//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Edward

Pages: 1 2 3 4 5 6 [7] 8 9 10 11 12 13 14 ... 122
91
Manusia bisa berubah, tetapi sejarah akan tetap selalu...
Melihat kejadian saat ini, dimana oknum HH dengan mudahnya "mengakui" sebagai suatu pencetus gerakan di SP, padahal kenyataannya tidak. Gw jadi ragu dengan "pernyataan sejarah yang berkaitan dengan HH"

92
Kafe Jongkok / Re: [Share]Kalau anda dikatakan BODOH.............
« on: 15 July 2010, 08:55:16 AM »
Orang paling bodoh ialah orang yg mengatakan orang lain bodoh.

93
Klo gw sih kga ikutin SP, tp klo melihat dri rilis Bhante, tidak ada tendesius yg bisa saya tangkap dlm pernyataannya.Tidak membela pihak manapun.Justru terkesan memberikan jawaban atas "ancaman" si HH ini, bahwa SP tidak bertanggungjawab atas isi dlm millis. Terlihat jelas bahwa si HH yg "mengancam" bhante U, krn semua org beranggapan bahwa SP di bimbing oleh bhante U, pdhl bhante U kg prnh ikutan dlm millis. Nah, yg hebat, justru postingan jawaban si HH ini.Langsung take credit..

Kaga tau ini berhubungan ato kga, tpi ada fakta bahwa si HH ini dulu seorang mantan bhikku, yg berkecimpung dlm STI jg...Sisanya,silahkan selidiki sendiri...

94
D sini juga udh ada jejak rekam tindak tanduknya dalam suatu forum..Silahkan teman2 nyari dan perhatikan sendiri...Pada awalnya semua senang ketika si HH ini ikut meramaikan forum, memberikan pemikiran2 dan pengetahuan tentang meditasi.Tapi makin lama makin kelihatan, dikit2 mmd..mmd lbh baik dr metode vipassana "tradisional"lah...Dan makin lama makin jelas pula kontradiksi yang dibikinnya...
Dari dulu menuntut mmd dimasukkan dlm kategori meditasi Buddhis,tapi di lain waktu ada tulisan mmd vs umat buddhis..haa...

Dan disaat millis SP lagi berantakan, dan Bhante turun tangan, dy langsung take credit dengan postingan dy...
Emank paling bravo nih HH

95
reply dari Pa HH :
Re: MENGEMBALIKAN MILIS SAMAGGI PHALA PADA JALURNYA

Teman-teman,

Dari tanggapan Bhante Uttamo di atas, tampaknya petisi kita kepada beliau untuk
membersihkan milis SP secara radikal & menyeluruh pada prinsipnya sudah memenuhi
tujuannya.


Anumodana dari saya pribadi dan para pendukung petisi kami haturkan kepada
Bhante Uttamo atas tindakan beliau yg cepat dalam mengatasi krisis pemoderasian
milis SP selama ini
.

Tinggal kita pantau dengan ketat, sejauh mana moderator milis SP menaati
ketentuan-ketentuan baru yg telah digariskan oleh Bhante Uttamo. Saya percaya,
dalam waktu tidak lama milis Samaggiphala akan mengambil kembali tempatnya yg
terhormat di antara milis & forum Buddhis yg ada di Indonesia.

Catatan: Demi rekaman kesejarahan, petisi ini akan berjalan terus, satu dan lain
hal untuk menggarisbawahi kebijakan Bhante Uttamo yg terbaru ini. Malah waktu
pengiriman petisi diajukan ke hari ini Selasa, 13 Juli 2010.

Sekali lagi, anumodana sebesar-besarnya kepada Bhante Uttamo Mahathera. Terobati
sudah kepedihan hati para umat Buddha yg sangat prihatin melihat kondisi milis
Samaggiphala selama ini.

