//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu  (Read 112567 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #225 on: 03 August 2007, 12:58:46 AM »
tolong juga jelaskan bagaimana hukm karma hugh hefner, yang hobi memfoto bugil wanita2 cantik, koq bisa kaya raya? karma baik apa yang dibuat hugh hefner?
pernah denger Kamma masa lalu? kalo gk pernah yah uwes..kalo pernah...!! "jangan nanya kalo dah tao!!"

jawaban singkat, padat dan tepat, memang seharusnya begitu untuk orang lulusan SLB... jd ya kudu ngikut pola pikirnya... jempol dah buat el sol * duh ga ada icon jempol sih  ^-^ *
jade malu deh dipuji githu...  ;D :))

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #226 on: 03 August 2007, 11:56:03 AM »
kayaknya mr dhanu dan elsol dulu bertemen sekelas di slb ya?
tolong juga jelaskan bagaimana hukm karma hugh hefner, yang hobi memfoto bugil wanita2 cantik, koq bisa kaya raya? karma baik apa yang dibuat hugh hefner?
pernah denger Kamma masa lalu? kalo gk pernah yah uwes..kalo pernah...!! "jangan nanya kalo dah tao!!"

jawaban singkat, padat dan tepat, memang seharusnya begitu untuk orang lulusan SLB... jd ya kudu ngikut pola pikirnya... jempol dah buat el sol * duh ga ada icon jempol sih  ^-^ *

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #227 on: 03 August 2007, 11:57:26 AM »
iya aku pernah denger, toh itu semua itu bersifat takhayul yang gak bisa dibuktikan??  >:D >:D >:D >:D

tolong juga jelaskan bagaimana hukm karma hugh hefner, yang hobi memfoto bugil wanita2 cantik, koq bisa kaya raya? karma baik apa yang dibuat hugh hefner?
pernah denger Kamma masa lalu? kalo gk pernah yah uwes..kalo pernah...!! "jangan nanya kalo dah tao!!"
« Last Edit: 03 August 2007, 12:00:41 PM by Dharmakara »

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #228 on: 03 August 2007, 12:00:00 PM »
iya sebab nibbana, hukum karma, 31 alam kehidupan juga tidak bisa dibuktikan dan tidak logis, serta bersifat takhayul...
nah terus orang takhayul koq mau mengejek orang takhayul membaca mantra?  ini sih takhayul teriak takhayul...

kenapa orang yg tidak menyetujui baca mantra itu berpikiran sempit? kasi gw alasanne..



Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #229 on: 03 August 2007, 12:43:12 PM »
kayaknya mr dhanu dan elsol dulu bertemen sekelas di slb ya?


heheh... biasalah saya maklum koq dengan pernyataan penolakan kemudian di balas/dilimpahkan ke orang lain...  ^-^ ya sing waras ngalah ae, ora popo... sak no to ya... pancarkan kasih, kasih  =))


Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #230 on: 03 August 2007, 12:46:06 PM »
iya sebab nibbana, hukum karma, 31 alam kehidupan juga tidak bisa dibuktikan dan tidak logis, serta bersifat takhayul...
nah terus orang takhayul koq mau mengejek orang takhayul membaca mantra?  ini sih takhayul teriak takhayul...


NB: saya tidak ikut campur dalam masalah tahayul didalam pembacaan mantra, tapi saya ingin menangapi pernyataan Dharmakara.

bung bisa bedakan antara tidak dan belum ? jika anda berani menyatakan tidak, berarti emang tidak ada/kosong/palsu/hampa mengenai Nibbana, Hukum Kamma dan 31 alam kehidupan ? betul ? cukup jawab "ya" atau "tidak" ga perlu uraian lebih lanjut deh, dari situ udah memberikan jawaban atas pemikiran loe dan siapa loe...

salam

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #231 on: 03 August 2007, 12:55:36 PM »
"Ia menghina saya, ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampas milik saya". Selama seseorang masih menyimpan pikiran-pikiran seperti itu, maka kebencian tak akan pernah berakhir.

