//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"  (Read 199962 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline khiong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 478
  • Reputasi: 29
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: siapakah guru nya ?
« Reply #405 on: 26 December 2012, 06:10:27 AM »


Bhagava aja ditanyain, apalagi.....
Pemahaman Om Cumi memang tinggi.. :-?

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: siapakah guru nya ?
« Reply #406 on: 26 December 2012, 06:21:45 AM »
Pemahaman Om Cumi memang tinggi.. :-?

kalau pemahaman Khiong tentang KIIK itu gimana ?
seberapa jelas, seberapa bermanfaat, dan mana yg masih belum jelas ?
mana yg mau ditanyakan lagi ?

-------------

sebelum Buddha parinibana, dia bertanya sekali lagi...
adakah ajaran dia yg masih belum mengerti, siapakah yg mau tanya ? (kira2 begitu ya... sorry cuplikan sutta nya gak bisa ditampilkan, nanti malah di cap sutta minded)

Nahhh bertapa baiknya services Buddha Gautama. memperbolehkan org bertanya dikesempatan yg terakhir pula.....

coba renungkan....kwalitas seorang guru yg begitu perhatian terhadap murid2nya...
« Last Edit: 26 December 2012, 06:23:33 AM by cumi polos »
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #407 on: 26 December 2012, 06:22:53 AM »
mungkin buda hidup juga ini salah satu panutan anda ! :))
atau mungkin juga pertemanan bisa ngopi bareng ama buda :))

sebenarnya orang tertawa, kalau memang ada badut yang lucu sedang beraksi. =))

beberkan saja pencapaian spiritual anda, tidak usah pakai alasan akan terjadi karma buruk bagi yang bertanya atau mentertawakan anda.
mosok tertawa melihat badut beraksi, bisa terjadi kamma yang tidak baik ^-^

Prihatin melihat orang yang sepertinya Buddhist tapi berkelakuan seperti tidak bernorma dan beretika.  :(

Jawaban versi serius:
1. Jangan memaksa jika orang lain tidak bersedia menjawab.
2. Kalau Anda sudah memiliki asumsi dan prasangka, untuk apa bertanya lagi.
3. Anda bebas melabeli siapa saja, termasuk mungkin tokoh yang tidak sepemahaman dengan Anda (bisa dari agama lain, bisa dari sekte lain). Tapi satu hal (jika Anda Buddhist): Sopanlah dalam berperilaku (termasuk menulis dan mengucap). Karma tetap berbuah sekalipun Anda hanya menghujat via forum dunia maya.
4. Bagi orang lain (yang setipe dengan cara pandang Anda di atas), mohon maaf Buddha Gautama yang Anda agungkan itu juga Badut, orang yang membuat ajaran berdasarkan pemikiran dan pertapaan (bukan dari firman/sabda Tuhan yang Maha Tahu/Kuasa/Esa). Jika Anda siap menerima penghinaan demikian, teruslah berperilaku seperti sekarang. Dari awal saya katakan fanatik Anda tidak terima, tapi kelakuan menunjukkan hal senada (mengagungkan sutta dan pandangan tertentu, menghina/menghujat yang tidak sepandangan).

Lucu, tapi miris.  :(

Jawaban versi ringan:

Memang badut kok, saya senang bisa membuat Anda tertawa...  :))

Bim salabim jadi apa prok prok prok... :))

Semoga bahagia ya...  :-[

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #408 on: 26 December 2012, 06:46:13 AM »
Quote
4. Bagi orang lain (yang setipe dengan cara pandang Anda di atas), mohon maaf Buddha Gautama yang Anda agungkan itu juga Badut, orang yang membuat ajaran berdasarkan pemikiran dan pertapaan (bukan dari firman/sabda Tuhan yang Maha Tahu/Kuasa/Esa)

kenapa status Buddha Gautama bisa ada kaitannya dgn bro Adi Lim ? koq bisa sangkut sampai kesono... ini namanya jurus kait mengkait... ;D siapakah yg berpandangan begitu ? mohon klarifikasi....