Hudoyo Hupudio
Pemrakarsa petisi pembersihan milis Samaggiphala

Emank paling hebat si HH ini, postingan bhante yg netral langsung di putar balikkan sampe bikin kesan dy yg berjasa atas perubahan ini. Padahal emank dy yg biang keroknya...

96
Tolong ! / Re: Gimana cara menghadapi hal seperti ini..?
« on: 08 July 2010, 04:49:33 PM »
Kebetulan saat ini lagi ngalamin hal2 yg rada mirip..
Kalo menurut gw sih, yg paling sulit ialah menjaga sikap batin  kita sendiri.Kenapa?
Karena pada saat kita tahu/merasakan ada mahkluk peta yg secara nyata mulai menggangu, kita akan merasa takut, terkadang rasa takut kita kalahkan dengan pikiran benci dan kesal. Dari situ terkadang kita mulai berpikiran melakukan tindakan represif, seperti : ingin mengusir, ingin "mengalahkan" makhluk tersebut, atau setidaknya melakukan defensif dengan bantuan mantra ini itu.Harus disadari bahwa berarti kita sudah memupuk pikiran yang tidak baik di dalam diri kita sendiri.

Yang harus dipahami oleh kita ialah ada alasan tertentu mengapa mereka dikategorikan sebagai makhluk menderita, karena mereka selalu dipenuhi dengan pikiran2 benci, keterikatan terhadap sesuatu, atau pun kesedihan yang tidak dapat dilepaskan.

Saran gw:

Beranikanlah diri! Dalam beberapa kasus mungkin gangguan dari makhluk2 tersebut akan sangat nyata. Bahkan terkadang bisa melakukan "keisengan" yg sampai sangat menggangu pikiran. Sadari bahwa ketakutan hanyalah "permainan" pikiran dari tindakan  karena kita tidak dapat memproses secara logis ataupun "menguasai" atas fenomena2 yang kita alami. Tenangkanlah pikiran, dan beranikan diri ! Jangan dikalahkan oleh rasa takutmu!

Mintalah perlindungan! Bagi kita yg tidak memiliki mata batin, mungkin kita tidak dapat merasakan bahwa disekeliling kita ada banyak makhluk2 laen yg "berseliweran" di tempat tertentu maupun di sekitar kita. Mereka tidak hanya makhluk peta ataupun makhluk menderita lainnya, tapi ada juga dewa atau pun dewa tingkat rendah yg secara karma berhubungan dengan kita. Cobalah sebuah "doa" sederhana " Semoga Para Buddha, Bodhisatva, Ariya dan dewa-dewi di segala penjuru membantu saya, keluarga dan seisi rumah ini berlindung dalam Buddha, Dhamma dan Sangha" When we have troubles and need helps,there's always someone who can help. ;)

Yang terakhir, secara rutin bacakanlah sutta atau pun sutra yg bagi diri sendiri merasa cocok. Bagi yg merasa cocok dengan bahasa pali,mulai dengan Araham sammasambuddha bahgavato arahato sammasambuddhasa, lanjutkan dengan tisarana kemudia Karaniya Metta Sutta.
Bagi yg lebih merasa cocok dengan sutra Mahayana bisa ganti Karaniya dengan Ta Pei Cou ataupun sutra perlindungan lainnya. Tidak perlu terlalu lama dan banyak repetisi, yg penting kondisi pikiran harus bersih dan konsen dengan sutta/sutra yg sedang dibaca.
Jangan lupa, setelah pembacaan, lakukan "pelimpahan jasa" kecil2 dengan mendoakan "Semoga sutta yg saya baca dapat memberikan kebahagiaan bagi semua makhluk"

Mungkin efeknya tidak akan langsung, tapi secara perlahan pasti akan mulai terasa perbedaannya.



98
Lingkungan / Re: Buddhist FUndamentalis
« on: 02 July 2010, 12:42:37 AM »
Yahhh...memank dasarnya manusia butuh pegangan yg terlihat pasti sih...sulit juga jadinya..