"Ia menghina saya, ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampas milik saya". Jika seseorang sudah tidak lagi menyimpan pikiran-pikiran seperti itu, maka kebencian akan berakhir.

Kebencian tak akan pernah berakhir apabila dibalas dengan kebencian. Tetapi, kebencian akan berakhir bila dibalas dengan tidak membenci. Inilah satu hukum abadi

heheh... biasalah saya maklum koq dengan pernyataan penolakan kemudian di balas/dilimpahkan ke orang lain...  ^-^ ya sing waras ngalah ae, ora popo... sak no to ya... pancarkan kasih, kasih  =))



Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #232 on: 03 August 2007, 01:09:17 PM »
saya orang yang percaya hukm karma,31 alam kehidupan, nibbana,mantra, dll..., walaupun itu takhayul ....

iya sebab nibbana, hukum karma, 31 alam kehidupan juga tidak bisa dibuktikan dan tidak logis, serta bersifat takhayul...
nah terus orang takhayul koq mau mengejek orang takhayul membaca mantra?  ini sih takhayul teriak takhayul...


NB: saya tidak ikut campur dalam masalah tahayul didalam pembacaan mantra, tapi saya ingin menangapi pernyataan Dharmakara.

bung bisa bedakan antara tidak dan belum ? jika anda berani menyatakan tidak, berarti emang tidak ada/kosong/palsu/hampa mengenai Nibbana, Hukum Kamma dan 31 alam kehidupan ? betul ? cukup jawab "ya" atau "tidak" ga perlu uraian lebih lanjut deh, dari situ udah memberikan jawaban atas pemikiran loe dan siapa loe...

salam

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #233 on: 03 August 2007, 01:09:41 PM »
"Ia menghina saya, ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampas milik saya". Selama seseorang masih menyimpan pikiran-pikiran seperti itu, maka kebencian tak akan pernah berakhir.

"Ia menghina saya, ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampas milik saya". Jika seseorang sudah tidak lagi menyimpan pikiran-pikiran seperti itu, maka kebencian akan berakhir.

Kebencian tak akan pernah berakhir apabila dibalas dengan kebencian. Tetapi, kebencian akan berakhir bila dibalas dengan tidak membenci. Inilah satu hukum abadi



  [at] };- salut gw ma lu bung... semoga paragraf pendek itu dapat bermanfaat banyak dalam kehidupan kita sehari-hari

 _/\_

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #234 on: 03 August 2007, 01:11:06 PM »
saya orang yang percaya hukm karma,31 alam kehidupan, nibbana,mantra, dll..., walaupun itu takhayul ....


padahal saya cuma minta jawaban "ya" atau "tidak" kan udah ku jelaskan, ga perlu uraiannya...
tapi terima kasih atas jawaban nya... saya paham  :)

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #235 on: 03 August 2007, 02:03:38 PM »
Walau saya dulu pernah "bermesraan" dengan Anda...
Tapi ini bagus sekali.. Saya suka..
Ini buat Anda..  (*)
Dan bonus secangkir kopi..  ~o)
Peaceeeee..  :>-

"Ia menghina saya, ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampas milik saya". Selama seseorang masih menyimpan pikiran-pikiran seperti itu, maka kebencian tak akan pernah berakhir.

"Ia menghina saya, ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampas milik saya". Jika seseorang sudah tidak lagi menyimpan pikiran-pikiran seperti itu, maka kebencian akan berakhir.

Kebencian tak akan pernah berakhir apabila dibalas dengan kebencian. Tetapi, kebencian akan berakhir bila dibalas dengan tidak membenci. Inilah satu hukum abadi

heheh... biasalah saya maklum koq dengan pernyataan penolakan kemudian di balas/dilimpahkan ke orang lain...  ^-^ ya sing waras ngalah ae, ora popo... sak no to ya... pancarkan kasih, kasih  =))
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #236 on: 04 August 2007, 11:37:19 PM »
Ooo udah ada tanggapan lagi toh.


