//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sad Pu Bab 12 : Devadattaparivartha Dharmaparyaya Suttram  (Read 3051 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Namo Rahula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 252
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
Sad Pu Bab 12 : Devadattaparivartha Dharmaparyaya Suttram
« on: 27 August 2008, 04:00:40 PM »
Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan

BAB XII

Devadatta

Pada saat itu Sang Buddha menyapa Para Bodhisattva, mahluk-mahluk Kasurgan dan Keempat Kelompok itu dengan bersabda:"Melalui banyak kalpa yang tak terhitung yang telah lewat, Aku telah mencari Hukum Kesunyataan Sutta Bunga Teratai itu dengan tiada henti-hentinya. Selama banyak kalpa lamanya, Aku menjadi Seorang Raja dan berPrasetya untuk mencari Penerangan Agung dengan hati yang tiada pernah ragu. Karena ingin untuk mewujudkan Keenam Paramita, maka sungguh-sungguh Aku berdana dengan setulus hati; Gajah-Gajah, Kuda, Istri-Istri, Anak-Anak, Budak Laki-Laki dan Perempuan, Pelayan-Pelayan dan Pengikut, Kepala, Mata, Sumsum, Otak, Daging Tubuh-Ku, Kaki dan Tangan serta seluruh Jiwa Raga Aku danakan. Pada waktu itu masa hidup manusia adalah tanpa batas. Demi untuk Hukum Kesunyataan Sutta Bunga Teratai ini, Aku tinggalkan Tahta Negeri-Ku dan Aku serahkan Pemerintahan-Ku kepada Pangeran Agung. Dengan tetabuhan genderang dan pemakluman yang menyeluruh, Aku mencari Kebenaran dimanapun jua dengan menjanjikan :"Siapakah gerangan yang dapat mengajarkan sebuah Kendaraan Agung Kepada-Ku, maka kepada-Nya Aku akan mempersembahkan seluruh Hidup-ku dan menjadi Pelayan-Nya." Ketika itu Seorang Pertapa datang Kepada-Ku, Sang Raja
dan berkata:"Hamba mempunyai Satu Kendaraan Agung yang disebut Hukum Kesunyataan Sutta Bunga Teratai Yang Menakjubkan. Jika Paduka mematuhi Hamba, maka Hamba akan mengajarkan-Nya kepada Paduka." Aku, Sang Raja, demi mendengar apa yang telah diucapkan oleh Sang Pertapa itu, menjadi berdebar karena Kegembiraan yang meluap-luap dan segera Aku mengikuti-Nya, melayani segala kebutuhan-Nya, mengumpulkan bebuahan, mengangsu air, mengumpulkan bahan bakar, mempersiapkan daharnya dan bahkan menjadikan Tubuh-Ku sebagai tempat duduk dan tempat tidur-Nya, tetapi meskipun demikian Jiwa dan Raga-Ku tidak pernah merasa letih. Pada saat Aku melayani demikian itu, seribu tahun telah berlalu dan karena demi Hukum itu, Aku melayani-Nya dengan bersemangat sehingga Ia tidak kekurangan apapun jua."

Kemudian Sang Buddha yang ingin memaklumkan makna ini sekali lagi, kemudian bersabdalah Beliau dalam Syair:

Teringat Aku di kalpa-kalpa yang telah lalu
Ketika Aku mencari Hukum Kesunyataan nan Agung
Meskipun Aku sebagai Raja di mayapada ini
Namun Aku tiada mendambakan kelima keinginan

Dengan dentangan genta kemaklumkan
Hukum Kesunyataan ini kesegala penjuru alam
Siapapun yang memiliki Hukum Kesunyataan ini
Sekiranya Ia bersedia mengajarkan-Nya Kepada-Ku
Aku rela mengabdi kepada-Nya sebagai Pelayan-Nya

Kemudian datanglah Seorang Bijak Bestari
Bernama Asita yang datang kepada Sang Raja
Menyatakan bahwa Ia memiliki Hukum Kesunyataan tersebut
Yang menakjubkan yang jarang ada di dunia ini
Jika sekiranya Paduka bersedia melaksanakan-Nya
Akan Hamba khotbahkan Hukum Kesunyataan itu kepada Paduka

Setelah mendengar pernyataan Pertapa Bijak Bestari
Terasa kegembiraan bergelora di dalam Hati-Nya
Kemudian Ia mengikuti Pertapa itu melayani-Nya
Mempersiapkan segala kebutuhan-Nya segala rupa
Bahan bakar, buah-buahan, dan makanan
Dipersembahkan-Nya dengan Hormat dan Sujud

Aku senantiasa memelihara Hukum Kesunyataan itu
Jiwa dan Raga-Ku tiada merasa letih dalam Pengabdian-Ku
Hukum Kesunyataan yang dicari oleh semua mahluk
Kini telah Kutemui dan ini bukan untuk Pribadi-Ku
Juga bukan semata-mata untuk memuaskan keinginan-Ku

Aku Raja dari wilayah yang besar
Melalui pencarian penuh semangat
Kini telah menemui Hukum Kesunyataan
Sehingga akhirnya Aku menjadi Seorang Buddha
Karena itu Aku khotbahkan pada Kalian
Hukum Kesunyataan Sutta Bunga Teratai ini