Quote
Tapi satu hal (jika Anda Buddhist): Sopanlah dalam berperilaku
thx telah mengingatkan member2 disini... point ini cumi setuju dgn master sunya
« Last Edit: 26 December 2012, 06:50:17 AM by cumi polos »
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #409 on: 26 December 2012, 06:52:28 AM »
1 adakah larangan bila seseorang membeberkan tingkat kesuciannya ? orang awam kan tidak terikat pada winaya, apakah begitu ?

2 bila org tsb telah melakukan pembeberan tingkat kesuciannya, tahap berikut adalah dibawah ke bhikku senior utk di interview.... bersediakah dia (kan begitu tohh) ?

3 apakah pencapaian org tsb dpt DIRAYAKAN ? nahhh.... (udah tentu bukan dgn bir hitam dehh)



Quote
1. Jangan memaksa jika orang lain tidak bersedia menjawab.
apakah org tsb mengrahasiakan sesuatu ?
« Last Edit: 26 December 2012, 06:54:58 AM by cumi polos »
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #410 on: 26 December 2012, 08:29:14 AM »
Tambahan untuk jawaban versi serius:

5. Inkonsistensi antara ucapan/tulisan dan niat.
Di halaman sekian pertanyaan tentang bhikkhu dan arahat telah ditanyakan, dan saya memilih tidak menjawab (dan disebut itu adalah hak saya). Tapi kenapa sampai sejauh ini masih terus dikeluhkan dan ditanyakan berulang-ulang?

boleh sekali anda tidak menjawab, itu hak anda    :)

_/\_

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #411 on: 26 December 2012, 08:34:12 AM »
Tambahan untuk jawaban versi serius:

5. Inkonsistensi antara ucapan/tulisan dan niat.
Di halaman sekian pertanyaan tentang bhikkhu dan arahat telah ditanyakan, dan saya memilih tidak menjawab (dan disebut itu adalah hak saya). Tapi kenapa sampai sejauh ini masih terus dikeluhkan dan ditanyakan berulang-ulang?

_/\_

bukan saja jadi guru harus sabar, tapi yg jadi murid juga harus lebih sabar bertanya lagi...
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #412 on: 26 December 2012, 08:51:04 AM »
kalau sama kenapa tdk dpt diaplikasikan ?

Menurut saya, anicca, dukkha, dan anatta, adalah sesuatu yang ditembus. Bukan diaplikasikan, bukan dipraktikkan.

Nah, apa yang dipraktikkan? yaitu Sila dan Samadhi.

Oke, pertanyaan bagus.

Anatta lebih mengacu pada individu (makhluk), sedangkan sunyata lebih pada setiap fenomena yang ada (tanpa kecuali).

Sunyata dan anatta, pada dasarnya adalah pemahaman (sudut pandang dalam melihat sesuatu). Jadi dengan memahami sunyata dan anatta, harapannya tentu kita bisa menjalani hidup dengan lebih rileks, damai, dan juga bisa meraih apapun yang kita cita-citakan.

Pemahaman yang hanya berdasarkan teori tentang Anatta, menurut saya hanyalah salah satu objek pikiran yang sengaja kamu munculkan untuk menjadi rileks/damai.

Mungkin saja, kamu sengaja memikirkan Anatta agar bebas dari perasaan-tidak-menyenangkan yang sedang dirasakan. Kamu sedang melarikan diri. Sebetulnya km belum menembus/memahami Anatta. Who knows? tapi apakah benar kamu sedang melarikan diri atau tidak, silakan nilai sendiri.

