weh rame juga nich forum . . .
sebelom'na saya minta maaf yang sedalam-dalamnya apabila ada salah-salah kata, dan pemahaman.
Tulisan saya dalam topik ini hanya sekedar ingin menyampaikan isi hati, dan pemikiran saya yang terlintas karena melihat topik ini, dan juga merasa digelitik oleh teman-teman sedharma. Penulisan saya tanpa maksud atau niat menggurui, hanya sebatas bertukar pikiran sadja.
Silakan aktif berdiskusi, Bro. Selama komentar Anda sopan, semua pendapat Anda akan diterima dengan terboeka oleh teman-teman yang lain.
Menurut saya sabbe satta bhavantu sukkhitattha yang dalam terjemahan Indonesianya secara umum berarti semoga semua mahluk berbahagia mengandung pengertian sebuah harapan agar kehidupan semua mahluk hidup berbahagia.
Dan menurut saya lagi agar tercapai sebuah harapan tersebut harus disertai cara, dan jalan.
bukan terikat oleh kata mahluk hidup, atau mahluk yang mati
Menurut saya lagi untuk yg kesekian kalinya seseorang yang tidak bersungguh-sungguh berusaha menjalankan, dan memikirkan cara apa yang menjadi harapan baiknya yang sering di ucapkan adalah
seseorang yang tidak tahu, dan mengerti apa yang di ucapkan, atau
seseorang yang munafik, dan malas
Benar. Anda juga tidak benar-benar mengharapkan semua makhluk berbahagia.
Beberapa hewan hanya dapat bertahan hidup dengan memakan hewan lainnya. Dalam aktivitas memakan, hewan itu juga membunuh hewan lainnya. Sedangkan pada manusia, banyak motivasi yang mendorongnya untuk memakan daging. Yang paling umum adalah selera makan. Ada juga beberapa orang yang menjual daging karena terhimpit keadaan finansial. Secara struktur biologis, manusia adalah makhluk omnivora. Makanan hewani mengandung gizi yang dapat menyokong kesehatan tubuh. Ini semua adalah beberapa sisi lain, di mana ada makhluk-makhluk yang dapat hidup berbahagia karena dan setelah mengonsumsi makanan hewani.
Kalau Anda mengharapkan semua makhluk dapat berbahagia, pertimbangkan juga sisi ini.
Daging merupakan hasil pembunuhan secara langsung, kita semua tau (sadar) tanpa ada cara lain daging dapat diperoleh tanpa melakukan proses pembunuhan, yang menjadi masalah pertama apahkah anda mensetujui proses tersebut ? ? ?
Sering juga orang beralasan sayuran, menggunakan cangkul, pepstisida, dll.
Menurut saya ini adalah merupakan alasan orang-orang yang menginginkan pembenaran diri saja, mengapa ?
pertama tujuan awal petani adalah menanam, bukan membunuh
kedua kita semua tahu sayur adalah sesuatu tanpa jiwa dan kesadaran, tidak merasa menderita ketika kita panen
ketiga hewan-hewan yang terkena cangkul dan mati adalah terjadi karena proses yang tidak disengaja, tanpa ada niat jahat
keempat pepstisida yang digunakan bertujuan untuk menyelamatkan hasil panen agar kehidupan si petani, atau orang banyak dapat terjamin, dan diselamatkan
kelima dll.
Saya tidak menyetujui pembunuhan makhluk hidup. Karena itu, meskipun saya seorang yang masih mengonsumsi daging, saya mengendalikan diri saya dalam menyantap makanan hewani.
Yang pertama, untuk memulai bertani, harus disediakan lahan. Ketersediaan lahan terbagi menjadi dua jenis, yaitu terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia. Dalam pengembangan lahan ini, manusia mengelolanya dan secara tidak langsung mengambil bagian ekosistem dari hewan di sekitarnya. Yang kedua, dalam pandangan Buddhisme, tumbuhan memang bukan makhluk hidup. Yang ketiga, dalam proses pengolahan lahan dan tanaman, seringkali menyebabkan kematian hewan-hewan secara tidak langsung. Artinya, program pertanian juga memakan korban. Yang keempat, peptisida, insektisida, termitisida, dsb. memang digunakan untuk membasmi hewan yang dapat merusak hasil pertanian. Pembunuhan ini dilakukan dengan sengaja. Artinya, untuk mensukseskan program pertanian, para pelaku pertanian juga melakukan pembunuhan. Yang kelima, membunuh makhluk hidup yang kecil tetaplah pembunuhan. Artinya, makanan vegetarian pun tidak terlepas dari aksi pembunuhan makhluk hidup. Dan sebagainya...