Sang Buddha bersabda kepada seluruh Bhiksu:"Raja dimasa dahulu itu adalah Aku Sendiri dan Orang Bijak pada masa itu adalah Sang Devadatta Sendiri. Melalui Persahabatan yang baik dari Sang Devadatta, Aku dapat menjadi sempurna didalam Keenam Paramita, didalam hal Keluhuran, Welas asih, Kebahagiaan dan Pikiran Bebas, didalam hal Ke 32 Tanda, 80 jenis Keistimewaan, Kulit yang berlapis Emas, 10 macam Kekuatan, ke 4 macam Keberanian, ke 4 Angger-Angger Kemasyarakatan, ke 18 ciri-ciri yang khusus, Kekuatan-Kekuatan Ghaib di Jalanan Agung, Pencapaian Penerangan Agung, dan Penyelamatan umat yang menyeluruh, yang semuanya ini semata-mata berkat Persahabatan yang baik dari Sang Devadatta.
Aku nyatakan kepada Kalian Keempat Kelompok: Sang Devadatta nanti, sesudah kemangkatan-Nya dan sesudah sekian kalpa yang tak terhitung berlalu, akan menjadi Seorang Buddha yang bergelar Devaraja, Yang Telah Datang, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Sempurna Pikiran dan Perbuatan, Yang Terbahagia, Maha Tahu Tentang Dunia, Sang Pemimpin Tiada Tandingan, Guru Dewa dan Manusia, Yang Telah Sadar, Yang Dihormati Dunia, dan yang Dunia-Nya akan disebut Devasopanna. Pada saat itu Sang Devaraja akan tinggal di dunia selama 20 kalpa sedang Beliau akan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan secara luas kepada seluruh umat, dan para mahluk hidup yang banyaknya seperti pasir-pasir dari Sungai Gangga yang akan mencapai KeArhatan; Para Umat yang tanpa terhitung jumlah-Nya seperti pasir-pasir dari Sungai Gangga, mencurahkan Diri Pada Jalan Agung, akan mencapai Kepastian untuk tidak terlahir kembali dan Mereka akan mencapai Tingkatan yang tiada akan jatuh kembali pada kehidupan yang tidak kekal.

Kemudian sesudah Parinirvana dari Sang Devaraja, Hukum Yang Benar ini akan tinggal di dunia selama 20 kalpa sedang. Sebuah Stupa dari 7 Benda Berharga akan didirikan setinggi 60 yojana, dengan lebar dan panjang 40 yojana bagi abu relic seluruh Badan-Nya. Semua para dewa dan manusia akan memberikan Penghormatan dengan takzim dan memuja Stupa dari 7 Benda Berharga itu dengan beranekaragam Bebungaan, Bubuk Cendana, Dedupaan, Minyak Harum, Pakaian-Pakaian, Karangan-Karangan Bunga, Panji-Panji, Bendera-Bendera, Tirai-Tirai Bertatah Manikam, dendang dan lagu. Beribu-ribu Mahluk yang tak terhitung jumlah-Nya akan mencapai KeArhatan; Para Mahluk hidup akan tergugah untuk menjalankan KePratyekaBuddhaan; dan Para Mahluk yang tak terbilang banyak-Nya akan bangkit menuju Bodhi serta tidak akan jatuh kembali pada kehidupan yang tidak kekal."

Sang Buddha bersabda kepada Para Bhiksu: "Seandainya di dalam dunia yang mendatang terdapat Putera ataupun Puteri yang baik, yang mendengarkan Hikmah Sang Devadatta tentang Hukum Kesunyataan Sutta Bunga Teratai Yang Menakjubkan ini dengan Hati Yang Bersih dan Penghormatan karena Keyakinan serta tiada rasa bimbang sedikitpun, maka Orang seperti ini tidak akan terjatuh ke dalam neraka atau menjadi seorang yang berjiwa tanha maupun menjadi seekor hewan, tetapi Ia akan terlahir dihadapan Para Buddha dari alam semesta. Dimanapun juga Ia terlahir, Ia akan selalu mendengar Sutta ini. Dan jika Ia terlahir diantara Para Dewa dan Manusia, maka Ia akan menikmati Kebahagiaan yang tiada taranya. Bagi Sang Buddha yang menyaksikan Kelahiran-Nya haruslah melalui permunculan dari sebuah Bunga Teratai."

Pada saat itu Seorang Pelayan Bodhisattva yang bernama Pragnakuta dari Kawasan Bumi yang bernama Prabhutaratna, berkata Pada Sang Buddha :
"Marilah Kita kembali ke Negeri Kita Sendiri !" Tetapi Sang Buddha Sakyamuni bersabda pada Sang Pragnakuta:"Putera yang baik ! Tunggulah sebentar ! Inilah Sang Bodhisattva Manjusri. Temuilah Dia dan berdiskusilah dengan-Nya mengenai Hukum Yang Menakjubkan dan setelah itu kembalilah ke Negeri-Mu Sendiri."