Quote
Aplikasi nyatanya kira-kira begini:
Dengan tahu bahwa setiap makhluk itu anatta, maka kita tidak menyalahkan pihak luar terus-terusan, dan mulai memperbaiki segala sesuatu dari diri kita sendiri.
Dengan tahu bahwa setiap kejadian/peristiwa/hal apapun adalah sunya dari sifat hakiki (dengan kata lain; diakibatkan oleh saya sendiri), maka saya tidak menyesali/menyayangkan/meratapi apapun yang menimpa saya, karena kunci perbaikan nasib ada di diri saya sendiri.

lho.. kok jadi perbaikan nasib bro? kita lagi bahas tentang pemahaman Sunyata, atau tentang karma?

Karena memang, katanya kita adalah pewaris karma kita sendiri, dan penerimaan akan konsep itu, cukup untuk membuat kita bertanggung jawab atas apa yang kita pikirkan/ucapkan/lakukan. Dan ini tidak ada hubungannya dengan Sunyata...

Quote
Lalu, yang penting lagi, karena diri kita ini sejatinya sunya (kosong dari sifat hakiki), maka sebenarnya potensi kita adalah limitless (Tak Terbatas). Dan karena itulah Kebuddhaan maupun potensi luar biasa lainnya bisa kita capai/wujudkan.

Contoh dari aplikasi sunyata ini, tersirat dalam salah satu konsep motivasi abad 21, yaitu Law of Attraction, yang intinya kira-kira: "Kita bisa mewujudkan apa yang kita inginkan, dengan kekuatan pikiran."

Dalam Buddha Dharma, hal demikian harus ditambah lagi: "Dengan benih (seeds) yang pas/tepat."

Jadi, agama Buddha dalam hal ini menekankan pada posibilitas dan optimisme, bukan pasrah pada hukum karma seperti yang diterjemahkan (dipahami) kebanyakan orang (Buddhist maupun Non-Buddhist).

Oke, semoga bisa dimengerti. Salam damai dan optimisme.  _/\_

yang ini no comment...

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #413 on: 26 December 2012, 09:10:35 AM »
Quote
sunya :
Sunyata dan anatta, pada dasarnya adalah pemahaman (sudut pandang dalam melihat sesuatu). Jadi dengan memahami sunyata dan anatta, harapannya tentu kita bisa menjalani hidup dengan lebih rileks, damai, dan juga bisa meraih apapun yang kita cita-citakan.

1. setelah kesekian halaman dan pembahasan... master membawa ANATTA.? kenapa gak sejak awal ?
2. apakah sunyata dpt dijelaskan tanpa membawa anatta ?
3. Bagaimana dgn pemahaman SUNYATA, kita dpt meraih cita2 dan kehidupan yg lebih baik ?
    mohon ilustrasikan dan rincikan satu persatu...

thx bro dhammadinna, telah banyak membantu dlm pengajaran sunyata ini...
cumi sangat tertarik dgn pertanyaan no.3 semoga master belut cepat bisa kasih solusi....

merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #414 on: 26 December 2012, 09:20:47 AM »
Menurut saya, anicca, dukkha, dan anatta, adalah sesuatu yang ditembus. Bukan diaplikasikan, bukan dipraktikkan.

Nah, apa yang dipraktikkan? yaitu Sila dan Samadhi.

Pemahaman yang hanya berdasarkan teori tentang Anatta, menurut saya hanyalah salah satu objek pikiran yang sengaja kamu munculkan untuk menjadi rileks/damai.

Mungkin saja, kamu sengaja memikirkan Anatta agar bebas dari perasaan-tidak-menyenangkan yang sedang dirasakan. Kamu sedang melarikan diri. Sebetulnya km belum menembus/memahami Anatta. Who knows? tapi apakah benar kamu sedang melarikan diri atau tidak, silakan nilai sendiri.

lho.. kok jadi perbaikan nasib bro? kita lagi bahas tentang pemahaman Sunyata, atau tentang karma?