TAN:

Saya kira ini permainan kata-kata. Tetapi pada kenyataannya Anda memegang logika yang “TIDAK HANYA menggunakan alat pembanding materi saja” bukan? Anda menganggap bahwa logika yang tidak seperti itu adalah “logika sempit.” Jadi kesimpulannya, orang yang tidak menganut logika yang “TIDAK HANYA menggunakan alat pembanding materi saja,” adalah penganut logika sempit, bukannya begitu. Oleh karena itu, sama saja dengan mengatakan bahwa orang yang tidak menerima logika Anda sebagai orang yang berlogika “sempit.” Lagipula definisi logika standar dan tidak standar itu dari Anda sendiri, bukan? Satu pertanyaan lagi. Apakah Anda sudah melihat sendiri hantu? Ataukah cuma dari Sutta2/ buku Buddhis saja lalu Anda menerima keberadaan hantu dan mengatakan bahwa orang yang tidak meyakininya hanya ber”logika sempit” alias “standar”?

OK singkat saja, agar tidak salah paham.
 “Jadi kesimpulannya, orang yang tidak menganut logika yang “TIDAK HANYA menggunakan alat pembanding materi saja,” adalah penganut logika sempit, bukannya begitu.”:

Tidak juga, yang menganut bukan saya saja. Istilah logika standar saya gunakan agar lebih mudah dipahami, karena banyak orang mengira logika hanyalah yang bersifat matematis ataupun fisika dengan ukuran materi.
Masalah jenis logika silahkan http://en.wikipedia.org/wiki/Logic
Dan sorry, saya tidak akan menjawab mengenai hantu di sini karena OOT. :>-

***


Quote
TAN:

Mereka akan balik bertanya, paparkan juga indikasi logis adanya hantu dan dewa. Akhirnya semua akan balik ke “belief” tadi. Masing-masing agama mempunyai suatu sistim belief yang “diyakini”nya. Itulah yang menjadi kerangka penentu “logis” dan “tidak logisnya” sesuatu. Jadi hal dalam tataran “belief,” apa yang “logis” dan “tidak logis” itu menjadi subyektif. Begitu pula konsep adanya hantu dan dewa dalam agama Buddha. Itu hanyalah “belief” semata. Mungkin tidak ada yang dapat membantah keberadaan hantu dan dewa, tetapi sesuatu yang tidak dapat dibantah keberadaannya bukanlah indikasi bahwa sesuatu itu ADA. Sebagai contoh, adalah monster Loch Ness. Kejahatan itu memang ada, tetapi ia adalah hasil definisi bentukan manusia. Tanpa ada definisi mengenai kejahatan, kejahatan itu tidak ada. Definisi kejahatan juga berbeda antara seorang dengan yang lain dan juga antar agama. Contoh lain adalah batas negara. Batas negara itu ADA karena definisi, kalau Anda memandang bumi dari antariksa, maka di daratan Anda tidak akan melihat garis-garis batas negara tersebut. Jadi batas negara itu dapat pula dikatakan TIDAK ADA.

Saya tidak memaparkan indikasi keberadaan hantu, meskipun bisa, tapi, saya akan tanya balik, apa indikasi logisnya bahwa hantu itu tidak ada.Simple kan.
Tidak seluruhnya definisi antar agama itu beda.Mencuri, berbohong, membunuh sesama, semua agama mengajarkan bahwa hal itu adalah kejahatan termasuk K.Inilah indikasi tuhan K itu tidak ada. Jadi dalam kasus agama K kita bisa menggugurkan argumen mereka dengan doktrin mereka sendiri.

***

Quote
Masalahnya itu tidak mungkin. Orang yang sakit jantung tidak cukup hanya ke dokter umum, dia harus ke spesialis jantung. Jadi tidak cukup melihat suatu sutra dengan filosofi Buddhis umum, apalagi Sutra Mahayana. Namanya juga sutra Mahayana, ya harus dilihat dari kacamata Mahayana. Tapi kalau Anda masih ngeyel dengan sudut pandang Anda, ya silakan saja.