Kemudian Sang Manjusri, sambil duduk diatas Setangkai Daun Bunga Teratai sebesar roda kereta dengan ditemani oleh Para Bodhisattva Mahasattva yang juga duduk diatas Bunga-Bunga Teratai bertahta Permata, tanpa dibantu Siapapun muncul dari Samudera Luas keluar dari Istana Raja Naga Sagara. Dengan membumbungkan Tempat-Nya ke atas angkasa, Ia menuju ke Puncak Gunung Gridhrakuta, kemudian Ia turun dari Daun Bunga Teratai-Nya dan pergi menghadap Sang Buddha Sakyamuni dan Sang Buddha Prabhutaratna serta dengan takzimnya bersujud di Kaki KeDua Yang Maha Agung itu. Ketika Ia telah selesai menyatakan Penghormatan-Nya, kemudian Ia menemui Sang Bodhisattva Pragnakuta. Dan sesudah saling menanyakan Kesehatan masing-masing, kemudian Mereka mengundurkan Diri dan duduk pada satu sisi. Sang Bodhisattva Pragnakuta bertanya pada Sang Manjusri:"Tuan Yang Bijaksana ! Sejak Engkau pergi ke Istana Naga, berapa banyak mahlukkah yang telah Engkau Takbiskan?" Sang Manjusri menjawab:"Jumlah Mereka tidak terbatas, tiada lagi dapat dihitung ataupun diutarakan dalam kata-kata, maupun dibayangkan. Tunggu sajalah sebentar ! Seseorang pasti datang membawa Bukti." Belum selesai Ia berbicara Para Bodhisattva yang tak terhitung jumlah-Nya, sambil duduk diatas Bunga-Bunga Teratai Bertahta Manikam muncul dari dalam Samudra menuju Puncak Gunung Gridhrakuta dan terbang ke atas angkasa. Semua Bodhisattva-Bodhisattva ini telah ditakbiskan dan diselamatkan oleh Sang Manjusri dan seluruh-Nya telah menjadi sempurna dalam Dharma Bodhisattva dan Mereka bersama-sama membicarakan serta mengajarkan ke 6 Paramita. Mereka yang berada di langit yang semula menjadi Sravaka, masing-masing mengisahkan Perbuatan-Perbuatan Sravaka Mereka yang terdahulu. Sekarang Mereka Semua telah melaksanakan Prinsip-Prinsip KeAgamaan dari Kendaraan Agung. Kemudian berkatalah Sang Manjusri pada Sang Bodhisattva Pragnakuta :"Demikianlah hasil Ceramah Ajaran-Ku di dalam Samudera."

Kemudian Sang Bodhisattva Pragnakuta memuja-Nya dalam Syair:

"Paduka Yang Maha Bijak, Arif, Berani serta Perkasa !
Engkau telah mentakbiskan Para Umat yang tak terhitung jumlah-Nya,
Seperti Pertemuan Agung sekarang ini
Telah Aku lihat seluruh-Nya.
Mewejangkan Pokok-Pokok Kesunyataan
Dan mengajarkan Hukum Kendaraan Tunggal,
Begitu besarnya jumlah Mahluk yang telah Engkau Pimpin
Untuk mencapai Bodhi dengan cepat."

Sang Manjusri menjawab :"Yang selalu Aku permaklumkan di tengah-tengah samudera tiada lain kecuali Hukum Kesunyataan Bunga Teratai Yang Menakjubkan." Sang Pragnakuta bertanya Pada Sang Manjusri :"Sutta ini sangat dalam dan halus serta merupakan mutiara dari segala Sutta, suatu hal yang langka didalam dunia. Apakah terdapat Seorang yang dengan rajin dan bersemangat menjalankan Sutta ini dapat mencapai KeBuddhaan dengan cepat ?" Sang Manjusri memberi jawaban :"Adalah Seorang Puteri dari Raja Naga Sagara yang baru berusia 8 tahun, Bijak dan Cerdas, memahami dengan baik tentang Karma yang timbul dari akar-akar tindakan seluruh mahluk. Dia telah mencapai Dharani dan telah mampu menerima serta memelihara segala Kekayaan Yang Paling Dalam dan Yang Bersifat Kebatinan yang telah Di Ajarkan oleh Para Buddha, dan Dia telah pula menguasai Meditasi dengan dalam serta meresapi seluruh Hukum-Hukum Kesunyataan. Dalam sekejap mata Dia mencapai Bodhi dan mencapai Tingkat Yang Tidak Pernah Akan Terlahir Kembali. Ia memiliki Daya Penjelasan yang tidak meragukan lagi dan memiliki Jiwa Yang Welas Asih kepada semua umat seakan-akan Mereka itu Putera-Nya Sendiri. Jasa-Jasa-Nya sangat sempurna dan perasaan Jiwa serta Uraian-Uraian yang keluar dari Mulut-Nya, Keduanya sangat Halus dan Agung. Dia berwatak lemah lembut dan Welas Asih, Arif dan Sederhana, Luhur dan Berbudi dan Ia telah dapat mencapai Bodhi."

