//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: melafal nama Buddha sampai samadhi?  (Read 59011 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: melafal nama Buddha sampai samadhi?
« Reply #75 on: 09 April 2012, 01:00:38 AM »
anumodana atas penjelasannya.
terkesan adanya praktik yang dilakukan oleh guru Mahayana melalui praktik Theravada dengan batasan yang kabur, dimana praktik tsb telah tercapai.

Saya memang belum pernah mendengar soal "nimitta" dalam Mahayana, meski dari pengalaman2 dalam meditasi yang diceritakan pada beberapa sumber memang menyerupai deskripsi tentang nimitta. Kalau "jhana" memang disebutkan dalam literatur Mahayana. Sansekertanya adalah "dhyana". Deskripsinya dalam sutra2 Mahayana sama dengan yang ada di dalam sutta pali. 
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: melafal nama Buddha sampai samadhi?
« Reply #76 on: 09 April 2012, 06:57:14 AM »

membenarkan secara tidak langsung, NATO (No Action Talk Only)

terima kasih kejujuranya

anumodana

anumodana atas penjelasannya.
terkesan adanya praktik yang dilakukan oleh guru Mahayana melalui praktik Theravada dengan batasan yang kabur, dimana praktik tsb telah tercapai.




setelah membaca tulisan diatas, kami meragukan statemen CHOA yang terkesan teorikal, baca buku hapalan thok


Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: melafal nama Buddha sampai samadhi?
« Reply #77 on: 09 April 2012, 06:58:30 AM »

yah inilah yang kami maksud.  _/\_

Saya memang belum pernah mendengar soal "nimitta" dalam Mahayana, meski dari pengalaman2 dalam meditasi yang diceritakan pada beberapa sumber memang menyerupai deskripsi tentang nimitta. Kalau "jhana" memang disebutkan dalam literatur Mahayana. Sansekertanya adalah "dhyana". Deskripsinya dalam sutra2 Mahayana sama dengan yang ada di dalam sutta pali.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Gwi Cool

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -2
  • Terpujilah Sang Buddha
Re: melafal nama Buddha sampai samadhi?
« Reply #78 on: 27 November 2017, 09:27:13 AM »
Bagaimana cara melafal nama Buddha hingga tercapai samadhi? apakah hal itu bisa dilakukan? setelah samadhi apakah masih melafal juga?

thanks
Yang saya tahu perenungan terhadap Sang Buddha, tidak akan menghasilkan jhana, kayak meditasi cinta kasih, tidak akan menghasilkan jhana.

Akan tetapi, tujuannya dapat mengarah ke sana, meditasi perenungan terhadap Sang Buddha, atau cinta kasih, tujuannya, selain mendapat manfaat itu sendiri, juga ia akan menyukai meditasi jika dilakukan dengan benar, jika ia telah menyukai dan mantap dengan meditasi, di sini, seharusnya tidak sulit baginya untuk mengambil objek yang bisa menghasilkan jhana, misalnya kasina warna, kasina tanah, dll.

Perenungan terhadap Sang Buddha, yang benar adalah merenungkan kualitas dari Sang Buddha, dimulai dari keyakinan terhadap Beliau seperti: "Itipi so Bhagava Araham Sammasambuddho ... Bhagava." "Sang Bhagava adalah Arahat, Yang Tercerahkan Sempurna, sempurna dalam pengetahuan sejati dan perilaku, guru para deva dan manusia, Yang Terberkahi." (ada versi lengkapnya).

Kemudian merenungkan 10 kekuatan Sang Buddha; kualitas lainnya dari Beliau, cara pengajaran, belas kasih yang universal, dll. (Yang terpenting, poin utamanya, merenungkan kualitas Sang Buddha, Yang Tercerahkan Sempurna.)
« Last Edit: 27 November 2017, 09:33:22 AM by Gwi Cool »
Yang mau debat, saya diam, dan mengaku kalah karena saya hanyalah makhluk lemah, debat sama yang lain saja.
Mari berbicara Dhamma yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir. Indah dengan pikiran penuh cinta kasih. Hobiku menggubah syair.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: melafal nama Buddha sampai samadhi?
« Reply #79 on: 27 November 2017, 11:47:22 PM »
Yang saya tahu perenungan terhadap Sang Buddha, tidak akan menghasilkan jhana, kayak meditasi cinta kasih, tidak akan menghasilkan jhana.

