//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Vinaya Pitaka - Bhikkhu Vibhaṅga  (Read 11337 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pācittiya 18
« Reply #105 on: 15 September 2022, 10:28:36 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Tanaman

Pācittiya 18. Aturan Latihan tentang Lantai Atas

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu dua orang bhikkhu sedang menetap di sebuah tempat kediaman berloteng milik Sangha, satu menetap di bawah dan satu di atas. Bhikkhu yang diatas dengan kuat duduk di atas tempat tidur dengan kaki yang dapat dilepas. Satu kakinya lepas dan mengenai kepala bhikkhu yang di bawah. Ia berteriak. Para bhikkhu bergegas datang dan bertanya apa yang terjadi, dan ia memberitahukan kepada mereka.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin seorang bhikkhu dengan kuat duduk di atas tempat tidur dengan kaki yang dapat dilepas di lantai atas sebuah tempat kediaman milik Sangha?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai bhikkhu itu: "Benarkah, bhikkhu, bahwa engkau melakukan hal ini?

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika, seorang bhikkhu duduk atau berbaring di atas tempat tidur atau dipan dengan kaki yang dapat dilepas di lantai atas sebuah tempat kediaman milik Sangha, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Sebuah tempat kediaman milik Sangha:

Diberikan kepada Sangha, dilepaskan kepada Sangha.

Lantai atas:

Kepala dari seorang dengan tinggi rata-rata tidak dapat terbentur.

Tempat tidur dengan kaki dapat dilepas:

Tempat tidur ini berdiri setelah kakinya dipasang.

Dipan dengan kaki dapat dilepas:

Dipan ini berdiri setelah kakinya dipasang.

Duduk:

Jika ia duduk di atasnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Berbaring:

Jika ia berbaring di atasnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah milik Sangha, dan ia menyadarinya sebagai milik Sangha, dan ia duduk atau berbaring di atas tempat tidur atau dipan dengan kaki yang dapat dilepas di lantai atas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia tidak dapat memastikannya ... Jika itu adalah milik Sangha, tetapi ia menyadarinya sebagai milik individu, dan ia duduk atau berbaring di atas tempat tidur atau dipan dengan kaki yang dapat dilepas di lantai atas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu adalah milik individu, tetapi ia menyadarinya sebagai milik Sangha, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah milik individu, dan ia menyadarinya sebagai milik individu, tetapi individu tersebut bukan dirinya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah miliknya, maka tidak ada pelanggaran,

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika tidak ada lantai atas; jika lantai atas itu begitu rendah hingga kepala seseorang dapat terbentur; jika lantai bawah tidak dipergunakan; jika lantai atas berlapis papan lantai; Jika kaki-kakinya terkunci dengan baut; jika ia berdiri untuk mengambil atau meletakkan sesuatu; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang lantai atas, yang kedelapan, selesai


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pācittiya 19
« Reply #106 on: 15 September 2022, 10:28:55 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Tanaman

Pācittiya 19. Aturan Latihan tentang Tempat Kediaman Besar

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Kosambi di Vihara Ghosita. Pada saat itu seorang pejabat kerajaan yang menjadi penyokong Yang Mulia Channa sedang membuatkan sebuah tempat kediaman untuknya. Ketika tempat kediaman itu telah selesai, Channa memasang atap dan memplesternya berulang-ulang. Karena kelebihan beban, tempat kediaman itu runtuh. Kemudian, sewaktu mengumpulkan rerumputan dan ranting, Channa merusak ladang jelai milik seorang brahmana tertentu. Brahmana itu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin para mulia ini merusak ladang jelai milikku?"

Para bhikhu mendengar keluhan brahmana tersebut, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Channa, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Channa memasang atap pada sebuah tempat kediaman yang telah selesai dan memplesternya berulang-ulang, sehingga runtuh karena kelebihan beban?"

Setelah menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Channa: "Benarkah, Channa, bahwa engkau melakukan hal ini?

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Ketika seorang bhikkhu membangun sebuah tempat kediaman besar, kemudian sambil berdiri di tempat di mana tidak ada tumbuhan budidaya, ia boleh memasang dua atau tiga lapisan material atap, memasangnya hingga sejauh ambang pintu dan menggunakannya untuk memasang pintu dan mengerjakan bukaan jendela, jika ia memasang lebih dari itu, bahkan jika ia berdiri di tempat di mana tidak ada tumbuhan budidaya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Tempat kediaman besar:

Yang dimaksudkan adalah yang ada pemiliknya.

Tempat kediaman:

Yang diplester bagian dalam atau yang diplester bagian luarnya atau diplester bagian dalam dan luarnya.

Sedang membangun:

Membangun sendiri atau menyuruh orang lain membangun.

Sejauh ambang pintu:

Jarak serentangan lengan dari kerangka pintu.

Untuk memasang pintu:

Untuk pemasangan pintu.

Untuk mengerjakan bukaan jendela:

Untuk mengerjakan bukaan jendela ada warna putih, warna hitam, dan mewarnai dengan warna jingga; dan ada membuat pola kalung bunga, pola menjalar, pola gigi hiu, dan pola lima kali.

Sambil berdiri di mana tidak ada tumbuhan budidaya, ia boleh memasang dua atau tiga lapisan material atap:

Tumbuhan budidaya: tanaman biji-bijian dan sayur-sayuran; jika ia memasangnya sewaktu berdiri di tempat di mana terdapat tumbuhan budidaya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Bagi seorang yang menutupi dalam bentuk garis, setelah menutup dua lapis, ia boleh meminta untuk lapisan ketiga, dan kemudian ia harus pergi. Bagi seorang yang menutup dalam bentuk lingkaran, setelah menutup dua lapis, ia boleh meminta untuk lapisan ketiga, dan kemudian ia harus pergi.

Jika ia memasang lebih dari itu, bahkan jika ia berdiri di tempat di mana tidak ada tumbuhan budidaya:

Jika ia menutup dengan bata, maka untuk setiap bata, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.  Jika ia menutup dengan batu, maka untuk setiap batu, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.  Jika ia menutup dengan plester, maka untuk setiap gumpalan semen, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.  Jika ia menutup dengan reumputan, maka untuk setiap gengam rumput, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.  Jika ia menutup dengan dedaunan, maka untuk setiap helai daun, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika lebih dari dua atau tiga lapis, dan ia menyadarinya sebagai lebih, dan ia memasangnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika lebih dari dua atau tiga lapis, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memasangnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika lebih dari dua atau tiga lapis, dan ia menyadarinya sebagai kurang, dan ia memasangnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika kurang dari dua atau tiga lapis, dan ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari dua atau tiga lapis, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari dua atau tiga lapis, dan ia menyadarinya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran,

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia memasng dua atau tiga lapis; jika ia memasang kurang dari dua atau tiga lapis; jika itu adalah sebuah tempat bernaung; jika itu adalah sebuah gua; jika itu adalah sebuah gubuk rumput; jika itu adalah demi manfaat bagi orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika itu terpisah dari tempat kediaman; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang tempat kediaman besar, yang kesembilan, selesai

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pācittiya 20
« Reply #107 on: 15 September 2022, 10:29:16 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Tanaman

Pācittiya 20. Aturan Latihan tentang Mengandung Makhluk Hidup

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Āḷavī di Altar Aggāḷava, para bhikkhu di sana sedang melakukan pekerjaan pembangunan. Mereka menuang air yang mereka ketahui mengandung makhluk-makhluk hidup ke rerumputan dan tanah, dan mereka menyuruh orang-orang lain melakukan hal yang sama. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu di Āḷavī menuang air yang mereka ketahui mengandung makhluk-makhluk hidup ke rerumputan dan tanah dan menyuruh orang-orang lain melakukan hal yang sama?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menuang air yang ia ketahui mengandung makhluk-makhluk hidup ke rerumputan atau tanah, atau menyuruh orang lain menuangkannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Ia ketahui:

ia mengetahui sendiri atau orang lain memberitahukan kepadanya.

Menuang:

Jika ia menungkannya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Menyuruh orang lain menuangkannya:

Jika ia menyuruh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia hanya menyuruh satu kali, walaupun orang lain itu menuang banyak, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika air itu mengandung makhluk-makhluk hidup, dan ia menyadarinya mengandung makhluk-makhluk hidup, dan ia menuangkannya ke rerumputan atau tanah, atau ia menyuruh orang lain menuangkannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika air itu mengandung makhluk-makhluk hidup, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menuangkannya ke rerumputan atau tanah, atau ia menyuruh orang lain menuangkannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika air itu mengandung makhluk-makhluk hidup, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai mengandung makhluk-makhluk hidup, dan ia menuangkannya ke rerumputan atau tanah, atau ia menyuruh orang lain menuangkannya, maka tidak ada pelanggaran.