Sang Bodhisattva Pragnakuta berkata:"Aku telah menyaksikan Betapa Sang Sakyamuni Buddha selama berkalpa-kalpa yang tanpa hitungan telah melakukan Dharma berat dan penuh derita, menimbun Jasa dan menumpuk Kearifan, mencari Jalan Bodhi dengan tiada henti-hentinya serta tanpa istirahat. Aku telah mengetahui bahwa didalam jutaan dunia tidak terdapat setitikpun Kawasan walau sebesar biji benih dimana Beliau tidak mencurahkan Jiwa dan Raga-Nya sebagai Seorang Bodhisattva, yang semuanya ini karena demi para umat. Dan hanya sesudah melaksanakan Hal demikianlah Beliau baru mencapai Bodhi. Jadi merupakan hal yang sulit dipercaya bahwa gadis ini dapat mencapai Penerangan Agung hanya dalam waktu yang begitu singkatnya." Sebelum Ia selesai berkata, Puteri dari Sang Raja Naga tiba-tiba muncul dihadapan Mereka dan setelah menghormat Sang Buddha dengan Takzimnya, kemudian menarik Diri kesamping dan memuja-Nya dalam Syair :

Betapa dalam-Nya Pandangan-Nya
Tentang dosa dan Kemarahan
Namun Beliau terus menerangi semesta ini
Dengan Jiwa-Nya yang demikian Halus dan suci
Memiliki 32 Tanda Yang Maha Sempurna
Bersama ke 80 jenis Keistimewaan
Demikianlah Rohani-Nya telah dihiasi-Nya

Kepada-Nya Para Dewa dan Manusia memuja
Para Naga dan Mahluk Halus bersujud
Segala macam Mahluk Hidup memuliakan-Nya
Kemudian setelah mendengar Kebenaran itu
Aku akhirnya mencapai Penerangan Agung
Yang hanya disaksikan oleh Sang Buddha
Akan Kubabarkan Ajaran Kendaraan Agung ini
Untuk membebaskan semua umat dari derita

Kemudian Sang Sariputra berkata kepada Puteri Naga itu:" Engkau menyatakan bahwa dalam waktu singkat Engkau telah mencapai Kebijaksanaan Agung. Hal ini sangat sulit dipercaya, karena betapapun juga tubuh Seorang Wanita adalah kotor dan tidak merupakan Kendaraan dari Hukum Kesunyataan ini. Bagaimana mungkin Ia dapat mencapai Bodhi Agung ? Jalan KeBuddhaan adalah sangat luas sehingga hanya setelah melewati banyak kalpa yang tanpa hitungan, menahan kesengsaraan, mengumpulkan Dharma-Dharma baik, dan melaksanakan Kesempurnaan dengan Sempurna, maka barulah Bodhi Agung itu dapat dicapai. Apalagi Seorang Wanita yang Tubuh-Nya masih mempunyai 5 rintangan: yaitu pertama Ia tidak dapat mencapai Tingkat KeBrahman, kedua Ia tidak dapat mencapai Tingkat Indra, ketiga yaitu raja mara, keempat yaitu raja tingkat Cakravartin, dan kelima adalah Seorang Buddha. Lalu bagaimana mungkin Tubuh Seorang Wanita dapat menjadi Seorang Buddha dengan begitu cepatnya?"

Pada saat itu Sang Puteri Naga mempunyai sebuah Mutiara indah seharga Jutaan Dunia yang Ia Acungkan dan Ia Persembahkan kepada Sang Buddha dan Sang Buddha pun menerima-Nya dengan segera. Kemudian Sang Puteri Naga berkata pada Bodhisattva Pragnakuta dan pada Sariputra Yang Agung :"Aku telah mempersembahkan Mutiara-Ku dan Yang Maha Agung pun telah menerima-Nya. Apakah Tindakan tadi berjalan dengan cepat ? Mereka menjawab:"Sangat cepat." Sang Puteri Naga berkata pula :"Dengan Kekuatan Ghaib Kalian lihatlah Aku menjadi Seorang Buddha yang bahkan lebih cepat dari Tindakan tadi !"

Pada saat itu seluruh Pertemuan melihat Sang Puteri Naga menjelma dengan tiba-tiba menjadi Seorang Pria Yang Sempurna Dharma Bodhisattva-Nya, Yang Dengan Segera Pergi Ke Dunia Yang Tiada Berbatas di Kawasan Selatan, dimana Ia duduk diatas sebuah Bunga Teratai Indah Dan Mencapai Penerangan Agung Dengan 32 Tanda Serta 80 Jenis Keistimewaan Dan Secara Menyeluruh Memaklumkan Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan Kepada Semua Umat Di Alam Semesta.

Kemudian Alam Semesta Para Bodhisattva, Sravaka, 8 Kelompok dari Para Dewa dan Para Naga, Manusia dan Yang Bukan Manusia, Semua-Nya melihat dari Kejauhan Puteri Naga menjadi Seorang Buddha dan secara menyeluruh mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada Para Dewa, Manusia dan lain-lain-Nya diantara Pertemuan itu. Semua-Nya diliputi Kegembiraan Yang Besar dan melakukan Penghormatan dari Kejahuan.
Orang-Orang yang tak terhitung Jumlah-Nya ketika mendengar Khotbah-Nya tentang Hukum itu, semuanya menjadi Paham dan mencapai Tingkatan yang tidak akan lahir kembali ke kehidupan yang tidak kekal. Orang-Orang yang tak terhitung jumlah-Nya itu juga menerima Penetapan Mereka untuk mencapai Jalan Agung. Dunia Yang Tanpa Batas itu membuat gerakan 6 kali lipatan. Tiga Ribu Umat didalam alam semesta mendapatkan kepuasannya dalam Anutpattika Dharmahsanti, sedangkan tiga ribu Umat mencurahkan Pikiran Mereka pada Bodhi serta memperoleh Penetapannya.
Sang Bodhisattva Pragnakuta dan Sang Sariputra serta seluruh Pertemuan itu, Semuanya mempercayai-Nya diam-diam.