99
Mahayana / Re: Pembahasan Amitabha Pure Land
« on: 02 July 2010, 12:39:02 AM »
Sama aja, gimana lebih nyaman untuk dikontemplasi-kan aja. Soal panjang atau pendek, Gate Gate Parasamgate Bodhisvaha masih lebih panjang tuh... :P
Yg pasti, jgn pelafalan amitofo mauapun mantram lainnya jgn dijadikan semacam kata kunci untuk memohon berkah ini itu..
Pelafalan ditujukan sebagai jembatan bagi kita untuk melatih diri. Jgn pikirkan akan berkah ini itu, hal tersebut akan datang dengan sendirinya, jika karma kita memungkinkan. ;)

100
Mahayana / Re: Pembahasan Amitabha Pure Land
« on: 01 July 2010, 05:13:07 PM »
Mau pakai pali atau sanskrit atau mandarin atau indonesia sama aja.Keduanya hanya sebatas "bahasa".Yg terpenting dlm pelafalan mantram ialah kondisi pikirannya.Misalkan melafalkan amitofo, pikiran harus fokuss terhadap suku kata yg diucapkan.Selain itu,diharapkan sang pelafal memahami hakekat dr yg dilafalkan.Atau dengan memvisualkan keangunggan dari seorang buddha amitabha,yg secara lengkap dpt dibaca d sutra-nya.

101
Lingkungan / Aristoteles dan Buddha
« on: 29 June 2010, 11:25:40 AM »
Oleh Indra Gunawan M
Dua nama ini adalah orang besar dalam sejarah.

Aristoteles, hidup sekitar 300 tahun sebelum Masehi, adalah filsuf yang bersama Socrates dan Plato meletakkan dasar-dasar filsafat Barat. Pandangan Aristoteles jadi dogma filsafat skolastik. Sementara Siddharta Gautama adalah pangeran yang meninggalkan istana untuk menghayati derita dan duka kehidupan. Lewat kontemplasi dan semadi berkepanjangan di bawah pohon bodhi, ia jadi orang tercerahkan (Buddha). Ia hidup sekitar 200 tahun sebelum Aristoteles.

Kedua tokoh mempunya sistem kepercayaan dan logika berbeda dalam memandang persoalan. Menarik mengkaji pendekatan mereka terhadap berbagai persoalan aktual, khususnya yang kontroversial, seperti kasus Bibit-Chandra, Anggodo, Antasari, Century, Sri Mulyani, atau Susno Duadji. Adapun kajian ”Fuzzy Logic” atau ”Logika Samar” (baca misalnya ”Fuzzy Thinking”, Bart Kosko, Hyperion, 1993) coba mengontraskan perbedaan kedua pendekatan. Dalam pandangan dunia, Aristoteles yang dikenal adalah bivalensi, dua nilai, benar atau salah, hitam atau putih, positif atau negatif, siang atau malam, A atau bukan A.

Tidak ada tempat untuk semu atau abu-abu, perbauran di antara keduanya. Sementara logika Buddha menerima adanya multivalensi atau banyak nilai. Di antara putih sampai hitam ada sekian banyak kemungkinan gradasi warna. Dari nol hingga angka satu ada begitu banyak bilangan pecahan yang menggambarkan berbagai derajat perkembangan.

Ada celah yang sukar disebut siang atau malam di tengah remangnya senja atau samarnya fajar. Logika Aristoteles lebih dominan diterima di Barat. Mereka lebih menghargai kepastian di tengah ketidakpastian seperti dalam aritmatik sederhana (2+2>4) dan kurang menghargai kontradiksi atau paradoks. Namun, tak semua orang Barat berpikir dalam kerangka dikotomi. Misalnya, Heraclitus, filsuf Yunani yang hidup 500 sebelum Masehi. Ia dikenal dengan ucapannya ”Segala sesuatunya berubah, kecuali perubahan itu sendiri”.