Akan tetapi, tujuannya dapat mengarah ke sana, meditasi perenungan terhadap Sang Buddha, atau cinta kasih, tujuannya, selain mendapat manfaat itu sendiri, juga ia akan menyukai meditasi jika dilakukan dengan benar, jika ia telah menyukai dan mantap dengan meditasi, di sini, seharusnya tidak sulit baginya untuk mengambil objek yang bisa menghasilkan jhana, misalnya kasina warna, kasina tanah, dll.

Perenungan terhadap Sang Buddha, yang benar adalah merenungkan kualitas dari Sang Buddha, dimulai dari keyakinan terhadap Beliau seperti: "Itipi so Bhagava Araham Sammasambuddho ... Bhagava." "Sang Bhagava adalah Arahat, Yang Tercerahkan Sempurna, sempurna dalam pengetahuan sejati dan perilaku, guru para deva dan manusia, Yang Terberkahi." (ada versi lengkapnya).

Kemudian merenungkan 10 kekuatan Sang Buddha; kualitas lainnya dari Beliau, cara pengajaran, belas kasih yang universal, dll. (Yang terpenting, poin utamanya, merenungkan kualitas Sang Buddha, Yang Tercerahkan Sempurna.)

anda katakan meditasi cinta kasih tidak akan menghasilkan jhana, lalu bagaimanakah anda memahami frasa mettā­ceto­vimutti yang tersebar dalam banyak sutta, misalnya dalam SN 46.54?

Offline Gwi Cool

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -2
  • Terpujilah Sang Buddha
Re: melafal nama Buddha sampai samadhi?
« Reply #80 on: 28 November 2017, 09:53:35 AM »
anda katakan meditasi cinta kasih tidak akan menghasilkan jhana, lalu bagaimanakah anda memahami frasa mettā­ceto­vimutti yang tersebar dalam banyak sutta, misalnya dalam SN 46.54?
Meditasi cinta-kasih bisa melahap 4 jhana, ini hanyalah sebagai faktor pendukung. Ia mengambil objek lain yang bisa menghasilkan jhana, dengan cinta kasih sebagai pendukung.

Bhikkhu Devadatta jhana-nya merosot karena tidak memiliki faktor pendukung, hanya mengandalkan jhana. Fungsi meditasi cinta kasih adalah mempertahankan jhana-nya, paling kasar jika jhana-nya merosot maka dengan bantuan cinta kasih, ia akan meraih kembali jhana-nya. Atau kalau susah dimengerti maka seperti ini:

cinta kasih = menghalau 5 rintangan dengan kuat
cinta kasih = mempertahankan seseorang yang ingin maju ke jhana dua (agar tidak jatuh dan agar lebih mudah masuk ke jhana dua), dst. (hingga jhana 4)

Memang tanpa cinta kasih, dengan jhana saja, seseorang bisa naikhingga 8 pencapaian, tetapi istilah "petapa jahat" akan muncul, ia akan menggunakan jhana-nya untuk hal yang tidak baik.

cinta kasih kemudian melatih jhana (dari objek lain), atau jhana + cinta kasih = jhana-nya tidak akan dipakai untuk hal yang aneh-aneh
Ada jhana, tidak melatih cinta kasih = jhana-nya bisa dipakai untuk hal yang aneh-aneh.

Oleh karena itu, Sang Buddha mengajarkan cinta kasih itu, supaya ketika seseorang mencapai jhana, ia memiliki cinta kasih, ia tidak akan seperti bhikkhu Devadatta.

cinta kasih cukup kuat untuk menghalau 5 rintangan pada tahap awal.
Cinta kasih bukan hanya berarti melingkup semua makhluk (ini puncaknya), cinta kasih bisa saja hanya melingkup diri sendiri atau 2 orang, atau hanya satu rumah.