Demikianlah Sutta Bunga Teratai Dari Kegaiban Hukum Yang Menakjubkan, Tentang Sang Devadatta , Bab 12.

Offline Namo Rahula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 252
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
Re: Sad Pu Bab 12 : Devadattaparivartha Dharmaparyaya Suttram
« Reply #1 on: 15 November 2008, 06:01:10 PM »
Mahayana Arya SriSaddharma Pundarika Dharmaparyaya Suttram

Om AmoghaSiddhi Hum
Devadatta Parivartah

atha khalu bhagavān kṛtsnaṁ bodhisattvagaṇaṁ sasurāsuraṁ ca lokamāmantraya etadavocat-bhūtapūrvaṁ bhikṣavo'tīte'dhvani ahamaprameyāsaṁkhyeyān kalpān saddharmapuṇḍarīkaṁ sūtraṁ paryeṣitavānakhinno'viśrāntaḥ| pūrvaṁ ca ahamanekān kalpānanekāni kalpaśatasahasrāṇi rājābhūvamanuttarāyāṁ samyaksaṁbodhau kṛtapraṇidhānaḥ| na ca me cittavyāvṛttirabhūt| ṣaṇṇāṁ ca pāramitānāṁ paripūryā udyukto'bhūvamaprameyadānapradaḥ suvarṇamaṇimuktāvaidūryaśaṅkhaśilāpravālajātarūpar ajatāśmagarbhamusāragalvalohitamuktāgrāmanagaranig amajanapadarāṣṭrarājadhānībhāryāputraduhitṛdāsīdās akarmakarapauruṣeyahastyaśvarathaṁ yāvadātmaśarīraparityāgī karacaraṇaśirottamāṅgapratyaṅgajīvitadātā| na ca me kadācidāgrahacittamutpannam| tena ca samayena ayaṁ loko dīrghāyurabhat| anekavarṣaśatasahasrajīvitena ca ahaṁ kālena dharmārthaṁ rājyaṁ kāritavān, na viṣayārtham| so'haṁ jyeṣṭhaṁ kumāraṁ rājye'bhiṣicya caturdiśaṁ jyeṣṭhadharmagaveṣaṇāya udyukto'bhūvam| evaṁ ghaṇṭayā ghoṣāpayitavān-yo me jyeṣṭhaṁ dharmamanupradāsyati, arthaṁ cākhyāsyati, tasyāhaṁ dāso bhūyāsam| tena ca kālena ṛṣirabhūt| sa māmetadavocat-asti mahārāja saddharmapuṇḍarīkaṁ nāma sutraṁ jyeṣṭhadharmanirdeśakam| tadyadi dāsyamabhyupagacchasi, tataste'haṁ taṁ dharmaṁ śrāvayiṣyāmi| so'haṁ śrutvā tasyarṣervacanaṁ hṛṣṭastuṣṭa udagra āttamanāḥ prītisaumanasyajāto yena sa ṛṣistenopeyivān| upetyāvocat-yatte dāsena karma karaṇīyaṁ tatkaromi| so'haṁ tasyarṣerdāsabhāvamabhyupetya tṛṇakāṣṭhapānīyakandamūlaphalādīni preṣyakarmāṇi kṛtavān, yāvad dvārādhyakṣo'pyahamāsam| divasaṁ caivaṁvidhaṁ karma kṛtvā rātrau śayānasya mañcake pādān dhārayāmi| na ca me kāyaklamo na cetasi klamo'bhūt| evaṁ ca me kurvataḥ paripūrṇaṁ varṣāsahasraṁ gatam||

atha khalu bhagavāṁstasyāṁ velāyāmetamevārthaṁ paridyotayannimā gāthā abhāṣata—

kalpānatītān samanusmarāmi
yadāhamāsaṁ dhārmiko dharmarājā|
rājyaṁ came dharmahetoḥ kṛtaṁ ta-
nna ca kāmahetorjyeṣṭhadharmahetoḥ||42||

caturdiśaṁ me kṛta ghoṣaṇo'yaṁ
dharmaṁ vadedyastasya dāsyaṁ vrajeyam|
āsīdṛṣistena kālena dhīmān
sūtrasya saddharmanāmnaḥ pravaktāḥ||43||

sa māmavocadyadi te dharmakāṅkṣā
upehi dāsyaṁ dharmamataḥ pravakṣye|
tuṣṭaścāhaṁ vacanaṁ taṁ niśāmya
karmākaroddāsayogyaṁ tadā yam||44||

na kāyacittaklamatho spṛśenmāṁ
saddharmahetordāsamāgatasya|
praṇidhistadā me bhavi sattvaheto-
rnātmānamuddiśya na kāmahetoḥ||45||

sa rāja āsīttadā abdhavīryo
ananyakarmāṇi daśaddiśāsu|
paripūrṇa kalpāna sahasrakhinno
yāvatsūtraṁ labdhavān dharmanāmam||46||

