jika dilihat dari pernyataan anda, berarti tuhan penguasa agama tetangga dan karma adalah sama, begitukah !
atau memang anda juga percaya adanya tuhan yang menentukan walaupun anda mengakui buddhis, begitukah !
jika benar, boleh dibabarkan lebih detail, demi manfaat umat forum DC bisa menambah pengetahuan dengan penjelasan yang lebih lengkap.
Maaf teman, saya kurang begitu paham maksud kalimat diatas, "Tuhan adalah penguasa tetangga dan karma adalah sama...?" kalo bisa tolong minta penjelasannya, dan agar bisa saya jelaskan dgn tepat. terimah kasih.
Yg saya maksud "sama" di sini, karena Tuhan yg disebutnya, masih belum ada kalimat yg bisa dijelaskan. Sedangkan karma, org lebih jelas, sedangkan Tuhan yg dimaksudnya mencakup semuanya, termasuk karma.
Kalo tentang percaya atau tidak adanya Tuhan yg menentukan segala sesuatu, ini saya coba memberi penjelasannya.
"Tuhan menentukan sesuatu, atau segalanya"......Sebelum kita vonis atau ambil kesimpulan bahwa apa yg dianggap, atau dipercayai oleh org yg mengatakan kalimat itu, pertama, kita harus mengerti atau mencari tahu yg dimaksud Tuhan dari org yg menyampaikan itu seperti apa pemahamannya.
1). Jika telah diketahui bahwa, dia membayangkan ada sesosok "Maha Dewa atau Super Dewa" sebagai Tuhan, (walapun katanya tidak bisa dibayangkan wujud dari Tuhan itu sendiri), maka dia penganut yg kalau tidak salah di agama Buddha disebut "Atman", dan tentu ini sudah tidak sesuai dgn ajaran agama Buddha sepemahaman saya. Dan berarti "Tuhan" yg dimaksud oleh org tersebut, kalau di agama Buddha Tuhan-nya disebut seorang Maha Dewa. Mungkin saja Maha Brahma, atau Dewa lainnya", yg memiliki super power.
2). Tapi jika Tuhan yg dimaksud olehnya adalah seperti mendekati "Tao" yang terdapat di ajaran taoisme, atau mendekati hukum alam, hukum karma, dharma dan sebagai, dimana sebenarnya kata-kata itu tidak ada satupun yang dapat menjelaskan dgn tepat seperti apa kondisi Tuhan itu, dan oleh karena itu ada yg mengatakan Tuhan tidak dapat diungkapkan. Ini seperti Nirbana, yg juga susah diungkapkan, atau tentang Kekosongan di ajaran agama Buddha. Dan jika bayangan tentang Tuhan adalah seperti ini, maka boleh dikatakan sesuai dgn ajaran agama Buddha.
Saya sendiri adalah penganut yg nomor 2 diatas.
Sebuah pernyataan yg mengatakan, jika anda berbuat jahat, anda akan dihukum, dan jika berbuat baik mendapat pahalal. Kalimat ini sebenarnya sangat panjang kalau mau dibahas. Anda dihukum oleh siapa? anda dapat pahalal dari siapa? Kalau bilang hukuman dan pahalal dari Tuhan, Tuhan yg dimaksud Tuhan definisi nomor 1 atau nomor 2 di atas ? Kalau penganutnya adalah penganut nomor 1, maka panganut nomor 2 akan berpikir, "Oh, maksud anda itu dihukum oleh Mahdewa, karena Maha Dewa tidak senang melihat perbuatan anda, dan mau menghukum anda, selama itu tidak melanggar hukum karma, dan juga demi kebajikan. Bagi penganut nomor 2, saya dihukum, karena perbuatan/karma saya sendiri, bukan oleh Maha Dewa. Berarti bagi penganut nomor 1, proses dihukumnya hanya satu, yaitu dihukum oleh Maha Dewa yg disebutnya sebagai Tuhan. Bagi penganut nomor 2, dihukum itu bisa oleh 2 kemungkinan. Kemungkinan pertama pasti terjadi, yaitu oleh karma. Kemungkinan kedua oleh Maha Dewa, yg bisa terjadi bisa tidak. Maha Dewa mau menghukum dan memberi pahalal, itu juga tidak aneh. Seperti kita yg berada di alam ini juga, kalo berbuat jahat ditangkap oleh polisi, berjasa diberi penghargaan, demi kebenaran, keadilan dsbnya.
Demikian juga tentang doa, doa dikabulin karena bantuan Dewa atau karena efek berdoa itu sendiri menimbulkan energi dan keyakinan untuk berjuang, sehingga berhasil. dan masih banyak lagi hal yg sebenarnya panjang sekali kalo dibahas.
Dulu, setelah saya membaca kitab yg ada di agama lain, bayangan dan penanggapan saya juga seperti org pada umumnya, yg menganggap Tuhan yg dimsaksud adalah sesosok Super Dewa, Tidak ada yg lebih super lagi.
Setelah bertahun-tahun belakang ini, saya merenungkan kembali. Maksud dari kitab itu sendiri, belum tentu seperti apa yg kita bayangkan.
Contoh : "Tuhan adalah Maha Kuasa, Maha Tahu", atau "Kamu akan dihukum oleh Tuhan kalau berdosa."
Di sini, maksudnya mungkin tidak seperti apa yg kita bayangkan sebelumnya.
Hanya penanggapan dari kita sendiri terhadap kalimat itu yang membuat kita cenderung berpikir seperti itu.
Kalau coba diganti kalimat di atas menjadi, "Tao/Karma/Dharma Maha kuasa, maha tau" Kamu akan dihukum oleh
Tao/karma/Dharma/Hukum Alam itu sendiri, kalau kamu berdosa."
Dan saya tetap menghormati umat-umat yg beragama lain.
Dan sepengalaman saya, tidak menjamin bahwa penganut nomor 1 akan lebih baik dari pada penganut nomor 2, atau sebaliknya. Contoh, Seseorang, kalau dia penganut nomor satu, kadang sudah jelas dia dihukum karena perbuatan sendiri, masih mengatakan karena takdir atau lainnya, itu namanya tidak memiliki pandangan yg benar atau tidak bijaksana. Seseorang, penganut nomor 2, karena menganggap semuanya lebih diutamakan pada karma/perbuatan sendiri, dan tidak ada pihak ketiga yg menghukum, sehingga kadang bisa timbul pikiran, setelah melakukan perbuatan ini, nanti siapa tahu saya bakal terhindar dari karmanya. Sehingga org seperti ini walaupun merasa dirinya sangat "bebas", tetapi gara-gara kebebasan itu membuat dirinya gampang berbuat salah, atau meremehkan kesalahan yg kecil. Ini sebenarnya juga sebuah pikiran yang tidak bijaksana. Oleh karena itu, bagi penganut nomor 2, berhati-hatilah, jangan karena kebebasan membuat kita menjadi longgar, tapi rasa kebebasan yang disertai dengan tetap adanya kebijaksanaan... ini sepengalaman saya, benar atau tidak, mohon masukan dari teman-teman. terimah kasih.