Jika ingin melingkup seluruh dunia, pemula tidak mungkin bisa, ia harus melingkup diri sendiri dulu baru kepada hewan-hewan kecil dan seterusnya hingga seluruh dunia (tidak semudah membalik telapak tangan).

Seseorang bisa saja mengatakan "Semoga semua makhluk berbahagia", mulut bisa saja sesuai, tetapi pikiran bisa nyeleweng. Mengapa? Karena melingkupi orang jahat saja, jika tak mampu, bagaimana ia melingkupi semua makhluk? Jika ia bisa melingkupi orang jahat, apalagi orang baik maka itu mungkin. Atau melingkupi cinta kasih kepada diri sendiri saja tidak mampu, bagaimana mungkin ia melingkupi seluruh dunia?

Oleh karena itu, meditasi cinta kasih harus didahului kepada "Diri sendiri", jika tidak, mimpi, kalau mau mendapatkan cinta kasih yang universal.

meditasi cinta kasih = tidak menghasilkan jhana.
Jhana apa yang akan dihasilkan dari cinta kasih? Tidak ada. Akan tetapi, manfaat meditasi cinta kasih cukup banyak, kalau tidak salah ada 20 lebih, jika meditasi cinta kasih dijadikan kendaraan ke mana-mana.

Seseorang yang penuh cinta kasih, 5 rintangan meditasi cukup mudah untuk ditaklukkan, di sinilah seperti komentar saya sebelumnya, ketika ia telah mahir dlaam cinta kasih, seharusnya tidak sulit baginya untuk melatih objek (lain) yang menghasilkan jhana.

Seseorang yang ingin mencapai jhana, tanpa mempelajari 5 rintangan = akan mendapat jhana (jhana-jhana-an), di mimpi :))
Cinta kasih cukup kuat untuk menghalau 5 rintangan itu, minimal selama ia duduk meditasi, ia menamkan cinta kasih di pikirannya saat itu.
« Last Edit: 28 November 2017, 09:57:50 AM by Gwi Cool »
Yang mau debat, saya diam, dan mengaku kalah karena saya hanyalah makhluk lemah, debat sama yang lain saja.
Mari berbicara Dhamma yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir. Indah dengan pikiran penuh cinta kasih. Hobiku menggubah syair.

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: melafal nama Buddha sampai samadhi?
« Reply #81 on: 28 November 2017, 10:01:03 PM »
"“Dan bagaimanakah, para bhikkhu, kebebasan pikiran melalui cinta kasih dikembangkan? Apakah tujuannya, puncaknya, buahnya, tujuan akhirnya? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan faktor pencerahan perhatian yang disertai dengan cinta kasih … faktor pencerahan keseimbangan yang disertai dengan cinta kasih, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang pada pelepasan. Jika ia menghendaki: ‘Semoga aku berdiam dengan mempersepsikan kejijikan dalam ketidak-jijikan,’ maka ia berdiam dengan mempersepsikan kejijikan di sana. Jika ia menghendaki: ‘Semoga aku berdiam dengan mempersepsikan ketidak-jijikan dalam kejijikan,’ maka ia berdiam dengan mempersepsikan ketidak-jijikan di sana. Jika ia menghendaki: ‘Semoga aku berdiam dengan mempersepsikan kejijikan dalam ketidak-jijikan dan dalam kejijikan,’ maka ia berdiam dengan mempersepsikan kejijikan di sana. Jika ia menghendaki: ‘Semoga aku berdiam dengan mempersepsikan ketidak-jijikan dalam kejijikan dan dalam ketidak-jijikan,’ maka ia berdiam dengan mempersepsikan ketidak-jijikan di sana. Jika ia menghendaki: ‘Dengan menghindari ketidak-jijikan dan kejijikan, semoga aku berdiam dengan seimbang, penuh perhatian dan memahami dengan jernih,’ maka ia berdiam di sana dengan seimbang, penuh perhatian dan memahami dengan jernih. Atau kalau tidak demikian, maka ia akan masuk dan berdiam dalam kebebasan keindahan. Para bhikkhu, kebebasan pikiran melalui cinta kasih memiliki keindahan sebagai puncaknya, Aku katakan, bagi seorang bhikkhu bijaksana di sini yang belum menembus kebebasan tertinggi."