Sebagian perubahan dapat diprediksi, sebagian lain berlangsung acak, tak dapat dipahami atau dikenali. Epigram lain ”Segala yang bertentangan mendatangkan manfaat” atau ”Jalan turun dan jalan naik adalah satu dan sama”. Atau Einstein yang pernah mengutarakan ”Sejauh hukum matematika menunjuk ke realitas, maka dia tidak pasti. Dan sejauh dia pasti, dia tak merujuk ke realitas”. Logika samar tampak dalam ungkapan di atas.

Simplisitas atau akurasi

Logika Buddha ”Fuzzy Logic” lebih dulu dikenal di dunia Timur. Selain dalam ajaran Buddha juga ditemukan pada Zen dan Taoisme yang menyukai teka-teki dan paradoks kehidupan. Yin dan Yang bukan sekadar dua hal berbeda, melainkan satu keniscayaan yang saling melengkapi, komplementer. Dalam Yin terdapat Yang dan sebaliknya.

Oleh pengaruh pendidikan yang diterima di sekolah, kebanyakan kita lebih terbingkai dalam logika Aristoteles. Kita perlu pegangan atau kepastian di tengah kegalauan agar hidup lebih lancar. Kalau perlu persoalan disederhanakan untuk menghindari keruwetan yang tak perlu. Buat sebagian, di mana persoalan sudah terang benderang seperti dalam aritmatika sederhana, sikap itu dapat dibenarkan. Namun, untuk persoalan kompleks dan penuh kontroversi seperti contoh di atas (Bibit-Chandra, Susno Duadji, Sri Mulyani, dan sebagainya) pendekatan komprehensif dari berbagai kajian lebih menghasilkan presisi.

Sikap tak berpihak, obyektif untuk menemukan akurasi dengan berpegang pada kepentingan umum agaknya perlu dikedepankan. Yang jadi persoalan, kata ”kepentingan umum” sudah diklaim para pihak yang bersengketa. Kalau kita mulai memahami logika Buddha, tampaknya orang tak akan mudah terjebak dalam dikotomi yang gencar dikembangkan sebagian politisi.

Mereka lewat ”layar kaca” (tv) atau media lain berusaha membentuk opini publik berdasar sikap subyektif, apriori, perasaan suka atau tak sukanya. Sudah tentu argumentasinya dibungkus lewat ”data” dan ”fakta” yang disaring lewat kaca mata kelompoknya sendiri. Dengan ”Fuzzy Logic”, kita akan lebih teliti dan kritis mengikuti rekam jejak mereka yang memakai standar ganda. Di satu pihak, mereka lantang menyerukan berantas korupsi khususnya yang disangkakan terhadap lawan politiknya. Sementara di pihak lain, mereka kuncup atau diam seribu bahasa jika tuduhan menimpa kelompoknya.

Secara ringkas, bivalensi dalam Aristoteles bertumpu pada dua pilihan ”ini” atau ”itu”. Ibarat sebuah film, pelaku lelakonnya terbagi hanya dua: ”orang baik” dan ”orang jahat”. Sementara multivalensi dalam Logika Samar mencoba melihat nuansa-nuansa dalam menangkap kebenaran Ada ”orang baik tetapi ada cacatnya” dan ”orang jahat tetapi ada segi baiknya”. Tak ada yang sempurna. ”Fuzzy Logic” ini tak hanya bergerak di tataran teori, sistem kepercayaan atau filsafat saja, melainkan membumi terkait dunia praktis yang menghasilkan produk-produk. Lewat prinsip dan sistem ”Fuzzy Logic”, sejumlah perusahaan seperti Matsushita, Mitsubishi, Sharp, Hitachi, Samsung, dan Daewoo telah mampu menghasilkan produk yang sanggup melakukan penyesuaian, tidak terbatas pada dua pilihan.