Daging adalah sebuah bangkai, dan jasad mahluk hidup, tetapi ada juga sebagian orang yang mengatakan ini adalah sebuah makanan.
Berdasarkan penyelidikan, dan wawancara langsung mengapa daging disebut sebagai makanan
satu daging enak rasanya, ini jelas pemuasan nafsu dan tidak bisa di jadikan alasan
dua daging bergizi, pertanyaannya adalah pantaskah kita menginginkannya ? ? ?
tiga tanpa daya makanan kebanyakan daging, dan tercampur daging semua, ini jelas orang-orang yang tidak mau berusaha, tidak ada niat serta keinginan yang keras.
Daging merupakan bangkai, karena sepotong daging akan mengalami proses pembusukan terus menerus tiap waktunya. Dari proses pembusukan ini daging terus memproduksi racun, dan bakteri didalam tubuh kita yang dapat merugikan kesehatan kita. Untuk info jelasnya dapat di cari sendiri.
Tambahan panjang usus manusia = 6x panjang tubuh (10 meteran lebih) sehingga makanan yang kita makan tidak mungkin dapat dikeluarkan setelah makan, bahkan mungkin setelah berhari-hari baru dapat keluar (berbeda dengan hewan karnivora).
Makanan adalah suatu benda yang dapat dikonsumsi untuk mendukung kelangsungan hidup. Daging adalah salah satu jenis makanan.
Kenapa daging layak disebut sebagai makanan?
- Karena daging dapat diolah menjadi makanan. Daging memiliki cita rasa yang variatif.
- Daging memiliki kandungan gizi yang lebih banyak dari tumbuhan. Jika daging bisa mendukung kesehatan tubuh, maka daging boleh disantap. Jika daging bisa mengganggu kesehatan tubuh, maka sebaiknya daging tidak disantap.
- Beberapa orang yang tinggal di daerah minim tumbuhan, dapat bertahan hidup dengan mengonsumsi daging. Misalnya orang Eskimo di Kutub Utara.
Daging dari makhluk hidup yang sudah meninggal memang akan mengalami pembusukan lebih cepat. Namun hal yang sama juga berlaku bagi tumbuhan. Ketika daging itu diolah hingga matang, proses pembusukkan sudah jauh lebih lambat. Karena bakteri pembusuk dan mikroorganisme sudah mati saat proses memasak. Daging memang mengandung racun, namun apabila hewan itu disuntikkan zat-zat yang beracun dalam proses peternakannya. Beberapa sayuran dan hasil pertanian lainnya juga mengandung racun anti hama dalam kadar yang sedikit. Karena itu, tidaklah masuk akal untuk mengambil kesimpulan langsung bahwa daging pasti akan merugikan kesehatan manusia. Dewasa ini, beberapa orang yang dinyatakan sebagai nominator pemilik usia terpanjang adalah orang yang juga mengonsumsi daging. Beberapa warga Suku Baduy di Banten juga bisa hidup hingga 120 tahun lebih meskipun memakan daging.
Usus manusia memang lebih panjang dari usus hewan karnivora. Karena struktur manusia adalah makhluk omnivora. Perhatikan bahwa manusia juga memiliki gigi taring. Gigi taring berfungsi untuk merobek makanan (daging). Proses pencernaan manusia lebih lamban dari proses pencernaan hewan karnivora. Karena manusia tidak hidup hanya untuk makan dan pergi ke toilet saja. Daging mengandung sedikit serat. Oleh karena itu manusia sebaiknya juga mengonsumsi makanan berserat, seperti sayuran dan buah-buahan.