Kita sedang studi sutra penyembuh “kanker” bukan yang lain.

***

Quote
TAN:

Kalau begitu Anda buktikan secara logis, bagaimana meditasi dapat menjadi alat sahih untuk membuktikan keberadaan hantu? Apakah Anda sudah membuktikan sendiri dengan meditasi bahwa hantu dan alam dewa itu ada? Ataukah Anda hanya mendapatkannya dari buku-buku Buddhis semata? Ataukah itu hanya kesimpulan Anda sendiri?
Kalau Anda belum membuktikan sendiri, jelas Anda sudah berkeyakinan membuta pada meditasi.

Loh yang minta bukti kan anda bukan saya. Nanti kalau saya bilang sudah lihat hantu, nanti dibilang saya mengarang untuk mempertahankan pendapat. Jadi silahkan anda buktikan sendiri.

***
Quote
TAN:

Jumlah tidak menentukan salah dan benarnya sesuatu. Dulu semua orang percaya bumi datar, dan hanya Galileo yang tidak, tetapi toh dunia tidak berubah menjadi datar. Mengenai zhibing sudah dijelaskan, bukan? Anda ragu terhadap sumber saya, karena tidak mendukung pandangan anda. Tetapi sekali lagi, saya tetap berkeyakinan bahwa jumlah bukanlah alasan untuk menentukan benar dan salahnya sesuatu.
Baik, jadi kita anggap kisah dalam Ratana Sutta tidak pernah terjadi?

Anda sudah cari bahasa Palinya kemudian dijemahkan, Sdr. Tan ? Jika belum, bagaimana mungkin anda mengatakan jumlah tidak menentukan salah dan benarnya sesuatu, karena anda belum menemukan alasan atau jawaban yang benar? Dalam kasus Galileo, Galileo sudah menemukan alasan dan jawaban yang benar. So kita bisa mengatakan bahwa jumlah tidak menentukan salah dan benarnya sesuatu.

Jadi tetap pertanyaan anda tidak valid.


***

Quote
TAN:

Jadi kalau hanya ada di kanon Pali saja, apakah Anda menganggapnya ajaran Buddha? Sudah saja jelaskan mudah dan susah itu subyektif. Bagi Anda mudah, belum tentu bagi orang lain juga mudah. Jadi kriteria Anda tidak universal. Lho khan saya sudah memberikan indikasi logis Sutra yang sedang dibahas dengan membandingkannya dengan Sutta. Lagipula, khan saya sudah bilang, kalau Anda tidak mau memahami filosofi Mahayana ya sampai kapanpun menurut Anda tidak “logis.”

Anda mengatakan “JIKA” ini berarti belum pasti. Jadi saya pun menggunakan hal yang belum pasti juga. Dan saya tidak mengatakan bahwa kalau hanya ada di kanon Pali saja dianggap ajaran Buddha. Ada diskusi mengenai hal ini di topik lain mengenai kecacatan dalam sutta, mungkin bisa membantu.
Dan sudah saya sampaikan bahwa di sini adalah studi yang lepas dari tradisi.Jadi jika ada bahasan yang tidak sesuai dengan filosofi Mahayana, ya harap maklum. :>-

***

Quote
TAN:

Pendapat Anda bahwa Mantra BUKAN masuk dalam salah satu di antara 84.000 metoda itu juga tidak valid karena hanya klaiman sepihak (Theravada) saja. Bukannya umat K. itu juga seperti Anda ketika ditanya bukti mengenai hantu dan dewa, yang HANYA menunjuk pada meditasi semata? Pertanyaannya apakah Anda sudah membuktikan sendiri melalui meditasi bahwa hantu dan dewa itu ada? Kalau iya silakan disharing di sini. Apakah hanya Anda dapat dari buku saja dan menganggap bahwa orang yang tidak meyakininya, sempit logikanya? Inilah yang perlu dibedakan pengetahuan dari buku atau pengalaman langsung.

Selain itu dalam Theravada juga ada meditasi mengulang kata “Buddho.” Bukankah itu juga semacam mantra?