AC yang bekerja terlalu lama dan kelewat dingin akan otomatis berhenti sementara untuk kemudian menyala kembali kalau suhu naik melewati ambang batas yang ditentukan. Atau mesin cuci yang mampu secara adaptif menyelaraskan diri sesuai tingkat kekotoran, jenis tekstil, serta beban dan volume pakaian yang harus dibersihkan. Tampaknya, ”Fuzzy Logic” adalah pendekatan menarik dan penting dalam mengubah pola pikir bukan saja dalam mencari kebenaran kasus, melainkan juga dalam menciptakan produk inovatif yang lebih canggih dan lebih bermutu.

Indra Gunawan M Penulis Buku Kisah-Kisah Kebijaksanaan Zen

taken from Kompas 29 June 2010

102
Pengembangan DhammaCitta / Re: DC blackberry launcher
« on: 29 June 2010, 10:12:30 AM »
Karena Pake Bold yg memory-ny sering krisis kyk PLN, gw udh kaga ngumpulin laucher2 gtu..
Jadi klo misalkan lg pengen buka DC pake bb, langsung k browser aja..

So, sepertinya kaga begitu penting. Lebih baik kita kerjain yg laen aja...Kecuali ada yg kaga gtu sibuk dan memang bisa dan mau bikin...

103
Meditasi / Re: Meditasi menggantikan jam tidur?
« on: 29 June 2010, 10:07:55 AM »
Terkadang, justru meditasi meningkatkan kualitas tidur. Walaupun tidur hanya 3 jam tapi berkualitas, lebih baik daripada tidur 6 jam tidak berkualitas.

104
Kebalikan dari iming2 negatif, rasanya ada juga yg namanya "iming-iming positif". Hal ini bisa kita lihat hampir di semua bidang, baik pekerjaan, marketing, agama, dan paling jelas ialah MLM maupun yg sedang marak sekarang ialah para penjual diri "Motivator".

Karena pernah sedikit pelajari ilmu marketing, ada beberapa tahap (moga-moga masih bener). Secara teori mulai dari Creating needs--> Give dreams --> Give solution / logical persuasion --> Sell !
Yg paling tricky adalah ketika kita bisa memberikan "penjelasan logis" menurut lawan kita. Karena standard "logis" seseorang berbeda-beda berdasarkan pengalaman, kepercayaan dan pengetahuan yang dimiliki. Karena itu proses "selling" itu bermula dari creating needs dan ketika ada respons balik dari lawan bicara kita. Pada saat lawan bicara sudah mulai memberikan respon, kita mulai bisa menggali lebih dalam tipe lawan bicara kita. Ketika kita sudah benar2 memahami dan menguasi ke 4 tahap tersebut, dapat disadari bahwa hal tersebut sangat aplicable dalam semua bidang.

Saran, jika kita menghadapi orang yg terlihat jago "jual". Paling mudah ialah tetap diam dan cuek. Karena jika kita tidak memberikan respon, sang "penjual" akan bingung dan akan menggencarkan berbagai cara untuk menarik perhatian kita untuk memberikan respon. Jika kaga kuat, langsung tinggalkan.
Tapi terkadang apa yg "di jual" oleh org tersebut memang baik, dan kita harus pintar-pintar memisahkan antara FAKTA vs OPINI.
Cth : Bagi beberapa orang dengan beragam pendapatan dan pekerjaan, produk asuransi dapat membantu dalam masalah keuangan jika terkena bencana penyakit. Tapi para penjual pasti akan meyakinkan kita bahwa produk asuransi-nya adalah yg "TERBAIK". Nah, jika menghadapi hal ini, perhatikan setiap kalimat yg diucapkan oleh sang penjual, kritisi dan carilah fakta dari setiap kalimat yg diucapkan. Dan paling utama ialah jangan langsung memutuskan segala sesuatu secara langsung. Dengan dokter aja kita boleh minta second opinion, apalagi dengan hal beginian?

105
Arsitektur Buddhis / Re: Buddha Rupang
« on: 18 June 2010, 01:01:45 AM »
like banget sama yyg atas...

Pages: 1 2 3 4 5 6 [7] 8 9 10 11 12 13 14 ... 122