SN 46.54 yang dikutip om indra diatas
Keindahan = Jhana 3
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: melafal nama Buddha sampai samadhi?
« Reply #82 on: 28 November 2017, 10:05:48 PM »
Di kaki pohon Assatha yang tumbuh hijau
Berfokus dalam persepsi pada Buddha, aku mendapatkan Yang Satu
Persepsi itu yang kudapatkan 31 kalpa lalu,
Dengan ingatan akan persepsi tersebut, Aku mendapatkan akhir dari noda-batin

(Theragatha 217-218)

============================================

Jika seorang bhikkhu taat pada perenungan terhadap Sang Buddha ini, ia menghormati dan menghargai Sang Guru, ia mencapai kesempurnaan dalam keyakinan, kesadaran, pemahaman dari kebaikan. Ia banyak memiliki kegiuran dan kegembiraan. Ia mengalahkan kekhawatiran dan ketakutan. Ia mampu menahan kepedihan. Ia merasa seolah-olah hidup pada masa Sang Guru. Dan badannya, ketika perenungan terhadap sifat-sifat khusus Sang Buddha sedang dilakukan, menjadi patut dihormati seperti suatu pemujaan di ruang pemujaan. Batinnya cenderung ke arah bidang para Buddha. Jika ia mempunyai peluang untuk berbuat salah, ia mempunyai kesadaran akan rasa malu dan takut yang hidup, bagaikan ia berhadapan langsung dengan Sang Guru. Dan jika ia belum mampu menembus yang lebih tinggi, paling tidak ia telah mengarah pada satu kehidupan yang bahagia.

Sekarang ketika orang sungguh bijaksana,

Tugas tetapnya pastilah

Perenungan terhadap Sang Buddha ini

Yang Terberkahi dengan kemampuan yang begitu hebat

(Vissudhi Magga III, bab 7)

 

===============================================================

Ekadhammo, bhikkhave, bhāvito bahulīkato ekanta­nibbidāya virāgāya nirodhāya upasamāya abhiññāya sambodhāya nibbānāya saṃvattati. Katamo ekadhammo? Buddhānussati. Ayaṃ kho, bhikkhave, ekadhammo bhāvito bahulīkato ekanta­nibbidāya virāgāya nirodhāya upasamāya abhiññāya sambodhāya nibbānāya saṃvattatī”ti.

Para bhikkhu, ada satu hal yang, ketika dikembangkan dan dilatih, akan mengarah secara eksklusif pada kekecewaan, pada kebosanan, pada lenyapnya, pada kedamaian, pada pengetahuan langsung, pada pencerahan, pada nibbana.

Apakah satu hal itu? Perenungan pada Buddha.

Ini adalah satu hal yang, ketika dikembangkan dan dilatih, akan mengarah secara eksklusif pada kekecewaan, pada nibbana.

(AN I 296)
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: melafal nama Buddha sampai samadhi?
« Reply #83 on: 28 November 2017, 11:36:45 PM »
Meditasi cinta-kasih bisa melahap 4 jhana, ini hanyalah sebagai faktor pendukung. Ia mengambil objek lain yang bisa menghasilkan jhana, dengan cinta kasih sebagai pendukung.