Sudah saya katakan, di sub forum initidak menggunakan tradisi manapun.Kajian yang tidak sesuai dengan filosofi Mahayana bukan berarti itu adalah pandangan Theravada, begitu juga sebaliknya.Dan saya tidak tahu sejak pertama anda selalu mengait-kaitkan hal ini dengan pertentangan antar aliran.Ada apa dengan anda?


Quote
TAN:

Komentar (Tika) khan juga dijunjung dalam tradisi Theravada, bukan? Lalu apakah penyakit disebabkan oleh hantu itu logis? Terbukti adanya kalimat bahwa setelah hantunya dieksorsis, maka penyakitnya hilang. Jika demikian apakah Tika perlu direvisi. Saya jelas menolak mentah-mentah kalau penyakit disebabkan hantu. Selain itu, kisah tersebut pasti ada sumbernya dari tradisi Pali sendiri, bukan? Apakah menurut Anda itu hanya karangan para bhikkhu awal?

Kalau Komentar (Tika) dijunjung dalam tradisi Theravada, so what?
Ia tetapi tidak berlaku dalam studi sutta/sutra jika tidak ada hubungannya,dan tergantung ada atau tidak indikasi logisnya .Dan jika dikatakan bahwa ada indikasi, bukti bahwa hanya karangan para bhikkhu awal, kenapa harus malu mengatakannya.Tapi sekali lagi perlu kajian bukan asal kritik.Mudah kan, gitu aja kok repot. 8)

***



Quote
TAN:

Kembali ke keberadaan hantu dan dewa. Bagi sebagian orang itu adalah irasional, tetapi Anda menyatakan bahwa orang yang meyakininya sebagai penganut logika sempit. Kalau begitu bagaimana proses dan seluk beluk terjadinya hantu dan dewa? Silakan dishare di sini agar sesuatunya menjadi rasional.

OOT:>-

Quote
TAN:

Ingat bahwa logika sains tidak hanya terbatas pada matematika saja. Warna daun kita tahu dari pengamatan, dimana hal ini merupakan landasan bagi sains. Kini apakah Anda sanggup mengatakan pada saya, apakah warna dewa atau hantu itu?

Saya sedang memberikan perumpamaan Sdr. Tan, mengenai cakupan logika dimana kita bisa menggunakan logika standar/sempit/sains dan juga sekaligus yang lainnya dengan menggunakan perumpamaan ilmu-ilmu yang yang anda kenal.Untuk jelasnya mengenai logika silahkan anda klik alamat yang sudah saya berikan di atas.

***

[quoteTAN:

Saya sudah tunjukkan. Hanya itu yang dapat saya sampaikan pada Anda. Saya tidak masalah bila Anda masih meragukan. Semua orang punya hal untuk menentukan apa yang mereka yakini. Bukan tujuan saya untuk membuat Anda percaya. Tetapi bagaimana dengan meditasi pada kata “Buddho.”[/quote]

Sorry Sdr. Tan apa yang anda tunjukkan mengenai 84.000 masih belum bisa dikatakan ada indikasi mantra ada dalam 84.000.Jika hanya itu yang bisa anda tunjukkan ya sudah, saya tidak akan memaksa.
Masalah “Buddho” saya rasa tidak perlu saya jawab,karena hanya merupakan dampak dari anda tidak bisa menunjukkan adanya mantra dalam 84.000 pintu Dharma.

Quote
TAN:

Kalau begitu bagaimana keberadaan hantu atau dewa dapat dikatakan “in accordance with reason or logic”?

Sorry OOT :>-
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #237 on: 05 August 2007, 03:53:51 PM »
Hai Bro Kelana thanks atas tanggapannya,

KELANA:

OK singkat saja, agar tidak salah paham.
 “Jadi kesimpulannya, orang yang tidak menganut logika yang “TIDAK HANYA menggunakan alat pembanding materi saja,” adalah penganut logika sempit, bukannya begitu.”:

Tidak juga, yang menganut bukan saya saja. Istilah logika standar saya gunakan agar lebih mudah dipahami, karena banyak orang mengira logika hanyalah yang bersifat matematis ataupun fisika dengan ukuran materi.
Masalah jenis logika silahkan http://en.wikipedia.org/wiki/Logic
Dan sorry, saya tidak akan menjawab mengenai hantu di sini karena OOT. 

