punya, maka saya minta lagi dengan menulis surat ke penerbitnya. Dari buku-buku kiriman itulah saya belajar.
Kata2 "bahwa Buddha-lah yang menyembuhkannya" Hal yang biasa itu, sudah terkontaminasi kebiasaan Lokal...
Ohhh sy? sy hanya ummat biasa, bukan pengurus, rohaniawan Buddha. Pengetahuan sy tentang Buddha-Dhamma masih jauh untuk hal2 sperti itu. Ya tapi sering Sharing tentang Dhamma sama teman2 sering kok. Ya cukup lumayan iman/Sadha sy dan teman2 yg sekarang ini terhadap triratna Tetap Kuat... terjadi Guncangan ketika waktu SMU karna sy Sekolah di yayasan kr****n, pada masa sekolah iniLah sy Sering Ke Gereja Bethani. Sangat Fundametal sekali ajarannya dan Kaum Fanatik, Sekali Masuk Sulit diTarik kembali keYakinannya... Mereka sangat Kuat Solid dalam beribadah, belajar dan mengajar juga interaksi diatara sesama ummat maupun gembalanya (pendeta) sangat baik...
Menurut saya sih, selama seseorang berpikiran terbuka, dia tidak mungkin memiliki keyakinan buta.
Waktu sekolah dulu sebenarnya walapun sekoLah di yayasan kr****n Tetapi mayoritas murid2nya lebih Banyak beragama Buddha. Ya tapi itu beda dengan ummat2 agama Samawi untuk msalah keyakinan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Beda dgn ummat Buddha... yang sering berucap.. Akhh yang penting benar..!!!, Karna memang sudah diMain-Set seperti itu dari Kecil, remaja sampai dewasa jadi Pindah keyakinan itu Hal yang biasa...
Kalimat: "semua agama sama", menurut saya sah-sah aja. Orang yang mengucapkannya, mungkin hanya butuh agama sebatas atribut. Tapi orang yang memiliki keyakinan yang cukup, saya rasa tidak akan mengatakan hal itu.
Selain itu, tidak adanya spirit yang besar untuk keVihara karna di ViharaPun kegiatannya hanya itu2 saja monoton, tidak ada pembelajaran yang membangkitkan spirit kebanggaan terhadap ajaran Buddha. Ya teman2 sekolah setelah lama tidak Jumpa jadi banyak nyebarang ke agama tetangga terutama kr****n Bahkan banyak sekali... (walaupun itu bukan satu Faktor saja)
Orang yang mau belajar, dia otomatis menjadi proaktif. Dia yang aktif, tidak perlu tunggu disuapin. Jadi, jangan salahkan vihara. Liat langsung ke individunya.
Mengenai pemilihan agama, IMHO jika seseorang merasa bahwa ia perlu punya pegangan dalam hidupnya, dan ia mencarinya pada sebuah ajaran agama.. Maka tentu ia akan mencari apa yang paling benar
menurut dia. Kadang kita ngotot sampe gimana pun, juga sia-sia. Tergantung kecenderungan/preferensi mereka masing-masing juga.
Koment sy sebelumnya, sebetulnya ini yang lebih ditekankan :
Justru Maksud sy yang harus memberdayakan ummat dan mengembangkan Buddha-Dhamma ya itu, Yang memiliki pengetahuan yang luas tentang ajaran Buddha-Dhamma. Karna kenapa, Sebetulnya banyak ummat2 Buddha yang haus/antusias akan kebenaran Buddha-Dhamma ini, ingin mengetahui lebih jauh apa itu ajaran agama Buddha.
Ya, bagi yang mau ngajar, ya terima kasih. Bagi yang ga mau, ya silakan.
Banyak kok buku-buku yang beredar, DC juga sudah menerbitkan sebagian tipitaka yang bagus sekali. Umat yang haus/antusias, silakan membacanya.