tatkiṁ manyadhve bhikṣavaḥ anyaḥ sa tena kālena tena samayena rājābhūt? na khalu punarevaṁ draṣṭavyam| tatkasya hetoḥ? ahaṁ sa tena kālena tena samayena rājābhūvam| syātkhalu punarbhikṣavo'nyaḥ sa tena kālena tena samayenarṣirabhūt? na khalu punarevaṁ draṣṭavyam| ayameva sa tena kālena tena samayena devadatto bhikṣurṛṣirabhut| devadatto hi bhikṣavo mama kalyāṇamitram| devadattameva cāgamya mayā ṣaṭū pāramitāḥ paripūritāḥ, mahāmaitrī mahākaruṇā mahāmuditā mahopekṣā| dvātriṁśanmahāpuruṣalakṣaṇāni aśītyanuvyañjanāni suvarṇavarṇacchavitā daśa balāni catvāri vaiśāradyāni catvāri saṁgrahavastūni aṣṭādaśāveṇikabuddhadharmā maharddhibalatā daśadiksattvanistāraṇatā, sarvametaddevadattamāgasya| ārocayāmi vo bhikṣavaḥ, prativedayāmi- eṣa devadatto bhikṣuranāgate'dhvani aprameyaiḥ kalpairasaṁkhyeyairdevarājo nāma tathāgato'rhan samyaksaṁbuddho bhaviṣyati vidyācaraṇasaṁpannaḥ sugato lokavidanuttaraḥ puruṣadamyasārathiḥ śāstā devānāṁ ca manuṣyāṇāṁ ca bhagavān devasopānāyāṁ lokadhātau| devarājasya khalu punarbhikṣavastathāgatasya viṁśatyantarakalpānāyuṣpramāṇaṁ bhaviṣyati| vistareṇa ca dharmaṁ deśayiṣyati| gaṅgānadīvālukāsamāśca sattvāḥ sarvakleśaprahāṇādarhattvaṁ sākṣātkariṣyanti|

aneke ca sattvāḥ pratyekabodhau cittamutpādayiṣyanti| gaṅgānadīvālukāsamāśca sattvā anuttarāyāṁ samyaksaṁbodhau cittamutpādayiṣyanti, avaivartikakṣāntipratilabdhāśca bhaviṣyanti| devarājasya khalu punarbhikṣavastathāgatasya parinirvṛtasya viṁśatyantarakalpān saddharmaḥ sthāsyati| na ca śarīraṁ dhātubhedena bhetsyate| ekaghanaṁ cāsya śarīraṁ bhaviṣyati saptaratnastūpaṁ praviṣṭam| sa ca stūpaḥ ṣaṣṭiyojanaśatānyuccaistvena bhaviṣyati, catvāriṁśadyojanānyāyāmena| sarve ca tatra devamanuṣyāḥ pūjāṁ kariṣyanti puṣpadhūpagandhamālyavilepanacūrṇacīvaracchatradhv ajapatākābhirgāthābhiḥ| tena cābhiṣṭoṣyanti| ye ca taṁ stūpaṁ pradakṣiṇaṁ kariṣyanti praṇāmaṁ vā, teṣāṁ kecidagraphalamarhattvaṁ sākṣātkariṣyanti kecit pratyekabodhimanuprāpsyante acintyācāścāprameyā devamanuṣyā anuttarāyāṁ samyaksaṁbodhau cittānyutpādya avinivartanīyā bhaviṣyanti||

atha khalu bhagavān punareva bhikṣusaṁghamāmantrayate sma-yaḥ kaścit bhikṣavo'nāgate'dhvani kulaputro vā kuladuhitā vā imaṁ saddharmapuṇḍarīkaṁ sūtraparivartaṁ śroṣyati, śrutvā ca na kāṅkṣiṣyati na vicikitsiṣyati, viśuddhacittaścādhimokṣyate, tena tisṛṇāṁ durgatīnāṁ dvāraṁ pithitaṁ bhaviṣyati narakatiryagyoniyamalokopapattiṣu na patiṣyati| daśadigbuddhakṣetropapannaścedameva sūtraṁ janmani janmani śroṣyati| devamanuṣyalokopapannasya cāsya viśiṣṭasthānaprāptirbhaviṣyati| yasmiṁśca buddhakṣetra upapatsyate, tasminnaupapāduke saptaratnamaye padme upapatsyate tathāgatasya saṁmukham||