Dari sini dapat dilihat seseorang yang tidak mempedulikan kesehatannya adalah seseorang yang tidak mencitai dirinya, tidak ada kesadaran dan keinginan untuk membuat dirinya bahagia.
Selanjutnya anda juga tidak mencintai mahluk lain karena dengan adanya tempat ternak memiliki persentase tertinggi terjadinya global warming belakangan ini.
Banyak daging saat ini yang sudah tercemar oleh zat-zat kimia. Namun hal yang sama juga berlaku pada tumbuhan dan hasil pertanian lainnya. Peternakan yang makin marak memang turut memberi kontribusi dalam pemanasan global. Ini semua karena nafsu makan, akibat berkembangnya bisnis kuliner. Namun di satu sisi, industri peternakan juga mendorong tumbuh-kembangnya industri pertanian.
Di zaman Sang Buddha, ada sekelompok aliran kepercayaan yang menghindari memakan daging; karena menganggap hal itu sebagai pembunuhan. Mereka juga menolak memakan sayuran dan hasil pertanian, karena didapatkan melalui usaha yang juga membunuh makhluk hidup. Maka mereka hidup bergelimangan di bawah pohon, tidak memakai pakaian atau hanya memakai pakaian dari rumput layu, minum hanya dari cawan alami, hanya memakan buah yang jatuh, serta tidak mandi. Sikap ekstrimis seperti ini dinyatakan Sang Buddha sebagai jalan menyiksa diri.
Saya melihat beberapa orang dewasa ini menyikapi 'mengonsumsi daging' dengan pandangan yang cukup ekstrim. Hanya saja perilaku dan jalan hidupnya belum sampai berani seperti kelompok aliran ekstrimis di zaman Sang Buddha itu.
Daging merupakan jasad mahluk hidup, sebagai seseorang yang sering mengharapkan kebahagian semua mahluk, tentunya dan harusnya timbul perasaan hormat kepada semua mahluk baik setelah mahluk itu meninggal. Menurut saya persemayaman dilakukan bukan didalam usus, tetapi saudara juga tidak perlu melakukan cara-cara yang ekstrim sehingga dianggap orang gila.
Dalam aliran mahayana sendiri para bikkhu tidak diperbolehkan makan daging, dan dalam beberapa sutta secara langsung mengatakan para bikkhu tidak boleh memakan daging, dan sang buddha sendiri tidak memakan daging. Seandainya cerita dari theravada benar saya ingin menanyakan langsung pada Buddha mengapa beliau demikian.
Demikian pemikiran saya, sekian dan trima kasih.
Bagi seorang yang melatih diri dalam penembusan Kebijaksanaan, ia akan mengerti bahwa makanan hanyalah penunjang kebugaran dan kelangsungan hidup. Tidak lebih dan tidak kurang. Oleh karena itu, ia tidak akan tertarik ataupun menolak pada jenis makanan apapun yang diberikan orang lain; daging, sayuran, makanan basi, kotoran, dsb. Saya pikir tidak masuk akal bahwa seseorang yang sudah mencapai Pencerahan Sempurna masih memilih-milih makanan yang hendak Beliau makan.
Dalam Tipitaka (Pali Kanon), Sang Buddha memberikan tiga syarat bagi bhikkhu untuk boleh memakan daging. Sang Buddha juga memberi kebebasan bagi para bhikkhu untuk bervegetarian atau tidak. Sedangkan Sang Buddha tidak memberikan peraturan seperti ini kepada umat awam. Sebagian umat awam (Theravadin) yang menilai bahwa Sang Buddha tidak melarang seseorang untuk memakan daging, menjadikannya alasan untuk dapat memakan daging sepuasnya. Perilaku ini adalah bentuk dari keserakahan (lobha). Meski tidak dilarang, tapi sebaiknya kita bisa mengendalikan perilaku ini.
Di luar itu, daging hanyalah objek netral. Daging yang masuk ke dalam saluran pencernaan tidak mengakibatkan degradasi tingkat spiritual seseorang. Yang membuat seseorang suci atau tidak hanya ada di pikirannya.