Karena memang, katanya kita adalah pewaris karma kita sendiri, dan penerimaan akan konsep itu, cukup untuk membuat kita bertanggung jawab atas apa yang kita pikirkan/ucapkan/lakukan. Dan ini tidak ada hubungannya dengan Sunyata...

yang ini no comment...

Menurut saya bahkan tidak ada yang ditembus. Bahkan segala yang Anda anggap teori di atas, setelah direalisasikan/dipraktekkan, pada akhirnya kita sadar bahwa kita hanya memperbaiki apa yang kita awali/lakukan.

Tentang pandangan Anda mengenai tulisan saya tentang anatta, itu adalah pandangan saya tentang fungsi dan aplikasi anatta dalam keseharian. Tentang praduga Anda, tentu Anda yang berkompeten atas persepsi tersebut (sama sekali tidak ada hubungannya dengan saya).

Perbaikan nasib? Mungkin Anda bisa menjelaskan tujuan Anda belajar dharma untuk apa? Untuk kehidupan yang lebih baik 'kan?

Karma tidak ada hubungan dengan sunyata? Justru karma sangat berhubungan dengan sunyata. Sebab-akibat esensinya kosong. Segala sesuatu yang berkaitan dan bersifat aksi-reaksi, tidak memiliki inti yang hakiki (sunyata). Bantah saya bila secara definitif maupun substantif karma dan sunyata tidak berhubungan.

Salam dharma. Terima kasih.  _/\_

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #415 on: 26 December 2012, 09:33:07 AM »
Quote
sunya :
Karma tidak ada hubungan dengan sunyata? Justru karma sangat berhubungan dengan sunyata. Sebab-akibat esensinya kosong. Segala sesuatu yang berkaitan dan bersifat aksi-reaksi, tidak memiliki inti yang hakiki (sunyata). Bantah saya bila secara definitif maupun substantif karma dan sunyata tidak berhubungan.

sptnya master sunya mulai tancap gas... nih begitu tohhh...
  tapi gimana mengaplikasikan sunyata dlm keseharian ?....
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #416 on: 26 December 2012, 11:17:45 AM »
Menurut saya bahkan tidak ada yang ditembus. Bahkan segala yang Anda anggap teori di atas, setelah direalisasikan/dipraktekkan, pada akhirnya kita sadar bahwa kita hanya memperbaiki apa yang kita awali/lakukan.Tentang pandangan Anda mengenai tulisan saya tentang anatta, itu adalah pandangan saya tentang fungsi dan aplikasi anatta dalam keseharian. Tentang praduga Anda, tentu Anda yang berkompeten atas persepsi tersebut (sama sekali tidak ada hubungannya dengan saya).

Kalo dari yang saya tangkap, anda masih berpikir bahwa Anatta itu dipraktikkan. Saya tidak setuju itu.

Kita makan maka kita kenyang.
Kita mempraktikkan Sila dan Samadhi, maka kita memahami Tilakkhana (Anicca, Dukkha, Anatta).

Proses makan tidak sama dengan kenyang
Praktik Sila dan Samadhi tidak sama dengan memahami Tilakkhana.

Makan adalah sesuatu yang dilakukan. Kenyang adalah hasilnya.
Sila dan Samadhi adalah sesuatu yang dipraktikkan. Memahami Tilakkhana adalah hasilnya.


Perbaikan nasib? Mungkin Anda bisa menjelaskan tujuan Anda belajar dharma untuk apa? Untuk kehidupan yang lebih baik 'kan?

Karma tidak ada hubungan dengan sunyata? Justru karma sangat berhubungan dengan sunyata. Sebab-akibat esensinya kosong. Segala sesuatu yang berkaitan dan bersifat aksi-reaksi, tidak memiliki inti yang hakiki (sunyata). Bantah saya bila secara definitif maupun substantif karma dan sunyata tidak berhubungan.