atha khalu tasyāṁ velāyāmadhastāddiśaḥ prabhūtaratnasya tathāgatasya buddhakṣetrādāgataḥ prajñākūṭo nāma bodhisattvaḥ| sa taṁ prabhūtaratnaṁ tathāgatametadavocat-gacchāmo bhagavan svakaṁ buddhakṣetram| atha khalu bhagavān śākyamunistathāgataḥ prajñākūṭaṁ bodhisattvametadavocat-muhūrtaṁ tāvat kulaputra āgamayasva yāvanmadīyena bodhisattvena mañjuśriyā kumārabhūtena sārdhaṁ kaṁcideva dharmaviniścayaṁ kṛtvā paścāt svakaṁ buddhakṣetraṁ gamiṣyasi| atha khalu tasyāṁ velāyāṁ mañjuśrīḥ kumārabhūtaḥ sahasrapatre padme śakaṭacakrapramāṇamātre niṣaṇṇo'nekabodhisattvaparivṛtaḥ puraskṛtaḥ samudramadhyāt sāgaranāgarājabhavanādabhyudgamya upari vaihāyasaṁ khagapathena gṛdhrakūṭe parvate bhagavato'ntikamupasaṁkrāntaḥ| atha mañjuśrīḥ kumārabhūtaḥ padmādavatīrya bhagavataḥ śākyamuneḥ prabhūtaratnasya ca tathāgatasya pādau śirasābhivanditvā yena prajñākūṭo bodhisattvastenopasaṁkrāntaḥ| upasaṁkramya prajñākūṭena bodhisattvena sārdhaṁ saṁmukhaṁ saṁmodanīṁ saṁrañjanīṁ vividhāṁ kathāmupasaṁgṛhya ekānte nyaṣīdat| atha khalu prajñākūṭo bodhisattvo mañjuśriyaṁ kumārabhūtametadavocat-samudramadhyagatena tvayā mañjuśrīḥ kiyān sattvadhāturvinītaḥ? mañjuśrīrāha-anekānyaprameyāṇyasaṁkhyeyāni sattvāni vinītāni| tāvadaprameyāṇyasaṁkhyeyāni yāvadvācā na śakyaṁ vijñāpayituṁ cittena vā cintayitum|

muhūrtaṁ tāvat kulaputra āgamayasva yāvat pūrvanimittaṁ drakṣyasi| samanantarabhāṣitā ceyaṁ mañjuśriyā kumārabhūtena vāk, tasyāṁ velāyāmanekāni padmasahasrāṇi samudramadhyādabhyudgatāni upari vaihāyasam| teṣu ca padmeṣvanekāni bodhisattvasahasrāṇi saṁniṣaṇṇāni| atha te bodhisattvāstenaiva khagapathena yena gṛdhrakūṭaḥ parvatastenopasaṁkrāntāḥ| upasaṁkramya tataścopari vaihāyasaṁ sthitāḥ saṁdṛśyante sma| sarve ca te mañjuśriyā kumārabhūtena vinītā anuttarāyāṁ samyaksaṁbodhau| tatra ye bodhisattvā mahāyānasaṁprasthitāḥ pūrvamabhūvan, te mahāyānaguṇān ṣaṭ pāramitāḥ saṁvarṇayanti| ye śrāvakapūrvā bodhisattvāste śrāvakayānameva saṁvarṇayanti| sarve ca te sarvadharmān śūnyāniti saṁjānanti sma, mahāyānagūṇāṁśca| atha khalu mañjuśrīḥ kumārabhūtaḥ prajñākūṭaṁ bodhisattvametadavocat-sarvo'yaṁ kulaputra mayā samudramadhyagatena sattvavinayaḥ kṛtaḥ| sa cāyaṁ saṁdṛśyate| atha khalu prajñākūṭo bodhisattvo mañjuśriyaṁ kumārabhūtaṁ gāthābhigītena paripṛcchati—

mahābhadra prajñayā sūranāman
asaṁkhyeyā ye vinītāstvayādya|
sattvā amī kasya cāyaṁ prabhāva-
stadbūhi pṛṣṭo naradeva tvametat||47||

kaṁ vā dharmaṁ deśitavānasi tvaṁ
kiṁ vā sūtraṁ bodhimārgopadeśam|
yacchrutvāmī bodhaye jātacittāḥ
sarvajñatve niścitaṁ labdhagādhāḥ||48||

mañjuśrīrāha-samudramadhye saddharmapuṇḍarīkaṁ sūtraṁ bhāṣitavān, na cānyat| prajñākūṭa āha-idaṁ sūtraṁ gambhīraṁ sūkṣmaṁ durdṛśam, na cānena sutreṇa kiṁcidanyat sūtraṁ samamasti| asti kaścit sattvo ya idaṁ sūtraratnaṁ satkuryādavaboddhumanuttarāṁ samyaksaṁbodhimabhisaṁboddhum? mañjuśrīrāha-asti kulaputra sāgarasya nāgarājño duhitā aṣṭavarṣā jātyā mahāprajñā tīkṣṇendriyā jñānapūrvaṁgamena kāyavāṅmanaskarmaṇā samanvāgatā sarvatathāgatabhāṣitavyañjanārthodgrahaṇe dhāraṇīpratilabdhā sarvadharmasattvasamādhānasamādhisahasraikakṣaṇapr atilābhinī| bodhicittāvinivartinī vistīrṇapraṇidhānā sarvasattveṣvātmapremānugatā guṇotpādane ca samarthā| na ca tebhyaḥ parihīyate| smitamukhī paramayā śubhavarṇapuṣkalatayā samanvāgatā maitracittā karuṇāṁ ca vācaṁ bhāṣate| sā samyaksaṁbodhimabhisaṁboddhuṁ samarthāṁ| prajñākūṭo bodhisattva āha-dṛṣṭo mayā bhagavān śākyamunistathāgato bodhāya ghaṭamāno bodhisattvabhūto'nekāni puṇyāni kṛtavān| anekāni ca kalpasahasrāṇi na kadācid vīryaṁ sraṁsitavān| trisāhasramahāsāhasrāyāṁ lokadhātau nāsti kaścidantaśaḥ sarṣapamātro'pi pṛthivīpradeśaḥ yatrānena śarīraṁ na nikṣiptaṁ sattvahitahetoḥ| paścād bodhimabhisaṁbuddha| ka evaṁ śraddadhyāt, yadanayā śakyaṁ muhūrtena anuttarāṁ samyaksaṁbodhimabhisaṁboddhum?