TAN:

Tapi masalahnya sebelumnya Anda mengatakan bahwa logika semacam itu adalah logika sempit. Di sini kita harus membedakan antara logika dengan pembuktian, sehingga tidak terjadi campur aduk. Mengenai hantu saya kira ini bukan OOT, karena relevan dengan topik mengenai pembuktian. Sebelumnya Anda mencampur adukkan antara pembuktian dengan logika, makanya terjadi pembedaan antara logika standar dan logika sempit. Bagi saya banyak hal dalam agama yang tidak dapat dibuktikan secara sains, atau didasari oleh “belief” saja. “Belief” ini lalu dianggap benar oleh penganut agama yang bersangkutan dan berusaha dipertahankan dengan berbagai cara. Inilah yang disebut apologetika. Tetapi kembali apologetika ini adalah sesuatu yang subyektif. Saya juga berapologetika mengenai metoda mantra dan sutra2 mahayana, tetapi saya sadar bahwa hal itu juga subyektif, dalam artian kalau seseorang menganut sistim belief yang lain, maka hal itu tidak akan berarti apa2 baginya. Bagaimanapun cara Anda berapologetika, maka hal itu tidak akan diterima oleh orang yang punya sistim belief berbeda dengan Anda. Oleh karena itu, pada akhirnya yang terbaik adalah saling menghormati.

***

KELANA:

Saya tidak memaparkan indikasi keberadaan hantu, meskipun bisa, tapi, saya akan tanya balik, apa indikasi logisnya bahwa hantu itu tidak ada.Simple kan.
Tidak seluruhnya definisi antar agama itu beda.Mencuri, berbohong, membunuh sesama, semua agama mengajarkan bahwa hal itu adalah kejahatan termasuk K.Inilah indikasi tuhan K itu tidak ada. Jadi dalam kasus agama K kita bisa menggugurkan argumen mereka dengan doktrin mereka sendiri.

TAN:

Dengan demikian, apakah hantu itu ada atau tidak ada itu hanya sekedar “belief.” Dalam berbagai agama patut diakui bahwa andalan seorang penganutnya hanya sekedar “belief,” termasuk dalam hal Sutra Penyembuh Kanker yang sedang kita bicarakan selama ini. Karena Anda berusaha mengupas Sutra tersebut dari sudut pandang logika Anda, maka saya juga terpaksa mengemukakan contoh mengenai hantu. Jadi pada akhirnya semua adalah “belief.” Sebagai umat Mahayana saya juga punya sistim “belief” tersendiri. Anda juga punya sistim belief sendiri. Jadi tidak akan ketemu. Bagi saya, sutra itu sesuai dengan sistim belief saya (saya tidak pergunakan istilah “logis,” karena logis dan tidak logis adalah sesuatu yang subyektif).

***

KELANA:

Kita sedang studi sutra penyembuh “kanker” bukan yang lain.

TAN:

Baik beberapa pertanyaan sudah dijawab oleh saya dan rekan-rekan yang lain.

***

KELANA:

Loh yang minta bukti kan anda bukan saya. Nanti kalau saya bilang sudah lihat hantu, nanti dibilang saya mengarang untuk mempertahankan pendapat. Jadi silahkan anda buktikan sendiri.

