^ Menarik,Bisa di jelaskan lebih rinci bro?
mungkin dijelaskan dengan pengalaman saja yah....
saya termasuk orang yang kurang beruntung, karena belum dapat berlatih meditasi di vihara dalam bimbingan para bikhu. saya hanya berlatih meditasi dari petunjuk2 meditasi yang saya unduh dari samaggi-phala.or.id
setahap demi setahap saya praktikan meditasi samatha-vipassana dari artikel-artikel meditasi tersebut, sampai akhirnya sampai pada kondisi Jhana. tapi saya tidak yakin apakah itu jhana atau tidak. dengan berdiskusi dan membaca-baca artikel di forum ini, saya bisa yakin kalau itu kondisi jhana. pada waktu itu batin saya terus berkembang. bahkan ketika saya duduk sejenak dari bekerja, lalu memusatkan konsentrasi, seketika itu juga jhana tercapai. suatu keadaan hening, tanpa pemikiran sama sekali, di dahului dengan munculnya nimita.
di lain waktu, dengan metoda yang persis sama, saya kesulitan mencapai jhana tersebut. bahkan berminggu-minggu saya bermeditasi, berusaha keras untuk mencapai jhana, tapi saya gagal. saya memeriksa ulang, barangkali ada prosedur yang salah dari petunjuk meditasi yang saya unduh tersebut. tapi tidak, semua sudah saya laksanakan.
saya terus menyelidiki, apa sebab kegagalan meditasi saya. akhirnya saya menemukan dan menyimpulkan bahwa meditasi kita itu sangat dipengaruhi oleh apa yang kita lakukan dalam hidup sehari-hari. semakin banyak kita berbuat baik, semakin mudah meditasi mengembangkan konsentrasi hingga mencapai jhana. jika kita kurang berbuat baik, secanggih apapun metoda meditasinya, kita akan gagal. itu yang saya alami. oleh karena itu, sekarang, bila saya merasa sulit untuk mengembangkan konsentrasi, saya tidak memaksakan diri untuk bermeditasi. saya pergi jalan-jalan dulu ke luar, bila menemukan pengemis, saya memberinya uang dan berkata dalam hati "semoga perbuatan baik ini dapat membantu saya dalam meditasi".
pengaruh dari perbuatan baik -yang kita lakukan- terhadap batin akan dapat dirasakan secara langsung. saya dapat memperkirakan "apakah kini stimulus mental sudah mencukupi atau belum". jika terasa belum mencukupi, maka saya mencoba melakuan kebaikan lainnya. misalnya membantu pekerjaan istri di dapur, mengobati orang yang sedang sakit, menyenangkan hati orang tua, menyampaikan dhamma, dll. akhirnya, "stimulus mental" terasa menjadi kuat. dan pada waktu itu, saya cukup kuat untuk mencapai jhana, minimalnya jhana pertama.