Jika air itu tidak mengandung makhluk-makhluk hidup, tetapi ia menyadarinya sebagai mengandung makhluk-makhluk hidup, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika air itu tidak mengandung makhluk-makhluk hidup, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika air itu tidak mengandung makhluk-makhluk hidup, dan ia tidak menyadarinya sebagai mengandung makhluk-makhluk hidup, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika tidak disengaja; jika ia tidak sadar; jika ia tidak mengetahui; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang tempat kediaman besar, yang kesepuluh, selesai

SUB-BAB KEDUA TENTANG TANAMAN SELESAI
Berikut ini adalah rangkumannya
"Tanaman, dengan mengelak, mengeluhkan,
Dua dengan kepergian;
Sebelum, melempar ke luar, dapat dipindahkan,
Pintu, dan mengandung makhluk-makhluk hidup."



Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pācittiya 21
« Reply #108 on: 15 September 2022, 10:30:56 PM »
    Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
    Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
    Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
    Sub-bab tentang Instruksi

    Pācittiya 21. Aturan Latihan tentang Instruksi

    Kisah Asal-mula

    Sub-kisah pertama

    Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu senior yang memberikan instruksi kepada para bhikkhunī menerima kain-jubah, makanan, tempat-tempat kediaman, dan obat-obatan. Ketika para bhikkhu dari kelompok enam mengetahui hal ini, mereka berpikir, "Baiklah, mari kita memberikan instruksi kepada para bhikkhunī." Kemudian mereka mendatangi para bhikkhunī dan berkata, "Datanglah kepada kami, Saudari-Saudari, dan kami juga akan memberikan instruksi kepada kalian."

    Segera setelah itu para bhikkhunī itu mendatangi para bhikkhu dari kelompok enam, bersujud, dan duduk. Tetapi setelah memberikan hanya ajaran singkat, para bhikkhu itu menghabiskan hari itu dengan pembicaraan tidak berguna. Kemudian mereka membubarkan para bhikkhunī, dengan berkata, "pergilah, Saudari-Saudari."

    Para bhikkhunī menghadap Sang Buddha dan bersujud, dan Sang Buddha berkata kepada mereka, "Para bhikkhunī, Aku harap Instruksi yang diberikan efektif."

    "Yang Mulia, bagaimana mungkin instruksi yang diberikan efekftif? Setelah memberikan hanya ajaran singkat, para bhikkhu dari kelompok enam menghabiskan hari itu dengan pembicaraan tidak berguna, dan kemudian membubarkan kami.

    Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu dari kelompok enam: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?

    "Benar, Yang Mulia."

    Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." Setelah menegur mereka ... Beliau membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

    "Para bhikkhu, kalian harus menunjuk seorang instruktur untuk para bhikkhunī. Dan beginilah ia harus ditunjuk. Pertama-tma seorang bhikkhu harus diminta dan kemudian seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

    'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus menunjuk bhikkhu ini sebagai instruktur bagi para bhikkhunī. Ini adalah usul.

    'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Sangha menunjuk bhikkhu ini sebagai seorang instruktur bagi para bhikkhunī. Bhikkhu mana pun yang menyetujui ditunjuknya bhikkhu ini sebagai seorang instruktur bagi para bhikkhunī harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

    Untuk kedua kalinya aku menyampaikan hal ini ... Untuk ketiga kalinya aku menyampaikan hal ini: Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Sangha menunjuk bhikkhu ini sebagai seorang instruktur bagi para bhikkhunī. Bhikkhu mana pun yang menyetujui ditunjuknya bhikkhu ini sebagai seorang instruktur bagi para bhikkhunī harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

    Sangha telah menunjuk bhikkhu ini sebagai seorang instruktur bagi para bhikkhunī. Sangha menyetujui dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

    Kemudian setelah menegur para bhikkhu dari kelompok enam dalam berbagai cara, Sang Buddha mencela orang yang sulit disokong ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

    Aturan akhir

    'Jika seorang bhikkhu yang belum ditunjuk memberikan instruksi kepada para bhikkhunī, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

    Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

    Sub-kisah kedua

    Setelah ditunjuk untuk melakukan hal itu, para bhikkhu senior yang memberikan instruksi kepada para bhikkhunī masih menerima kain-jubah, makanan, tempat kediaman, dan obat-obatan. Ketika mereka mengetahui hal ini, para bhikkhu dari kelompok enam berkata, "Baiklah, mari keluar dari wilayah vihara, kita saling menunjuk satu sama lain sebagai intruktur bagi para bhikkhunī, dan kemudian memberikan instruksi kepada mereka. "Setelah melakukan itu, mereka sekali lagi mendatangi para bhikkhunī dan berkata," Saudari, kami juga telah ditunjuk. Datanglah kepada kami, dan kami akan memberikan instruksi kepada kalian."

    Sekali lagi para bhikkhunī mendatangi para bhikkhu dari kelompok enam dan semuanya terjadi seperti sebelumnya.

    Kemudian Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu dari kelompok enam,: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

    "Benar, Yang Mulia."

    Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian bertindak seperti ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." Setelah menegur mereka ... Beliau membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

    "Para bhikkhu, kalian boleh menunjuk seorang bhikkhu yang memiliki delapan kualitas sebagai seorang instruktur bagi para bhikkhunī:"
    [list=1]
    • Ia bermoral dan terkekang oleh Kode Monastik. Perilakunya baik, ia bergaul dengan orang-orang yang benar, dan melihat bahaya dalam pelanggarabn-pelanggaran kecil. Ia menjalankan dan berlatih dalam aturan-aturan latihan.
    • Ia telah banyak belajar, dan ia mengingat dan mengumpulkan apa yang telah ia pelajari. Ajaran-ajaran itu yang baik di awal, baik di tengah, dan baik di akhir, yang memiliki tujuan yang benar dan disampaikan dengan baik, dan yang membentangkan kehidupan spiritual yang lengkap sempurna dan murni—ia telah mempelajari banyak ajaran-ajaran demikian, mengingatnya dalam pikiran, membacakannya secara lisan, menyelidikinya dalam batin, dan menembusnya dengan baik melalui pandangan.
    • Ia telah dengan benar mempelajari kedua Kode monastik secar terperinci. Ia telah menganalisisnya dengan baik, menguasainya secara menyeluruh, dan menyelidikinya dengan baik, baik dalam hal aturan-aturan maupun penjelasan terperinci.
    • Ia berbicara dengan baik dan memiliki suara yang baik.
    • Ia secara umum disukai dan menyenangkan bagi para bhikkhunī.
    • Ia memiliki kemampuan untuk memberikan instruksi kepada para bhikkhunī.
    • Ia belum pernah melakukan pelanggaran berat terhadap seorang bhikkhunī.
    • Ia telah sepenuhnya ditahbiskan selama paling sedikit dua puluh tahun.

    Para bhikkhu, kalian boleh menunjuk seorang bhikkhu yang memiliki delapan kualitas ini sebagai seorang instruktur bagi para bhikkhunī."

    Definisi

    Seorang:

    Siapa pun

    Bhikkhu:

    ... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

    Yang belum ditunjuk:

    Yang belum ditunjuk melalui prosedur hukum yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman.

    Para bhikkhunī:

    Mereka telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

    Memberikan instruksi:

    Jika ia memberikan instruksi dalam delapan prinsip penting, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia memberikan instruksi dalam ajaran lainnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia memberikan instruksi kepada seorang bhikkhunī yang sepenuhnya ditahbiskan hanya pada satu sisi, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

    Bhikkhu yang telah ditunjuk harus menyapu halaman, menyiapkan air minum dan air untuk mencuci, mempersiapkan tempat duduk, mencari seorang pendamping, dan kemudian duduk. Para bhikkhunī harus pergi ke sana, bersujud kepada bhikkhu tersebut, dan duduk. Kemudian bhikkhu tersebut harus bertanya kepada mereka, "Saudari, apakah kalian semua sudah hadir?"

    Jika mereka berkata, "Kami semua hadir, Yang Mulia," maka ua harus berkata, "Apakah kalian menjalankan delapan prinsip penting?"

    Jika mereka berkata, "Ya," maka ia harus berkata, "Ini adalah instruksinya."