Salam dharma. Terima kasih.  _/\_

Itu menjelaskan tentang hakikat karma berdasarkan konsep Sunyata. Tapi di postingan sebelumnya, bukan itu yang dibahas. Ini saya copas postingan anda sebelumnya:

Quote
Dengan tahu bahwa setiap makhluk itu anatta, maka kita tidak menyalahkan pihak luar terus-terusan, dan mulai memperbaiki segala sesuatu dari diri kita sendiri.
Dengan tahu bahwa setiap kejadian/peristiwa/hal apapun adalah sunya dari sifat hakiki (dengan kata lain; diakibatkan oleh saya sendiri), maka saya tidak menyesali/menyayangkan/meratapi apapun yang menimpa saya, karena kunci perbaikan nasib ada di diri saya sendiri.

saya kurang paham...

kalo dari postingan tersebut, menurut anda:

Setelah tau setiap makhluk anatta,
kita tidak menyalahkan pihak luar terus-terusan (kita memperbaiki diri).


bukankah lebih tepat kalau seperti ini:

Setelah tau bahwa setiap makhluk mewarisi karmanya sendiri,
kita tidak menyalahkan pihak luar terus-terusan (kita memperbaiki diri).
« Last Edit: 26 December 2012, 11:23:26 AM by dhammadinna »

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #417 on: 26 December 2012, 12:24:42 PM »
Kalo dari yang saya tangkap, anda masih berpikir bahwa Anatta itu dipraktikkan. Saya tidak setuju itu.

Kita makan maka kita kenyang.
Kita mempraktikkan Sila dan Samadhi, maka kita memahami Tilakkhana (Anicca, Dukkha, Anatta).

Proses makan tidak sama dengan kenyang
Praktik Sila dan Samadhi tidak sama dengan memahami Tilakkhana.

Makan adalah sesuatu yang dilakukan. Kenyang adalah hasilnya.
Sila dan Samadhi adalah sesuatu yang dipraktikkan. Memahami Tilakkhana adalah hasilnya.


Itu menjelaskan tentang hakikat karma berdasarkan konsep Sunyata. Tapi di postingan sebelumnya, bukan itu yang dibahas. Ini saya copas postingan anda sebelumnya:

saya kurang paham...

kalo dari postingan tersebut, menurut anda:

Setelah tau setiap makhluk anatta,
kita tidak menyalahkan pihak luar terus-terusan (kita memperbaiki diri).


bukankah lebih tepat kalau seperti ini:

Setelah tau bahwa setiap makhluk mewarisi karmanya sendiri,
kita tidak menyalahkan pihak luar terus-terusan (kita memperbaiki diri).


Saya kira sudah saya sebutkan di thread ini juga, bahwa anatta itu satu dari 3 corak umum (Tilakkhana) seperti Anda paparkan lagi di atas. Dan tentunya, karena corak umum itu lebih pada sifat, bukan perbuatan maka pastinya langkah awalnya adalah dipahami dulu, baru diaplikasikan/diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin kalau anicca Anda lebih mudah mengerti; misalnya awalnya dipahami dulu (bahwa semua tidak kekal), lalu aplikasinya adalah kita bisa merelakan perpisahan (misalnya kematian) dan tidak terlalu larut dalam kesedihan.

Dalam pembahasan ini, saya selaku pembuat topik berharap bahwa kita membahas substansi, bukan akademis atau berkutat di definisi konvensional. Jika kita setuju dharma adalah sesuatu yang tidak bisa diwakili sepenuhnya oleh bahasa (kata-kata), maka diharapkan (sudah saya tulis di postingan awal) kita dengan modal prajna (panna) yang didapat dari mempraktekkan sila dan samadhi (ini saya anggap sudah kewajiban seorang pengikut ajaran Buddha) dapat memahami dalam kadar tertentu apa yang sedang dimaksud dalam sebuah kalimat - bahasa umumnya: Konteks (context).