TAN:

Tidak, bukan tugas saya untuk membuktikan. Karena Anda selalu mengemukakan logika dalam mengulas Sutra Penyembuhan Penyakit Kanker, maka ini menjadi tugas Anda pula untuk membuktikan secara sahih dan tidak subyektif bahwa hantu itu ada.
Jadi dengan demikian, Anda hendaknya mengakui bahwa tidak segala sesuatu dapat ditelaah berdasarkan logika Anda. Ada hal-hal yang di luar logika Anda. Ini yang sebenarnya hendak saya tekankan. Begitu pula dengan Sutra Penyembuhan Penyakit Kanker. Jika Anda memaksa menggunakan logika Anda pada Sutra tersebut, maka Anda hendaknya juga menggunakan logika Anda terhadap konsep2 seperti hantu, hukum karma, dll. Tetapi diskusi akan menjadi berkepanjangan dan sebagian sudah diulas oleh Sdr. Morpheus dan Sdr. Dharmakara, jadi tidak perlu diulangi lagi di sini.

***

KELANA:

Anda sudah cari bahasa Palinya kemudian dijemahkan, Sdr. Tan ? Jika belum, bagaimana mungkin anda mengatakan jumlah tidak menentukan salah dan benarnya sesuatu, karena anda belum menemukan alasan atau jawaban yang benar? Dalam kasus Galileo, Galileo sudah menemukan alasan dan jawaban yang benar. So kita bisa mengatakan bahwa jumlah tidak menentukan salah dan benarnya sesuatu.

Jadi tetap pertanyaan anda tidak valid.

TAN:

Tidak perlu menggunakan bahasa Pali. Terjemahan bahasa Inggris sudah cukup. Argumen Anda sama seperti argumen K., waktu saya berdebat dengan mereka. Mereka selalu berkata, “Cari dulu donk bahasa Ibrani atau Yunaninya baru kamu bisa mengerti.” Tentu saja argumen ini bagi saya menggelikan dan tidak perlu saya komentari lebih jauh. Bila argumen itu benar, silakan saja kitab suci mereka yang berbahasa Indonesia dibakar. Apakah kalau dalam bahasa Inggris artinya adalah “ya” dalam bahasa Pali bisa berarti “tidak”? Padahal yang menerjemahkan adalah bhikkhu yang kompeten. Jadi argumen Anda juga tidak valid.

***

KELANA:

Anda mengatakan “JIKA” ini berarti belum pasti. Jadi saya pun menggunakan hal yang belum pasti juga. Dan saya tidak mengatakan bahwa kalau hanya ada di kanon Pali saja dianggap ajaran Buddha. Ada diskusi mengenai hal ini di topik lain mengenai kecacatan dalam sutta, mungkin bisa membantu.
Dan sudah saya sampaikan bahwa di sini adalah studi yang lepas dari tradisi.Jadi jika ada bahasan yang tidak sesuai dengan filosofi Mahayana, ya harap maklum. 

TAN:

Ya memang saya juga beranggapan bahwa ajaran Buddha tidak hanya di kanon Pali saja. Bahkan ajaran Buddha tidak cuma dalam Tripitaka baik Pali maupun Mahayana. Dharma itu sesuatu yang ada di mana-mana. Mungkin seorang anak kecil, pengemis di jalan, dan lain sebagainya dapat mengajar kita pada kebenaran Dharma. O ya tentu saya maklum bahwa bahasan yang tidak sesuai dengan filosofi Mahayana mungkin saja terjadi. Bagi saya it’s Ok. Hanya saja bahasa seperti itu tidak valid bila ditinjau dari sudut pandang filosofi Mahayana sendiri. Seperti pertanyaan Nagasena pada raja Milinda, “Kalau api padam, maka ke manakah perginya api itu?”

***

KELANA:

Sudah saya katakan, di sub forum initidak menggunakan tradisi manapun.Kajian yang tidak sesuai dengan filosofi Mahayana bukan berarti itu adalah pandangan Theravada, begitu juga sebaliknya.Dan saya tidak tahu sejak pertama anda selalu mengait-kaitkan hal ini dengan pertentangan antar aliran.Ada apa dengan anda?