    Jika mereka berkata, "Tidak," maka ia harus membacakan prinsip-prinsip penting tersebut:"

    [list=1]
    • "Seorang bhikkhunī yang telah sepenuhnya ditahbiskan selama seratus tahun harus bersujud kepada seorang bhikkhu yang sepenuhnya ditahbiskan pada hari itu juga, dan bhikkhunī itu harus berdiri untuk bhikkhu tersebut, merangkapkan tangan kepadanya, dan melakukan tindakan-tindakan hormat terhadapnya. Aturan ini harus dihormati dan dijunjung seumur hidupnya, dan tidak boleh dilanggar.
    • Seorang bhikkhuni tidak boleh melewatkan keberdiaman musim hujan di sebuah vihara tanpa para bhikkhu. Aturan ini juga harus dihormati dan dijunjung seumur hidupnya, dan tidak boleh dilanggar.
    • Setiap setengah bulan seorang bhikkhunī harus mendapatkan dua hal dari Sangha para bhikkhu: menanyakan tentang hari uposatha dan memohon instruksi. Aturan ini juga harus dihormati dan dijunjung seumur hidupnya, dan tidak boleh dilanggar.
    • Seorang bhikkhunī yang telah menyelesaikan masa keberdiaman musim-hujan harus mengundang koreksi dari kedua Sangha sehubungan dengan tiga hal: apa yang telah dilihat, apa yang telah didengar, dan apa yang telah dicurigai. Aturan ini juga harus dihormati dan dijunjung seumur hidupnya, dan tidak boleh dilanggar.
    • Seorang bhikkhunī yang telah melakukan pelanggaran berat harus menjalani periode percobaan selama setengah bulan terhadap kedua Sangha. Aturan ini juga harus dihormati dan dijunjung seumur hidupnya, dan tidak boleh dilanggar.
    • Seorang sāmaṇerī yang telah berlatih dalam enam aturan selama dua tahun boleh memohon penahbisan penuh dari kedua Sangha. Aturan ini juga harus dihormati dan dijunjung seumur hidupnya, dan tidak boleh dilanggar.
    • Seorang bhikkhunī tidak boleh dengan cara apa pun menghina atau mencela seorang bhikkhu. Aturan ini juga harus dihormati dan dijunjung seumur hidupnya, dan tidak boleh dilanggar.
    • Mulai hari ini dan seterusnya, para bhikkhunī tidak boleh mengoreksi para bhikkhu, tetapi para bhikkhu boleh mengoreksi para bhikkhunī. Aturan ini juga harus dihormati dan dijunjung seumur hidupnya, dan tidak boleh dilanggar.

    Jika mereka berkata, "Kami semua hadir, Yang Mulia," dan ia memberikan instruksi kepada mereka dengan ajaran lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika mereka berkata, "Kami semua hadir, Yang Mulia," dan ia memberikan instruksi delapan prinsip penting, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak memberikan instruksi, tetapi ia memberikan ajaran lain kepada mereka, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.


    Offline Indra

    • Global Moderator
    • KalyanaMitta
    • *****
    • Posts: 14.819
    • Reputasi: 451
    • Gender: Male
    Pācittiya 21
    « Reply #109 on: 15 September 2022, 10:31:20 PM »
    Permutasi

    Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap dan ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap dan ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap dan ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap dan ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī lengkap dan ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah tetapi ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap dan ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap dan ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum sah tetapi ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

    Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap dan ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

    Jika itu adalah prosedur hukum yang sah dan ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap dan ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah dan ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah dan ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī tidak lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

    Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap dan ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

    Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan Sangha bhikkhunī lengkap dan ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

    Jika itu adalah prosedur hukum yang sah dan ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia menyadarinya sebagai tidak lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah dan ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap tetapi ia tidak dapat memastikannya, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum sah dan ia menyadarinya sebagai sah, dan Sangha bhikkhunī lengkap dan ia menyadarinya sebagai lengkap, jika ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu, maka tidak ada pelanggaran.

    Tidak ada pelanggaran

    Tidak ada pelanggaran: Jika ia membacakan; jika ia menguji mereka; jika ia membacakan ketika diminta untuk itu; jika ia mengajukan pertanyaan; jika ia menjawab ketika ditanya; jika ia berbicara demi manfaat bagi orang lain dan para bhikkhunī mendengarkan; jika itu adalah seorang bhikkhunī percobaan; jika itu adalah sāmaṇerī; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

    Aturan latihan tentang instruksi, yang pertama, selesai

    Offline Indra

    • Global Moderator
    • KalyanaMitta
    • *****
    • Posts: 14.819
    • Reputasi: 451
    • Gender: Male
    Pācittiya 22
    « Reply #110 on: 15 September 2022, 10:31:42 PM »
    Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
    Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
    Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
    Sub-bab tentang Instruksi

    Pācittiya 22. Aturan Latihan tentang Setelah Matahari Terbenam

    Kisah Asal-mula

    Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu senior bergiliran memberikan instruksi kepada para bhikkhunī. Kemudian, pada suatu hari, saat itu adalah giliran Yang Mulia Cūḷapanthaka. Para bhikkhunī berkata, "Instruksi hari ini tidak akan efektif. Yang Mulia Cūḷapanthaka hanya akan mengulang-ulang hal yang sama."

    Segera setelah itu para bhikkhunī itu mendatangi Cūḷapanthaka, bersujud, dan duduk. Kemudian Cūḷapanthaka berkata kepada mereka, "Apakah kalian semua ada di sini, Saudari?"

    "Kami semua ada di sini, Yang Mulia."

    "Apakah kalian menjalankan delapan prinsip penting?"

    "Ya."

    Setelah mengatakan, "Ini adalah instruksinya," ia mengucapkan seruan sepenuh hati yang sama berulang-ulang:

    "Pada seorang yang waspada yang memiliki pikiran yang lebih tinggi,

    Pada sang bijaksana yang sedang berlatih pada jalan menuju kebijaksanaan—

    Tidak ada kesedihan pada seorang demikian,

    Seorang yang damai, yang selalu penuh perhatian."

    Dan para bhikkhunī berkata, "Tidakkah kita mengatakan bahwa instruksinya tidak akan efektif, Yang Mulia Cūḷapanthaka hanya akan mengulangi hal yang sama berulang-ulang?" Cūlapanthaka mendengar percakapan antara para bhikkhunī itu. Kemudian ia melayang ke angkasa, berjalan mondar-mandir di angkasa, dan ia berdiri, duduk, dan berbaring di atas sana. Ia memancarkan asap dan api, dan ia menghilang, semuanya smbil mengucapkan seruan sepenuh hati yang sama dan banyak sabda-sabda Sang Buddha lainnya. Para bhikkhunī berkata," Sungguh mengagumkan dan menakjubkan! Tidak ada instruksi sebelumnya yang seefektif yang dari Yang mulia Cūḷapanthaka ini!" dan Cūḷapanthaka melanjutkan memberikan instruksi kepada para bhikkhunī itu hingga larut malam dan kemudian membubarkan mereka, dengan berkata, "Pergilah, Saudari."

    Tetapi karena gerbang menuju pemukiman telah ditutup, maka para bhikkhunī itu melewatkan malam itu di luar dan baru masuk pada keesokan paginya. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Para bhikkhunī itu tidak selibat. Mereka melewatkan malam hari di vihara bersama dengan para bhikkhu dan baru sekarang mereka memasuki pemukiman."

    Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Cūḷapanthaka, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Cūḷapanthaka memberikan instruksi kepada para bhikkhunī setelah matahari terbenam?" ... "Benarkah, Cūḷapanthaka, bahwa engkau melakukan hal ini?"

    "Benar, Yang Mulia."

    Sang Buddha menegurnya ... "Cūḷapanthaka, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

    Aturan akhir

    'Bahkan jika ia telah ditunjuk, jika seorang bhikkhu memberikan instruksi kepada para bhikkhu setelah matahari terbenam, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

    Definisi

    Telah ditunjuk:

    Telah ditunjuk melalui prosedur hukum yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman.

    Setelah matahari terbenam:

    Setelah matahari tenggelam.

    Para bhikkhunī:

    Mereka telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

    Memberikan instruksi:

    Jika ia memberikan instruksi dalam delapan prinsip penting atau ia membabarkan ajaran lainnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Permutasi

    Jika matahari telah terbenam, dan ia menyadarinya sebagai telah terbenam, dan ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika matahari telah terbenam, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika matahari telah terbenam, tetapi ia menyadarinya sebagai belum terbenam, dan ia memberikan instruksi kepada para bhikkhunī, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Jika ia memberikan instruksi kepada seorang bhikkhunī yang sepenuhnya ditahbiskan hanya pada satu sisi, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika matahari belum terbenam, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah terbenam, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika matahari belum terbenam, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika matahari belum terbenam, dan ia menyadarinya sebagai belum terbenam, maka tidak ada pelanggaran.

    Tidak ada pelanggaran

    Tidak ada pelanggaran: Jika ia membacakan; jika ia menguji mereka; jika ia membacakan ketika diminta untuk itu; jika ia mengajukan pertanyaan; jika ia menjawab ketika ditanya; jika ia berbicara demi manfaat bagi orang lain dan para bhikkhunī mendengarkan; jika itu adalah seorang bhikkhunī percobaan; jika itu adalah seorang sāmaṇerī; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

    Aturan latihan tentang setelah matahari terbenam, yang kedua, selesai




    Offline Indra

    • Global Moderator
    • KalyanaMitta
    • *****
    • Posts: 14.819
    • Reputasi: 451
    • Gender: Male
    Pācittiya 23
    « Reply #111 on: 15 September 2022, 10:32:19 PM »
    Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
    Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
    Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
    Sub-bab tentang Instruksi

    Pācittiya 23. Aturan Latihan tentang Tempat Kediaman Para Bhikkhunī

    Kisah Asal-mula

    Sub-kisah pertama

    Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di negeri Sakya di Vihara Pohon Banyan di Kapilavatthu, para bhikkhu dari kelompok enam mendatangi tempat kediaman para bhikkhunī dan memberikan instruksi kepada para bhikkhunī dari kelompok enam.

