numpang copas ah
Beberapa waktu lalu saya mendapat forward email dari sebuah milis.
Berkisah tentang seorang sahabat (Norman Firman, MM., MBA., CBA) yang sedang mengendarai mobil di jalan tol Jakarta-Bandung. Di tengah kebosanan karena pemandangan sekeliling yang itu-itu saja, tiba-tiba ada sebuah mobil hitam yang melaju dan menyalip mobil-mobil lain yang berjalan lebih lambat, dengan cara mengemudi yang cukup mengasyikkan.
Tertarik dengan caranya mengemudi, sang sahabatpun membuntuti dari belakang, sampai suatu ketika jalan tol cukup sepi dan mobil hitam itu menambah kecepatannya, sang Sahabat yang terus membuntuti sedikit kaget dengan kecepatan mobilnya yang mencapai 160 km/jam. “Duh, biasanya aku tidak pernah berani lebih dari 140 km/jam” begitu pikirnya.
Karena harus berhenti di suatu tempat, sang sahabat pun kehilangan “mobil hitamnya”. Dan batas kecepatan 160 km/jam tidak lagi bisa diraihnya sendirian, Kalaupun bisa, paling-paling hanya beberapa detik saja. Hingga satu ketika ada mobil hitam lain yang melaju dengan kecepatan yang sama dan lagi-lagi dia buntuti, dan batas kecepatan itu kembali diraihnya, lalu dipertahankan terus hingga dia mampu melaju sendirian dengan kecepatan tersebut, tanpa pendamping lagi.
Sang sahabat pun meng-analogikan pengalamannya itu dalam kehidupan kita sehari-hari.
Mungkin kita sudah merasa melaju kencang selama ini, tapi sadarkah, jika suatu ketika kita menemukan seseorang yang mau membimbing, ternyata kita bisa mendobrak batas kecepatan tertinggi kita dan melaju lebih kencang?
Temukan orang itu, Kenali bagaimana dia menjalankan kehidupannya, seperti apa keyakinan dan nilai-nilai yang dia pegang. Pelajari bagaimana dia menjadwalkan prioritas-prioritasnya, dan ikuti kecepatannya dalam meraih kesuksesan.
Buntuti dia terus menerus hingga pada akhirnya kita bisa melaju dengan kecepatan tinggi tanpa bimbingan.
Tapi tunggu dulu! Apakah semua orang sukses bisa jadi mobil hitam bagi kita? Barangkali tidak! Kemiripan karakter seringkali menjadi faktor pendukung apakah kita merasa nyaman membuntuti sang “mobil hitam”. Jadi, segeralah amati sekeliling anda, dan temukan mobil hitam itu sebelum kita terlambat menyadarinya.
Pertemuan dan perbincangan dengan Safir Senduk beberapa waktu lalu telah menyadarkan saya tentang pentingnya menghargai waktu dan menetapkan prioritas. Gaya bahasanya yang santai dan bersahabat membuat saya berpikir, dialah mobil hitam yang selama ini saya cari. Ajaibnya, tiba-tiba saya tersadar bahwa selama ini saya berteman dengan Ippho Santosa, marketer berbakat sekaligus penulis buku dan kolumnis di berbagai media cetak yang gaya bahasanya cukup saya sukai. Hmmm... bayangkan! Dua orang penulis buku best seller itu adalah para sahabat, dan merekalah "mobil hitam" saya sekarang!
Sebagai seorang ibu, terkadang saya berpikir, Jika sedini mungkin anak-anak saya menemukan “mobil hitam” nya, mereka tidak perlu menunggu menjadi “setua saya” untuk meraih sukses. Dan bisa jadi orang yang paling tepat menjadi mobil hitam bagi anak-anak saya adalah diri saya sendiri.
Benarkah? Bisakah Kita menjadi mobil hitam bagi mereka?
Jawabnya: HARUS BISA! Caranya?
Segera temukan mobil hitam Anda!
Buntuti dia hingga Anda berhasil menembus dan mempertahankan kecepatan maksimum Anda
Dan akhirnya JADILAH MOBIL HITAM BAGI ANAK-ANAK ANDA!
Topic: Mencari Mobil Hitam utk diri kita (Read 1426 times)