Dalam memahami dharma, salah satu modal adalah kecerdasan intelektual (khususnya linguistik/berbahasa dalam hal ini) dan juga nalar (akal sehat) yang kuat/sehat. Kecerdasan berbahasa dimaksudkan untuk memahami minimal makna kata dan juga tanda baca (sering tanda baca disalahartikan, termasuk di thread ini). Kecerdasan nalar diperlukan dalam mencerna makna dari sebuah kalimat (baik makna langsung/denotasi maupun makna tak langsung / konotasi). Intinya memahami konteks sebuah kalimat. Misalnya saya bilang, "Uang saya dimakan penipu ulung itu." Tentunya bukan uangnya yang benar-benar dimakan, tapi ditipu.

Maka saran saya, dalam diskusi dharma hindari perdebatan akademis dan kata-kata, karena yang terpenting Makna yang disampaikan. Ingat 4 sandaran yang diajarkan dalam Buddhisme:
1. Bersandar pada dharma, jangan bersandar pada individu.
2. Bersandar pada kebijaksanaan, jangan bersandar pada kesadaran konvensional.
3. Bersandar pada makna, jangan bersandar pada kata-kata.
4. Bersandar pada makna yang hakiki, jangan bersandar pada makna yang tidak hakiki.

Semoga demikian bisa mengefisienkan jalannya diskusi ini. :)

Tentang implikasi konsep karma maupun konsep sunyata dalam usaha memperbaiki diri, saya berikan pandangan saya (tidak mutlak benar, silakan dikoreksi).

Ketika kita berpandangan bahwa ada "saya" yang mewarisi karma, maka disana masih ada "Saya/aku/I/atta" yang menerima dan meneruskan karma.

Beda dengan ketika kita tahu bahwa semua makhluk itu sunya (dipersepsikan sesuai karma saya yang berbuah), dan setiap makhluk itu anatta (tidak memiliki inti kekal), maka termasuk diri kita pun hanya berupa serangkaian proses 'mengalami' dimana proses itu mencakup keberadaan itu sendiri (para makhluk, lingkungan, diri kita sendiri yang terus berubah/anicca).

Ada sedikit perbedaan antara Mahayana dengan Hinayana, dalam konsep melihat "SAYA". Dalam Hinayana ada yang mencapai suatu kesucian (misalnya arahat), sedangkan dalam Mahayana, kesucian itu sendiri pun pengalaman (bukan sesuatu yang hakiki). Ini juga sebab mengapa saya jarang mau mengakui taraf pencapaian (atau kesucian), karena kesucian (bahkan setaraf Samma-Sambuddha) pun adalah sunya (kosong dari sifat hakiki).

Pernah saya tulis di halaman sekian:
Tidak ada yang mencapai, tiada apapun yang dicapai, tiada yang dibebaskan (apalagi yang membebaskan).

Oke, maaf jika agak dalam. Silakan diskusikan dan tanyakan mana yang kurang jelas dan/atau mau diperdalam.

Salam dharma. Selamat belajar dan bertukar pikiran.  _/\_

Offline Hadisantoso

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 310
  • Reputasi: 9
  • Gender: Male
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #418 on: 26 December 2012, 12:36:17 PM »
---------------

menurut bro hadi, apa manfaat menulis judul KIIK ?

makna dari KIIK adalah-----jangan fanatik.

Offline Hadisantoso

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 310
  • Reputasi: 9
  • Gender: Male
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #419 on: 26 December 2012, 12:42:13 PM »
bro Cumi polos---mereka pengetahuannya banyak itu dibandingkan dgn siapa ? apakah bhiku, bante di Indonesia gak ada yg berpengetahuan spt mereka ? karna semua itu kan biasanya ada tolak ukur...

dibandingkan dengan orang lain yang pernah saya hadapiatau komunikasi langsung.
memang ini bisa dikatakan bahwa saya kurang wawasan,------yang demikian aja sudah dianggap berpengetahuan banyak. ---kurang pergaulan.---mungkin iya,tapi setidaknya saya jujur.

 

anything