    Segera setelah itu para bhikkhunī berkata kepada para bhikkhunī dari kelompok enam, "Marilah, Para Mulia, kita pergi untuk menerima instruksi."

    "Tidak perlu. Para bhikkhu dari kelompok enam akan datang dan memberikan instruksi kepada kita di sini."

    Para bhikkhuni mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu dari kelompok enam itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam pergi dan memberikan instruksi kepada para bhikkhunī di tempat kediaman mereka?" para bhikkhunī itu memberitahu para bhikkhu.

    Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu itu melakukan hal ini?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

    "Benar, Yang Mulia."

    Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

    Aturan akhir

    'Jika seorang bhikkhu pergi ke tempat kediaman para bhikkhunī, dan kemudian memberikan instruksi kepada mereka, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

    Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

    Sub-kisah kedua

    Tidak lama kemudian Mahāpajāpati Gotamī jatuh sakit. Para bhikkhu senior pergi menjenguknya dan berkata, "Kami harap engkau bertahan, Gotamī, kami harap engkau menjadi lebih baik."

    "Aku tidak bertahan, Para Mulia, dan aku tidak menjadi lebih baik. Sudilah membabarkan ajaran kepadaku."

    "Tidak diperbolehkan bagi kami untuk pergi dan mengajar para bhikkhunī di tempat kediaman mereka." Dan karena takut melakukan kesalahan, mereka tidak mengajarnya.

    Tidak lama kemudian, setelah mengenakan jubah di pagi hari, Sang Buddha membawa mangkuk dan jubahNya dan menjenguk Mahāpajāpati Gotamī, di mana Beliau duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Beliau berkata kepadanya, "Kuharap engkau bertahan, Gotamī, Kuharap engkau menjadi lebih baik."

    "Sebelumnya, Yang Mulia, para bhikkhu senior datang dan mengajar aku, dan karena itu aku akan merasa nyaman. Tetapi sekarang bahwa hal ini telah dilarang oleh Sang Buddha, mereka tidak mengajar karena mereka takut melakukan kesalahan. Dan karena itu aku tidak merasa nyaman."

    Setelah memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakannya dengan suatu ajaran, Sang Buddha bangkit dari duduk dan pergi. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

    "Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk pergi dan memberikan instruksi kepada seorang bhikkhunī yang sakit di tempat kediamannya.

    Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

    Aturan akhir

    'Jika seorang bhikkhu pergi ke tempat kediaman para bhikkhunī dan kemudian memberikan instruksi kepada mereka, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: seorang bhikkhunī sedang sakit.'"

    Definisi

    Seorang:

    Siapa pun

    Bhikkhu:

    ... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

    Tempat kediaman para bhikkhunī:

    Di mana pun para bhikkhunī menetap, bahkan selama satu malam.

    Pergi:

    Pergi ke sana.

    Memberikan instruksi:

    Jika ia memberikan instruksi tentang delapan prinsip penting, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan:

    Jika saat itu adalah kesempatan yang diperbolehkan.

    Seorang bhikkhunī sedang sakit:

    Ia tidak mampu pergi untuk menerima instruksi atau menghadiri pertemuan resmi komunitas.

    Permutasi

    Jika bhikkhunī itu sepenuhnya ditahbiskan, dan si bhikkhu menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia mendatangi tempat kediaman sang bhikkhunī dan kemudian memberikan instruksi kepadanya, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhunī itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi si bhikkhu tidak dapat memastikannya, dan ia mendatangi tempat kediaman sang bhikkhunī dan kemudian memberikan instruksi kepadanya, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhunī itu sepenuhnya ditahbiskan, dan si bhikkhu tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia mendatangi tempat kediaman sang bhikkhunī dan kemudian memberikan instruksi kepadanya, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Jika ia memberikan instruksi kepada seorang bhikkhunī dengan ajaran lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia memberikan instruksi kepada seorang bhikkhunī yang sepenuhnya ditahbiskan hanya pada satu sisi, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi si bhikkhu menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka tidak ada pelanggaran

    Tidak ada pelanggaran

    Tidak ada pelanggaran: Jika itu adalah kesempatan yang diperbolehkan; Jika ia membacakan; jika ia menguji mereka; jika ia membacakan ketika diminta untuk itu; jika ia mengajukan pertanyaan; jika ia menjawab ketika ditanya; jika ia berbicara demi manfaat bagi orang lain dan para bhikkhunī mendengarkan; jika itu adalah seorang bhikkhunī percobaan; jika itu adalah seorang sāmaṇerī; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

    Aturan latihan tentang tempat kediaman para bhikkhunī, yang ketiga, selesai

    Offline Indra

    • Global Moderator
    • KalyanaMitta
    • *****
    • Posts: 14.819
    • Reputasi: 451
    • Gender: Male
    Pācittiya 24
    « Reply #112 on: 15 September 2022, 10:32:41 PM »
    Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
    Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
    Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
    Sub-bab tentang Instruksi

    Pācittiya 24. Aturan Latihan tentang Perolehan Duniawi

    Kisah Asal-mula

    Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu senior yang memberikan instruksi kepada para bhikkhunī menerima kain-jubah, makanan, tempat kediaman, dan obat-obatan. Dan para bhikkhu dari kelompok enam mengatakan ini tentang mereka, "Para bhikkhu senior memberikan instruksi kepada para bhikkhunī bukan sebagai pelayanan, melainkan demi perolehan duniawi."

    Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam mengatakan bahwa para bhikkhu senior memberikan instruksi kepada para bhikkhunī bukan sebagai pelayanan, melainkan demi perolehan duniawi?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian mengatakan hal ini?"

    "Benar, Yang Mulia."

    Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian mengatakan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

    Aturan akhir

    'Jika seorang bhikkhu mengatakan bahwa para bhikkhu senior memberikan instruksi kepada para bhikkhunī demi perolehan duniawi, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

    Definisi

    Seorang:

    Siapa pun

    Bhikkhu:

    ... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

    Demi perolehan duniawi:

    Demi kain-jubah, demi makanan, demi tempat kediaman, demi obat-obatan, demi kehormatan, demi penghargaan, demi kemuliaan, demi pengagungan, demi pemujaan.

    Mengatakan:

    Jika, sehubungan dengan seorang yang sepenuhnya ditahbiskan dan yang telah ditunjuk oleh Sangha sebagai pemberi instruksi kepada para bhikkhunī—karena ingin meremehkannya, ingin memberinya reputasi buruk, ingin mempermalukannya—ia mengatakan, "Ia memberikan instruksi demi kain-jubah," " ... demi makanan," "... demi tempat kediaman," "... demi obat-obatan," "... demi kehormatan," "... demi penghargaan," "... demi kemuliaan," "... demi pengagungan," "... demi pemujaan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Permutasi

    Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, dan ia menyadarinya sebagai sah, dan ia mengatakan hal demikian, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mengatakan hal demikian, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah prosedur hukum yang sah, dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, dan ia mengatakan hal demikian, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Jika seseorang yang ditahbiskan sepenuhnya adalah seorang instruktur bagi para bhikkhunī, tetapi ia belum ditunjuk oleh Sangha sebagai instruktur, dan seorang bhikkhu—karena ingin meremehkannya, ingin memberinya reputasi buruk, ingin mempermalukannya—ia mengatakan, "Ia memberikan instruksi demi kain-jubah," " ... demi makanan," "... demi tempat kediaman," "... demi obat-obatan," "... demi kehormatan," "... demi penghargaan," "... demi kemuliaan," "... demi pengagungan," "... demi pemujaan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika seseorang yang ditahbiskan sepenuhnya adalah seorang instruktur bagi para bhikkhunī, apakah ia sudah atau belum ditunjuk oleh Sangha sebagai instruktur, dan seorang bhikkhu—karena ingin meremehkannya, ingin memberinya reputasi buruk, ingin mempermalukannya—ia mengatakan, "Ia memberikan instruksi demi kain-jubah," " ... demi makanan," "... demi tempat kediaman," "... demi obat-obatan," "... demi kehormatan," "... demi penghargaan," "... demi kemuliaan," "... demi pengagungan," "... demi pemujaan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia menyadarinya sebagai sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah prosedur hukum yang tidak sah, dan ia menyadarinya sebagai tidak sah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

    Tidak ada pelanggaran

    Tidak ada pelanggaran: Jika ia mengatakannya kepada seorang yang biasa memberikan instruksi demi kain-jubah ... demi makanan ... demi tempat kediaman ... demi obat-obatan ... demi kehormatan ... demi penghargaan ... demi kemuliaan ... demi pengagungan ... demi pemujaan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

    Aturan latihan tentang perolehan duniawi, yang keempat, selesai


    Offline Indra

    • Global Moderator
    • KalyanaMitta
    • *****
    • Posts: 14.819
    • Reputasi: 451
    • Gender: Male
    Pācittiya 25
    « Reply #113 on: 15 September 2022, 10:33:03 PM »
    Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
    Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
    Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
    Sub-bab tentang Instruksi

    Pācittiya 25. Aturan Latihan tentang Memberikan Kain-Jubah

    Kisah Asal-mula

    Sub-kisah pertama

    Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika, seorang bhikkhu tertentu sedang berjalan mengumpulkan dana makanan di sepanjang jalan di Sāvatthī, begitu juga seorang bhikkhunī tertentu. Bhikkhu itu berkata kepada si bhikkhunī, "Pergilah ke tempat itu, Saudari, dan engkau akan mendapatkan dana makanan," dan bhikkhunī itu mengatakan hal yang sama kepada si bhikkhu. Dan karena mereka sering bertemu, maka mereka menjadi berteman.