atha khalu tasyāṁ velāyāṁ sāgaranāgarājaduhitā agrataḥ sthitā saṁdṛśyate sma| sā bhagavataḥ pādau śirasābhivandya ekānte'sthāt| tasyāṁ velāyāmimā gāthā abhāṣata—

puṇyaṁ puṇyaṁ gabhīraṁ ca diśaḥ sphurati sarvaśaḥ|
sūkṣmaṁ śarīraṁ dvātriṁśallakṣaṇaiḥ samalaṁkṛtam||49||

anuvyajanayuktaṁ ca sarvasattvanamaskṛtam|
sarvasattvābhigamyaṁ ca antarāpaṇavadyathā||50||

yathecchayā me saṁbodhiḥ sākṣī me'tra tathāgataḥ|
vistīrṇaṁ deśayiṣyāmi dharmaṁ duḥkhapramocanam||51||

atha khalu tasyāṁ velāyāmāyuṣmān śāriputrastāṁ sāgaranāgarājaduhitarametadavocat-kevalaṁ kulaputri bodhāya cittamutpannam| avivartyāprameyaprajñā cāsi| samyaksaṁbuddhatvaṁ tu durlabham| asti kulaputri strī na ca vīryaṁ sraṁsayati, anekāni ca kalpaśatānyanekāni ca kalpasahasrāṇi puṇyāni karoti, ṣaṭ pāramitāḥ paripūrayati, na cādyāpi buddhatvaṁ prāpnoti| kiṁ kāraṇam? pañca sthānāni strī adyāpi na prāpnoti| katamāni pañca? prathamaṁ brahmasthānaṁ dvitīyaṁ śakrasthānaṁ tṛtīyaṁ mahārājasthānaṁ caturthaṁ cakravartisthānaṁ pañcamamavaivartikabodhisattvasthānam||

atha khalu tasyāṁ velāyāṁ sāgaranāgarājaduhitureko maṇirasti, yaḥ kṛtsnāṁ mahāsāhasrāṁ lokadhātuṁ mūlyaṁ kṣamate| sa ca maṇistayā sāgaranāgarājaduhitrā bhagavate dattaḥ| sa bhagavatā ca anukampāmupādāya pratigṛhītaḥ| atha sāgaranāgarājaduhitā prajñākūṭaṁ bodhisattvaṁ sthaviraṁ ca śāriputrametadavocat-yo'yaṁ maṇirmayā bhagavato dattaḥ, sa ca bhagavatā śīrghraṁ pratigṛhīto veti? sthavira āha-tvayā ca śīghraṁ datto bhagavatā ca śīghraṁ pratigṛhītaḥ| sāgaranāgarājaduhitā āha-yadyahaṁ bhadanta śāriputra maharddhikī syām, śīghrataraṁ samyaksaṁbodhimabhisaṁbudhyeyam| na cāsya maṇeḥ pratigrāhakaḥ syāt||

atha tasyāṁ velāyāṁ sāgaranāgarājaduhitā sarvalokapratyakṣaṁ sthavirasya ca śāriputrasya pratyakṣaṁ tat strīndriyamantarhitaṁ puruṣendriyaṁ ca prādurbhūtaṁ bodhisattvabhūtaṁ cātmānaṁ saṁdarśayati| tasyāṁ velāyāṁ dakṣiṇāṁ diśaṁ prakrāntaḥ| atha dakṣiṇasyāṁ diśi vimalā nāma lokadhātuḥ| tatra saptaratnamaye bodhivṛkṣamūle niṣaṇṇamabhisaṁbuddhamātmānaṁ saṁdarśayati sma, dvātriṁśallakṣaṇadharaṁ sarvānuvyajanarūpaṁ prabhayā ca daśadiśaṁ sphuritvā dharmadeśanāṁ kurvāṇam| ye ca sahāyāṁ lokadhātau sattvāḥ, te sarve taṁ tathāgataṁ paśyanti sma, sarvaiśca devanāgayakṣagandharvāsuragaruḍakinnaramanuṣyāmanu ṣyairnamasyamānaṁ dharmadeśanāṁ ca kurvantam| ye ca sattvāstasya tathāgatasya dharmadeśanāṁ śṛṇvanti, sarve te'vinivartanīyā bhavantyanuttarāyāṁ samyaksaṁbodhau| sā ca vimalā lokadhātuḥ, iyaṁ ca sahā lokadhātuḥ ṣaḍvikāraṁ prākampat| bhagavataśca śākyamuneḥ parṣanmaṇḍalānāṁ trayāṇāṁ prāṇisahasrāṇāmanutpattikadharmakṣāntipratilābho'b hūt| trayāṇāṁ ca prāṇiśatasahasrāṇāmanuttarāyāṁ samyaksaṁbodhau vyākaraṇapratilābho'bhūt| atha prajñākūṭo bodhisattvo mahāsattvaḥ sthaviraśca śāriputrastūṣṇīmabhūtām||

ityaryasaddharmapuṇḍarike dharmaparyaye stupasamdarsanaparivarto namaikadasamah

 

anything