Bhikkhu Devadatta jhana-nya merosot karena tidak memiliki faktor pendukung, hanya mengandalkan jhana. Fungsi meditasi cinta kasih adalah mempertahankan jhana-nya, paling kasar jika jhana-nya merosot maka dengan bantuan cinta kasih, ia akan meraih kembali jhana-nya. Atau kalau susah dimengerti maka seperti ini:

cinta kasih = menghalau 5 rintangan dengan kuat
cinta kasih = mempertahankan seseorang yang ingin maju ke jhana dua (agar tidak jatuh dan agar lebih mudah masuk ke jhana dua), dst. (hingga jhana 4)

Memang tanpa cinta kasih, dengan jhana saja, seseorang bisa naikhingga 8 pencapaian, tetapi istilah "petapa jahat" akan muncul, ia akan menggunakan jhana-nya untuk hal yang tidak baik.

cinta kasih kemudian melatih jhana (dari objek lain), atau jhana + cinta kasih = jhana-nya tidak akan dipakai untuk hal yang aneh-aneh
Ada jhana, tidak melatih cinta kasih = jhana-nya bisa dipakai untuk hal yang aneh-aneh.

Oleh karena itu, Sang Buddha mengajarkan cinta kasih itu, supaya ketika seseorang mencapai jhana, ia memiliki cinta kasih, ia tidak akan seperti bhikkhu Devadatta.

cinta kasih cukup kuat untuk menghalau 5 rintangan pada tahap awal.
Cinta kasih bukan hanya berarti melingkup semua makhluk (ini puncaknya), cinta kasih bisa saja hanya melingkup diri sendiri atau 2 orang, atau hanya satu rumah.

Jika ingin melingkup seluruh dunia, pemula tidak mungkin bisa, ia harus melingkup diri sendiri dulu baru kepada hewan-hewan kecil dan seterusnya hingga seluruh dunia (tidak semudah membalik telapak tangan).

Seseorang bisa saja mengatakan "Semoga semua makhluk berbahagia", mulut bisa saja sesuai, tetapi pikiran bisa nyeleweng. Mengapa? Karena melingkupi orang jahat saja, jika tak mampu, bagaimana ia melingkupi semua makhluk? Jika ia bisa melingkupi orang jahat, apalagi orang baik maka itu mungkin. Atau melingkupi cinta kasih kepada diri sendiri saja tidak mampu, bagaimana mungkin ia melingkupi seluruh dunia?

Oleh karena itu, meditasi cinta kasih harus didahului kepada "Diri sendiri", jika tidak, mimpi, kalau mau mendapatkan cinta kasih yang universal.

meditasi cinta kasih = tidak menghasilkan jhana.
Jhana apa yang akan dihasilkan dari cinta kasih? Tidak ada. Akan tetapi, manfaat meditasi cinta kasih cukup banyak, kalau tidak salah ada 20 lebih, jika meditasi cinta kasih dijadikan kendaraan ke mana-mana.

Seseorang yang penuh cinta kasih, 5 rintangan meditasi cukup mudah untuk ditaklukkan, di sinilah seperti komentar saya sebelumnya, ketika ia telah mahir dlaam cinta kasih, seharusnya tidak sulit baginya untuk melatih objek (lain) yang menghasilkan jhana.

Seseorang yang ingin mencapai jhana, tanpa mempelajari 5 rintangan = akan mendapat jhana (jhana-jhana-an), di mimpi :))
Cinta kasih cukup kuat untuk menghalau 5 rintangan itu, minimal selama ia duduk meditasi, ia menamkan cinta kasih di pikirannya saat itu.

anda menjawab panjang lebar entah apakah bertujuan untuk mengalihkan pertanyaan saya, atau ada tujuan lain. jadi saya ulangi sekali lagi
bagaimanakah anda memahami frasa mettā­ceto­vimutti yang tersebar dalam banyak sutta, misalnya dalam SN 46.54? saya yakin anda cukup paham Pali untuk dapat menerjemahkan kata itu

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: melafal nama Buddha sampai samadhi?
« Reply #84 on: 07 December 2017, 05:56:01 AM »
anda menjawab panjang lebar entah apakah bertujuan untuk mengalihkan pertanyaan saya, atau ada tujuan lain. jadi saya ulangi sekali lagi
bagaimanakah anda memahami frasa mettā­ceto­vimutti yang tersebar dalam banyak sutta, misalnya dalam SN 46.54? saya yakin anda cukup paham Pali untuk dapat menerjemahkan kata itu

kabur kale !
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.