    Saat itu kain-jubah milik Sangha sedang dibagikan. Kemudian, setelah pergi untuk menerima instruksi, bhikkhunī itu mendatangi bhikkhu tersebut dan bersujud. Bhikkhu itu berkata kepada si bhikkhunī, "Saudari, sudikah engkau menerima jatah kain-jubahku?"

    "Ya, Yang Mulia, jubahku sudah usang."

    Dan si bhikkhu memberikan kain-jubahnya kepada si bhikkhunī. Sebagai akibatnya, jubahnya juga menjadi usang. Para bhikkhu lain berkata kepadanya, "Mengapa engkau tidak membuat jubah untuk dirimu sendiri?" dan ia memberitahu mereka apa yang terjadi.

    Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin seorang bhikkhu memberikan kain-jubah kepada seorang bhikkhunī?" ... "Benarkah, bhikkhu, bahwa engkau melakukan hal ini?"

    "Benar, Yang Mulia."

    "Apakah ia kerabatmu?"

    "Bukan."

     "Orang dungu, Seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bukan kerabat tidak mengetahui apa yang layak dan tidak layak, apa yang baik dan buruk, dalam berurusan satu sama lain. Dan masih saja engkau melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

    Aturan awal

    'Jika seorang bhikkhu memberikan kain-jubah kepada seorang bhikkhunī yang bukan kerabat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

    Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

    Sub-kisah kedua

    Begitu hal ini terjadi, para bhikkhu bahkan tidak memberikan kain-jubah kepada para bhikkhunī dalam pertukaran, karena takut melakukan kesalahan. Para bhikkhunī mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin mereka tidak memberi kita kain-jubah dalam pertukaran?"

    Para bhikkhu mendengar keluhan para bhikkhunī itu dan mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

    "Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk memberikan benda-benda dalam pertukaran kepada lima jenis orang: bhikkhu, bhikkhunī, bhikkhunī dalam percobaan, sāmaṇera, dan sāmaṇerī.

    Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

    Aturan akhir

    'Jika seorang bhikkhu memberikan kain-jubah kepada seorang bhikkhunī yang bukan kerabat, kecuali dalam pertukaran, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

    Definisi

    Seorang:

    Siapa pun

    Bhikkhu:

    ... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

    Bukan kerabat:

    Siapa pun yang bukan keturunan dari leluhur laki-laki hingga delapan generasi sebelumnya, apakah dari pihak ibu atau dari pihak ayah.

    Seorang bhikkhunī:

    ia telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

    Kain-jubah:

    Salah satu dari enam jenis kain-jubah, tetapi tidak lebih kecil daripada apa yang dapat dialokasikan untuk orang lain.

    Kecuali dalam pertukaran:

    Jika terjadi pertukaran.

    Permutasi

    Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai bukan kerabat, dan ia memberikan kain-jubah kepada bhikkhunī tersebut, kecuali dalam pertukaran, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memberikan kain-jubah kepada bhikkhunī tersebut, kecuali dalam pertukaran, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia memberikan kain-jubah kepada bhikkhunī tersebut, kecuali dalam pertukaran, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Jika ia memberikan kain-jubah kepada seorang bhikkhunī yang sepenuhnya ditahbiskan hanya pada satu sisi, kecuali dalam pertukaran, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu adalah kerabat, tetapi ia menyadarinya sebagai bukan kerabat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu adalah kerabat tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbutan salah. Jika bhikkhunī itu adalah kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, maka tidak ada pelanggaran.

    Tidak ada pelanggaran

    Tidak ada pelanggaran: Jika bhikkhunī itu adalah kerabat; jika banyak ditukarkan dengan sedikit atau sedikit ditukarkan dengan banyak; jika bhikkhunī itu mengambilnya atas dasar kepercayaan; jika bhikkhunī itu meminjamnya; jika ia memberikan benda kebutuhan apa pun selain kain-jubah; jika itu adalah seorang bhikkhunī percobaan; jika itu adalah seorang sāmaṇerī; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

    Aturan latihan tentang memberikan kain-jubah, yang kelima, selesai


    Offline Indra

    • Global Moderator
    • KalyanaMitta
    • *****
    • Posts: 14.819
    • Reputasi: 451
    • Gender: Male
    Pācittiya 26
    « Reply #114 on: 15 September 2022, 10:33:35 PM »
    Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
    Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
    Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
    Sub-bab tentang Instruksi

    Pācittiya 26. Aturan Latihan tentang Menjahit Jubah

    Kisah Asal-mula

    Sub-kisah pertama

    Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Udāyī telah mahir dalam membuat jubah. Pada suatu hari seorang bhikkhunī tertentu mendatangi Udāyī dan berkata kepadanya, "Yang Mulia, sudilah engkau menjahitkan sebuah jubah untukku"

    Kemudian ia menjahitkan sebuah jubah untuk bhikkhunī itu, yang dicelup dengan baik dan dikerjakan dengan indah, dan ia menggambar suatu lukisan di bagian tengahnya. Kemudian ia melipatnya dan menyimpannya. Segera setelah itu bhikkhunī tersebut mendatangi Udāyī dan berkata, "Yang Mulia, manakah jubahnya?"

    "Sekarang, Saudari, ambillah jubah ini dalam keadaan terlipat dan simpanlah. Ketika Sangha para bhikkhunī pergi untuk menerima instruksi, kenakanlah dan ikuti persis di belakang para bhikkhunī lain."

    Dan bhikkhunī melakukan hal itu. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritiknya, "Betapa tidak senonohnya para bhikkhunī ini, bajingan tidak tahu malu, melihat mereka menggambar lukisan pada jubah mereka."

    Para bhikkhunī bertanya kepadanya, "Siapakah yang melakukan ini?"

    "Yang Mulia Udāyī."

    "Pekerjaan ini bahkan membuat bajingan tidak senonoh dan tidak tahu malu tampak baik, apalagi Yang Mulia Udāyī."

    Para bhikkhunī memberitahu para bhikkhu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī menjahitkan jubah untuk seorang bhikkhunī?" ... "Benarkah, Udāyī, bahwa engkau melakukan hal ini?"

    "Benar, Yang Mulia."

    "Apakah ia kerabatmu?"

    "Bukan."

     "Orang dungu, Seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bukan kerabat tidak mengetahui apa yang layak dan tidak layak, apa yang menginspirasi dan yang tidak menginspirasi, dalam berurusan satu sama lain.  Jadi bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

    Aturan akhir

    'Jika seorang bhikkhu menjahitkan jubah untuk seorang bhikkhunī yang bukan kerabat, atau menyuruh menjahitkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

    Definisi

    Seorang:

    Siapa pun

    Bhikkhu:

    ... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

    Bukan kerabat:

    Siapa pun yang bukan keturunan dari leluhur laki-laki hingga delapan generasi sebelumnya, apakah dari pihak ibu atau dari pihak ayah.

    Seorang bhikkhunī:

    ia telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

    Jubah:

    Salah satu dari enam jenis jubah.

    Menjahitkan:

    Jika ia menjahitnya sendiri, maka untuk setiap jahitan ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Menyuruh menjahitkan:

    Jika ia menyuruh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia hanya menyuruh satu kali, bahkan jika orang itu menjahit banyak, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Permutasi

    Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai bukan kerabat, dan ia menjahitkan jubah untuk bhikkhunī tersebut atau menyuruh menjahitkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menjahitkan jubah untuk bhikkhunī tersebut atau menyuruh menjahitkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menjahitkan jubah untuk bhikkhunī tersebut atau menyuruh menjahitkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Jika ia menjahitkan atau menyuruh menjahitkan untuk seorang bhikkhunī yang sepenuhnya ditahbiskan hanya pada satu sisi, maka ia melakukan pelanggaran perbutan salah. Jika bhikkhunī itu adalah kerabat, tetapi ia menyadarinya sebagai bukan kerabat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu adalah kerabat, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu adalah kerabat dan ia menyadarinya sebagai kerabat, maka tidak ada pelanggaran.

    Tidak ada pelanggaran

    Tidak ada pelanggaran: Jika bhikkhunī itu adalah kerabat; jika ia menjahitkan, atau menyuruh menjahitkan benda kebutuhan lain apa pun selain daripada jubah; jika itu adalah seorang bhikkhunī percobaan; jika itu adalah seorang sāmaṇerī; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

    Aturan latihan tentang memberikan kain-jubah, yang keenam, selesai




    Offline Indra

    • Global Moderator
    • KalyanaMitta
    • *****
    • Posts: 14.819
    • Reputasi: 451
    • Gender: Male
    Pācittiya 27
    « Reply #115 on: 15 September 2022, 10:34:58 PM »
    Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
    Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
    Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
    Sub-bab tentang Instruksi

    Pācittiya 27. Aturan Latihan tentang Perjanjian

    Kisah Asal-mula

    Sub-kisah pertama

    Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama dengan para bhikkhunī. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Persis seperti kita yang melakukan perjalanan bersama dengan istri-istri kita, demikian pula para monastik Sakya ini melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama dengan para bhikkhunī."

    Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama dengan para bhikkhunī?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

    "Benar, Yang Mulia."

    Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

    Aturan awal

    'Jika seorang bhikkhu melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama dengan seorang bhikkhunī, bahkan hanya hingga ke desa berikutnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

    Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

    Sub-kisah kedua

    Tidak lama kemudian sejumlah bhikkhu dan bhikkhunī hendak melakukan perjalanan dari Sāketa menuju Sāvatthī. Para bhikkhunī berkata kepada para bhikkhu, "Ayo kita pergi bersama-sama."

    "Saudari, adalah tidak diperbolehkan bagi kami untuk melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama dengan para bhikkhunī. Apakah kalian pergi terlebih dulu, atau kami."

    "Kalian memiliki status yang lebih tinggi. Silakan pergi terlebih dulu."

    Tetapi karena para bhikkhunī berjalan di belakang, mereka dirampok dan diperkosa oleh para penjahat. Ketika mereka tiba di Sāvatthī, mereka memberitahu para bhikkhunī apa yang telah terjadi. Para bhikkhunī memberitahu para bhikkhu, yang kemudian memberitahu Sang Buddha.

    Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

    "Para bhikkhu, aku memperbolehkan kalian untuk melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama dengan seorang bhikkhunī jika itu adalah jalan yang riskan dan berbahaya yang harus dilalui secara berkelompok.

    Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

    Aturan akhir

    'Jika seorang bhikkhu melakukan perjalanan dengan perjanjian bersama dengan seorang bhikkhunī, bahkan hanya hingga ke desa berikutnya, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: Jika jalan itu dianggap riskan dan berbahaya dan harus dilalui secara berkelompok.'"

    Definisi

    Seorang:

    Siapa pun

    Bhikkhu:

    ... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

    Seorang bhikkhunī:

    ia telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

    Bersama dengan:

    Bersama-sama.

    Dengan perjanjian:

    Jika ia membuat perjanjian seperti ini: ia mengatakan, "Ayo kita pergi, Saudari," dan ia menjawab, "Ya, mari kita pergi, Yang Mulia;" atau ia berkata, "Ayo kita pergi, Yang Mulia," dan ia menjawab, "Ya, mari kita pergi, Saudari;" atau ia berkata, "Mari kita pergi hari ini," "Mari kita pergi besok," "Mari kita pergi lusa," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

    Bahkan hanya hingga ke desa berikutnya:

    Jika desa-desa hanya berjarak sepenerbangan ayam, maka untuk setiap desa berikutnya ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah area tidak berpenghuni, sebuah hutan belantara, maka untuk setiap enam kilometer ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan:

    Jika saat itu adalah kesempatan yang diperbolehkan.

    Jalan itu harus dilalui secara berkelompok:

    Adalah tidak mungkin untuk melakukan perjalanan tanpa suatu kelompok.

    Riskan:

    sebuah tempat di sepanjang jalan di mana para penjahat berkemah, makan, berdiri, duduk, atau berbaring terlihat.

    Berbahaya:

    Para penjahat terlihat di sepanjang jalan itu, melukai, merampok, atau memukul orang-orang. Jika mereka pergi bersama dengan berpikir bahwa jalan itu berbahaya, tetapi kemudian ternyata tidak, maka para bhikkhunī harus dibubarkan, "Pergilah, Saudari."

    Permutasi

    Jika ada perjanjian, dan ia menyadarinya sebagai ada, dan ia melakukan perjalanan bersama dengan seorang bhikkhunī, bahkan hanya sampai ke desa berikutnya, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ada perjanjian, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia melakukan perjalanan bersama dengan seorang bhikkhunī, bahkan hanya sampai ke desa berikutnya, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ada perjanjian, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai ada, dan ia melakukan perjalanan bersama dengan seorang bhikkhunī, bahkan hanya sampai ke desa berikutnya, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Jika bhikkhu itu membuat suatu perjanjian, tetapi si bhikkhunī tidak menyatakan persetujuannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika tidak ada perjanjian, tetapi ia menyadarinya sebagai ada, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika tidak ada perjanjian, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika tidak ada perjanjian, dan ia tidak menyadarinya sebagai ada, maka tidak ada pelanggaran.

    Tidak ada pelanggaran

    Tidak ada pelanggaran: Jika saat itu adalah kesempatan yang diperbolehkan; jika ia pergi tanpa perjanjian; jika bhikkhunī itu membuat perjanjian, tetapi si bhikkhu tidak menyatakan persetujuannya; jika mereka pergi, tetapi bukan menuruti perjanjian; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

    Aturan latihan tentang perjanjian, yang ketujuh, selesai



    Offline Indra

    • Global Moderator
    • KalyanaMitta
    • *****
    • Posts: 14.819
    • Reputasi: 451
    • Gender: Male
    Pācittiya 28
    « Reply #116 on: 15 September 2022, 10:35:40 PM »
    Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
    Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
    Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
    Sub-bab tentang Instruksi

    Pācittiya 28. Aturan Latihan tentang Menumpang Perahu

    Kisah Asal-mula

    Sub-kisah pertama

    Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam menumpang perahu dengan perjanjian bersama dengan para bhikkhunī. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Persis seperti kita yang bersenang-senang naik perahu bersama dengan istri-istri kita, demikian pula para monastik Sakya ini membuat perjanjian bersama dengan para bhikkhunī kemudian bersenang-senang naik perahu."

    Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam menumpang perahu dengan perjanjian bersama dengan para bhikkhunī?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

    "Benar, Yang Mulia."

    Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

    Aturan awal

    'Jika seorang bhikkhu menumpang perahu dengan perjanjian bersama dengan seorang bhikkhunī, apakah pergi ke hulu atau pun ke hilir, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

    Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

    Sub-kisah kedua

    Tidak lama kemudian sejumlah bhikkhu dan bhikkhunī hendak melakukan perjalanan dari Sāketa menuju Sāvatthī. Dalam perjalanan itu mereka perlu menyeberangi sungai. Para bhikkhunī berkata kepada para bhikkhu, "Ayo kita menyebrang bersama-sama."

    "Saudari, adalah tidak diperbolehkan bagi kami untuk menumpang perahu dengan perjanjian bersama dengan seorang bhikkhunī. Apakah kalian pergi terlebih dulu, atau kami."

    "Kalian memiliki status yang lebih tinggi. Silakan pergi terlebih dulu."

    Tetapi karena para bhikkhunī menyebrang belakangan, mereka dirampok dan diperkosa oleh para penjahat. Ketika mereka tiba di Sāvatthī, mereka memberitahu para bhikkhunī apa yang telah terjadi. Para bhikkhunī memberitahu para bhikkhu, yang kemudian memberitahu Sang Buddha.

    Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

    "Para bhikkhu, aku memperbolehkan kalian untuk menumpang perahu dengan perjanjian bersama dengan seorang bhikkhunī jika itu bertujuan untuk menyeberang

    Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

    Aturan awal

    'Jika seorang bhikkhu menumpang perahu dengan perjanjian bersama dengan seorang bhikkhunī, apakah pergi ke hulu atau pun ke hilir, kecuali untuk tujuan menyeberang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan."

    Definisi

    Seorang:

    Siapa pun

    Bhikkhu:

    ... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

    Seorang bhikkhunī:

    ia telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

    Bersama dengan:

    Bersama-sama.

    Dengan perjanjian:

    Jika ia membuat perjanjian seperti ini: ia mengatakan, "Ayo kita naik, Saudari," dan ia menjawab, "Ya, mari kita naik, Yang Mulia;" atau ia berkata, "Ayo kita naik, Yang Mulia, dan ia menjawab, "Ya, mari kita naik, Saudari;" atau ia berkata, "Mari kita naik hari ini," "Mari kita naik besok," "Mari kita naik lusa," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

    Jika bhikkhu itu naik ketika si bhikkhunī telah naik terlebih dulu, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhunī itu naik ketika si bhikkhu telah naik terlebih dulu, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.  Jika mereka berdua naik bersama-sama, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Pergi ke hulu:

    Untuk tujuan pergi melawan arus.

    Pergi ke hilir:

    Untuk tujuan pergi mengikuti arus.

    Kecuali untuk tujuan menyeberang:

    Jika itu adalah untuk pergi ke seberang.

    Jika desa-desa hanya berjarak sepenerbangan ayam, maka untuk setiap desa berikutnya ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah area tidak berpenghuni, sebuah hutan belantara, maka untuk setiap enam kilometer ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Permutasi

    Jika ada perjanjian, dan ia menyadarinya sebagai ada, dan ia menumpang perahu bersama dengan seorang bhikkhunī, apakah pergi ke hulu atau pun ke hilir, kecuali untuk tujuan menyeberang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ada perjanjian, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menumpang perahu bersama dengan seorang bhikkhunī, apakah pergi ke hulu atau pun ke hilir, kecuali untuk tujuan menyeberang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ada perjanjian, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai ada, dan ia menumpang perahu bersama dengan seorang bhikkhunī, apakah pergi ke hulu atau pun ke hilir, kecuali untuk tujuan menyeberang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Jika bhikkhu itu membuat suatu perjanjian, tetapi si bhikkhunī tidak menyatakan persetujuannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika tidak ada perjanjian, tetapi ia menyadarinya sebagai ada, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika tidak ada perjanjian, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika tidak ada perjanjian, dan ia tidak menyadarinya sebagai ada, maka tidak ada pelanggaran.

    Tidak ada pelanggaran

    Tidak ada pelanggaran: Jika itu adalah untuk tujuan menyeberang; jika ia naik tanpa perjanjian; jika bhikkhunī itu membuat perjanjian, tetapi si bhikkhu tidak menyatakan persetujuannya; jika mereka naik, tetapi bukan menuruti perjanjian; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

    Aturan latihan tentang menumpang perahu, yang kedelapan, selesai
    « Last Edit: 15 September 2022, 10:37:13 PM by Indra »

    Offline Indra

    • Global Moderator
    • KalyanaMitta
    • *****
    • Posts: 14.819
    • Reputasi: 451
    • Gender: Male
    Pācittiya 29
    « Reply #117 on: 15 September 2022, 10:36:08 PM »
    Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
    Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
    Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
    Sub-bab tentang Instruksi

    Pācittiya 29. Aturan Latihan tentang Menyuruh untuk Mempersiapkan

    Kisah Asal-mula

    Sub-kisah pertama

    Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, taman suaka tupai. Pada saat itu bhikkhunī Thullanandā bergaul dengan sebuah keluarga yang dari mereka ia menerima makanan secara rutin.

    Pada suatu hari sang kepala keluarga telah mengundang beberapa bhikkhu senior. Pada hari yang sama bhikkhunī Thullananda mengenakan jubah di pagi hari, membawa mangkuk dan jubahnya, dan pergi ke rumah keluarga itu. Dan ia bertanya kepada sang kepala keluarga, "Mengapa engkau mempersiapkan begitu banyak makanan?"

    "Karena, Yang Mulia, aku telah mengundang para bhikkhu senior."

    "Tetapi siapakah para bhikkhu senior itu?"

    "Yang Mulia Sāriputta, Yang Mulia Mahāmoggallāna, Yang Mulia Mahākaccāna, Yang Mulia Mahākoṭṭhika, Yang Mulia Mahākappina, Yang Mulia Mahācunda, Yang Mulia Anuruddha, Yang Mulia Revata, Yang Mulia Upāli, Yang Mulia Ānanda, dan Yang Mulia Rāhula."

    "Tetapi mengapakah engkau mengundang para bhikkhu rendah itu bukannya para bhikkhu agung?"

    "Siapakah para bhikkhu agung ini?" "Yang Mulia Devadatta, Yang Mulia Kokālika, Yang Mulia Kaṭamodakatisssaka, Yang Mulia Khaṇḍadeviyā-putta, dan Yang Mulia Samuddadatta."

    Ketika percakapan ini sedang berlangsung, para bhikkhu senior masuk. Thullanandā berkata, "Benarkah bahwa engkau telah mengundang para bhikkhu agung ini?"

    "Baru saja engkau menyebut mereka para bhikkhu rendah dan sekarang engkau menyebut mereka para bhikkhu agung." Dan umat awam itu melemparnya keluar dan mengakhiri dana makan rutinnya.

    Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Devadatta, "Bagaimana mungkin Devadatta memakan dana makanan setelah mengetahui bahwa seorang bhikkhunī yang menyuruh untuk mempersiapkannya?" ... "Benarkah, Devadatta, bahwa engkau melakukan hal ini?"

    "Benar, Yang Mulia."

    Sang Buddha menegurnya... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

    Aturan awal

    'Jika seorang bhikkhu memakan dana makanan setelah mengetahui bahwa seorang bhikkhunī yang menyuruh untuk mempersiapkannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

    Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

    Sub-kisah kedua

    Tidak lama kemudian seorang bhikkhu yang sebelumnya telah meninggalkan Rājagaha pulang untuk menjenguk keluarganya. Karena telah lama sejak terakhir kali ia pulang, orang-orang mempersiapkan makanan untuknya dengan hormat. Dan bhikkhunī yang bergaul dengan keluarga itu berkata kepada mereka, "Berikan makanan kepada bhikkhu itu." Bhikkhu itu berpikir, "Sang Buddha telah melarang kami memakan dana makanan setelah mengetahui bahwa seorang bhikkhunī yang menyuruh untuk mempersiapkannya," dan karena takut melakukan kesalahan, ia tidak menerimanya. Dan karena ia tidak dapat berjalan untuk menerima dana makanan, ia melewatkan waktu makannya.

    Setelah kembali ke vihara, ia memberitahu para bhikkhu apa yang terjadi, dan mereka memberitahu Sang Buddha.

    Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

    "Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk memakan dana makanan setelah mengetahui bahwa seorang bhikkhunī yang menyuruh untuk mempersipkannya jika si perumah tangga memang telah berniat untuk mempersiapkannya.

    Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

    Aturan akhir

    'Jika seorang bhikkhu memakan dana makanan setelah mengetahui bahwa seorang bhikkhunī yang menyuruh untuk mempersiapkannya, kecuali jika si perumah tangga memang berniat untuk mempersiapkannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

    Definisi

    Seorang:

    Siapa pun

    Bhikkhu:

    ... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

    Setelah mengetahui:

    Ia mengetahuinya sendiri atau orang lain memberitahunya atau si bhikkhunī memberitahunya.

    Seorang bhikkhunī:

    ia telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

    Menyuruh untuk mempersiapkan:

    Jika ia mengatakan kepada mereka yang belum berniat untuk memberi atau mempersiapkan, "Bhikkhu ini adalah seorang penghafal," "Bhikkhu ini terpelajar," "Bhikkhu ini adalah seorang ahli khotbah-khotbah," "Bhikkhu ini adalah seorang ahli Hukum Monastik," "Bhikkhu ini adalah seorang pembabar Ajaran;" "Berikan ini kepada bhikkhu ini," "Persiapkan untuk bhikkhu ini"—ini disebut "menyuruh untuk mempersiapkan".

    Dana makanan:

    Salah satu dari lima makanan matang.

    Kecuali jika si perumah tangga memang berniat untuk mempersiapkannya:

    Jika si perumah tangga memang telah berniat untuk mempersiapkannya.

    Si perumah tangga memang berniat untuk mempersiapkannya:

    Mereka adalah kerabat atau mereka telah mengundang atau mereka memberi secara rutin.

    Jika ia menerimanya dengan niat untuk memakannya, kecuali jika si perumah tangga memang telah berniat untuk mempersiapkannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapan, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Permutasi

    Jika seorang bhikkhunī menyuruh mempersiapkan, dan ia menyadarinya sebagai demikian, dan ia memakannya, kecuali jika si perumah tangga memang telah berniat untuk mempersiapkannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika seorang bhikkhunī menyuruh mempersiapkan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memakannya, kecuali jika si perumah tangga memang telah berniat untuk mempersiapkannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhunī menyuruh mempersiapkan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai demikian, dan ia memakannya, kecuali jika si perumah tangga memang telah berniat untuk mempersiapkannya, maka tidak ada pelanggaran.

    Jika seorang bhikkhunī yang sepenuhnya ditahbiskan hanya pada satu sisi menyuruh mempersiapkannya, dan ia memakannya, kecuali jika si perumah tangga memang telah berniat untuk mempersiapkannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhunī tidak menyuruh untuk mempersiapkannya, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang bhikkhunī menyuruh mempersiapkan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhunī tidak menyuruh untuk mempersiapkannya, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika seorang bhikkhunī tidak menyuruh untuk mempersiapkannya, dan ia tidak menyadarinya sebagai seorang bhikkhunī menyuruh mempersiapkan, maka tidak ada pelanggaran.

    Tidak ada pelanggaran

    Tidak ada pelanggaran: Jika si perumah tangga memang telah berniat untuk mempersiapkannya; jika seorang bhikkhunī percobaan menyuruh mempersiapkannya; jika seorang sāmaṇerī menyuruh mempersiapkan; jika makanan itu adalah selain daripada kelima jenis makananmatang; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

    Aturan latihan tentang menyuruh untuk mempersiapkan, yang kesembilan, selesai



    Offline Indra

    • Global Moderator
    • KalyanaMitta
    • *****
    • Posts: 14.819
    • Reputasi: 451
    • Gender: Male
    Pācittiya 30
    « Reply #118 on: 15 September 2022, 10:36:38 PM »
    Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
    Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
    Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
    Sub-bab tentang Instruksi

    Pācittiya 30. Aturan Latihan tentang Duduk di Tempat Tertutup

    Kisah Asal-mula

    Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, mantan istri Yang Mulia Udāyī menjadi seorang bhikkhunī. Ia sering pergi menemui Udāyī, dan Udāyī sering pergi menemuinya. Dan Udāyī akan duduk sendirian bersama bhikkhunī itu di tempat tertutup.

    Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī duduk sendirian bersama dengan seorang bhikkhunī di tempat tertutup?" ... "Benarkah, Udāyī, bahwa engkau melakukan hal ini?"

    "Benar, Yang Mulia."

    Sang Buddha menegurnya... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

    Aturan akhir

    'Jika seorang bhikkhu duduk sendirian bersama dengan seorang bhikkhunī di tempat tertutup, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

    Definisi

    Seorang:

    Siapa pun

    Bhikkhu:

    ... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

    Seorang bhikkhunī:

    ia telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.

    Bersama dengan:

    Bersama-sama.

    Sendirian:

    Hanya bhikkhu dan bhikkhunī itu.

    Di tempat tertutup:

    Ada tertutup bagi mata dan ada tertutup bagi telinga.

    Tertutup bagi mata:

    Seseorang tidak dapat melihat mereka berkedip, mengangkat alis, atau mengangguk.

    Tertutup bagi telinga:

    Seseorang tidak mampu mendengar pembicaraan biasa.

    Duduk:

    Jika bhikkhu itu duduk atau berbaring di sebelah bhikkhunī yang duduk, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhunī itu duduk atau berbaring di sebelah bhikkhu yang duduk, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika keduanya duduk atau keduanya berbaring, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Permutasi

    Jika itu adalah tempat tertutup, dan ia menyadarinya sebagai tertutup, dan ia duduk sendirian bersama dengan seorang bhikkhunī, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah tempat tertutup, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia duduk sendirian bersama dengan seorang bhikkhunī, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah tempat tertutup, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai tertutup, dan ia duduk sendirian bersama dengan seorang bhikkhunī, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Jika itu bukan tempat tertutup, tetapi ia menyadarinya sebagai tertutup, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah tempat tertutup, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan tempat tertutup, dan ia tidak menyadarinya sebagai tertutup, maka tidak ada pelanggaran.

    Tidak ada pelanggaran

    Tidak ada pelanggaran: Jika seorang yang mengerti mendampinginya; jika ia berdiri dan tidak duduk; jika ia tidak mencari tempat tertutup; jika ia duduk memikirkan hal lain; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

    Aturan latihan tentang duduk di tempat tersembunyi, yang kesepuluh, selesai

    Berikut ini adalah rangkumannya:
    "Tidak ditunjuk, terbenam,
    Tempat kediaman, perolehan duniawi, dan dengan memberi;
    Ia menjahit, jalan raya, perahu, boleh memakan,
    Sendirian: itu adalah sepuluh."

    Offline Indra

    • Global Moderator
    • KalyanaMitta
    • *****
    • Posts: 14.819
    • Reputasi: 451
    • Gender: Male
    Pācittiya 31
    « Reply #119 on: 16 September 2022, 08:00:25 AM »
    Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
    Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
    Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
    Sub-bab tentang makan

    Pācittiya 31. Aturan Latihan tentang Dana makanan di Rumah Peristirahatan Umum

    Kisah Asal-mula

    Sub-kisah pertama

    Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, suatu perkumpulan tertentu sedang mempersiapkan suatu dana makanan di rumah peristirrahatan umum tidak jauh dari Sāvatthī.

    Kemudian, setelah mengenakan jubah di pagi hari, para bhikkhu dari kelompok enam membawa mangkuk dan jubah mereka dan memasuki Sāvatthī untuk mengumpulkan dana makanan. Karena tidak memperoleh apa pun, mereka mendatangi rumah peristirahatan umum. Karena sudah lama sejak terakhir kali mereka ke sana, maka orang-orang melayani mereka dengan penuh hormat.

    Pada hari kedua dan ketiga para bhikkhu itu melakukan hal yang sama. Kemudian mereka berpikir, "Apa gunanya pulang ke vihara? Besok kita akan kembali lagi ke sini." Maka mereka berdiam di sana terus-menerus, memakan dana makanan di rumah peristirahatan, sedangkan para monastik agama lain pergi. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya berdiam terus-menerus, memakan dana makanan di rumah peristirahatan? Kami tidak mempersiapkan dana makanan hanya untuk mereka; kami mempersiapkannya untuk semua orang."

    Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam berdiam terus-menerus, memakan dana makanan di rumah peristirahatan umum?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

    "Benar, Yang Mulia."

    Sang Buddha menegurnya... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

    Aturan awal

    'Jika seorang bhikkhu memakan lebih dari satu kali dana-makanan di rumah peristirahatan umum, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

    Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

    Sub-kisah kedua

    Tidak lama kemudian Yang Mulia Sāriputta sedang dalam perjalanan melewati negeri Kosala dalam perjalanannya menuju Sāvatthī ketika ia tiba di sebuah rumah peristirahatan umum. Karena sudah lama sejak terakhir ia datang ke sana, orang-orang melayaninya dengan penuh hormat. Setelah makan, Sāriputta jatuh sakit, dan tidak mampu meninggalkan rumah peristirahatan itu.

    Pada hari ke dua, orang-orang itu berkata kepadanya, "Makanlah, Yang Mulia." Tetapi karena ia mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang memakan dana makanan di sebuah rumah peristirahatan setelah berdiam terus-menerus, dan karena ia takut melakukan kesalahan, maka ia tidak menerimanya. Sebagai akibatnya, ia melewatkan waktu makannya.

    Ketika ia tiba di Sāvatthī, ia memberitahukan apa yang terjadi kepada para bhikkhu, dan mereka memberitahu Sang Buddha.

    Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

    "Para bhikkhu, Aku memperbolehkan seorang bhikkhu yang sakit untuk berdiam terus-menerus di sebuah rumah peristirahatan dan memakan dana makanan di sana.

    Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

    Aturan akhir

    'Jika seorang bhikkhu yang tidak sakit memakan lebih dari satu kali dana-makanan di rumah peristirahatan umum, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

    Definisi

    Yang tidak sakit:

    Ia mampu meninggalkan rumah peristirahatan umum itu.

    Yang sakit:

    Ia tidak mampu meninggalkan rumah peristirahatan umum itu.

    Dana-makanan di rumah peristirahatan umum:

    Sebanyak yang seseorang butuhkan dari lima jenis makanan matang, yang dipersiapkan untuk publik, di dalam sebuah bangunan, di bawah naungan atap, di bawah pohon, atau di ruang terbuka. Seorang bhikkhu yang tidak sakit boleh makan di sana satu kali. Jika ia menerima makanan melebihi itu dengan niat untuk memakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapan, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Permutasi

    Jika ia tidak sakit, dan ia menyadari dirinya sebagai tidak sakit, dan ia memakan lebih dari satu kali dana makanan di rumah peristirahatan umum, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia tidak sakit, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memakan lebih dari satu kali dana makanan di rumah peristirahatan umum, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia tidak sakit, tetapi ia menyadari dirinya sebagai sakit, dan ia memakan lebih dari satu kali dana makanan di rumah peristirahatan umum, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

    Jika ia sakit, tetapi ia menyadari dirinya sebagai tidak sakit, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia sakit, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia sakit, dan ia menyadari dirinya sebagai sakit, maka tidak ada pelanggaran.

    Tidak ada pelanggaran

    Tidak ada pelanggaran: Jika ia sakit; jika ia tidak sakit dan ia makan satu kali; jika ia makan setelah datang atau pergi, jika ia makan setelah diundang oleh para pemiliknya; jika makanan itu dipersiapkan secara khusus untuknya; jika tidak mencukupi apa yang ia butuhkan; jika makanan itu adalah selain daripada kelima makanan matang; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

    Aturan latihan tentang dana makanan di rumah peristirahatan umum, yang pertama, selesai

     

    anything