TAN:

Kalau bukan pandangan Theravada lalu pandangan apa? Anda harus menjelaskan dahulu apa posisi Anda. Apakah sebagai scholar? Kalau Anda berposisi sebagai scholar, saya juga akan berposisi sebagai scholar. Saya tidak mengaitkan dengan pertentangan antar aliran, malah justru memosisikan perbedaan yang ada pada tempatnya yang benar. Saya hanya menghendaki agar kita menyadari bahwa pada kanon Pali atau Mahayana ada saja hal-hal yang tidak dapat Anda telaah berdasarkan logika, sebagai contoh adalah kasus hantu itu. Kalau kita dapat menyadari itu, maka kita tidak perlu memperdebatkan suatu sutra atau sutta. Kita menghormati dan menghargai orang-orang yang bertumpu pada suatu kitab suci, kendati isinya belum tentu kita setujui.

***

KELANA:

Kalau Komentar (Tika) dijunjung dalam tradisi Theravada, so what?
Ia tetapi tidak berlaku dalam studi sutta/sutra jika tidak ada hubungannya,dan tergantung ada atau tidak indikasi logisnya .Dan jika dikatakan bahwa ada indikasi, bukti bahwa hanya karangan para bhikkhu awal, kenapa harus malu mengatakannya.Tapi sekali lagi perlu kajian bukan asal kritik.Mudah kan, gitu aja kok repot. 

TAN:

Tika dinjunjung dalam tradisi Theravada so what? Dharani-dharani Sutra dijunjung dalam tradisi Mantrayana.. so what? Dengan demikian Anda hendaknya juga tidak asal mengkritik sutra2 Mahayana. Banyak juga hal-hal dalam kanon Pali yang tidak terdapat “indikasi logis”-nya. Tetapi ini sesuatu yang wajar dalam semua agama. Dalam mengkaji kitab suci kita tidak hanya perlu logika saja, melainkan banyak faktor2 lainnya. Kalau Anda hanya menjadikan “indikasi logis” milik Anda sebagai patokan, maka hasilnya akan timpang, dan waktu saya membalik untuk membuktikan “indikasi logis” adanya hantu maka Anda juga tidak dapat memberikan saya jawaban memuaskan.

***

KELANA:

Saya sedang memberikan perumpamaan Sdr. Tan, mengenai cakupan logika dimana kita bisa menggunakan logika standar/sempit/sains dan juga sekaligus yang lainnya dengan menggunakan perumpamaan ilmu-ilmu yang yang anda kenal.Untuk jelasnya mengenai logika silahkan anda klik alamat yang sudah saya berikan di atas.

TAN:

Kenapa Anda tidak terapkan apa yang Anda ungkapkan di atas dalam mengkaji Sutra Penyembuhan Kanker?

***

KELANA:

Kutipan dari Tan:

Saya sudah tunjukkan. Hanya itu yang dapat saya sampaikan pada Anda. Saya tidak masalah bila Anda masih meragukan. Semua orang punya hal untuk menentukan apa yang mereka yakini. Bukan tujuan saya untuk membuat Anda percaya. Tetapi bagaimana dengan meditasi pada kata “Buddho.”[/quote]

Sorry Sdr. Tan apa yang anda tunjukkan mengenai 84.000 masih belum bisa dikatakan ada indikasi mantra ada dalam 84.000.Jika hanya itu yang bisa anda tunjukkan ya sudah, saya tidak akan memaksa.
Masalah “Buddho” saya rasa tidak perlu saya jawab,karena hanya merupakan dampak dari anda tidak bisa menunjukkan adanya mantra dalam 84.000 pintu Dharma.

TAN:

Kalau Anda dapat menunjukkan bahwa meditasi pada kata “Buddho” merupakan salah satu dari 84.000 metoda Dharma, maka pada saat itu Anda akan mengetahui bahwa mantra juga merupakan salah satu di antara 84.000 metoda Dharma. Sangat sederhana, bukan? Saya kira ini PR buat Anda, karena bukan saya yang tidak meyakini bahwa mantra adalah salah satu di antara 84.000 metoda Dharma. Itu adalah pertanyaan bagi Anda sendiri dan bukan tugas saya untuk membuktikannya.

***

KELANA:

Sorry OOT 

TAN:

Why?

Metta,

Tan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #238 on: 05 August 2007, 04:07:58 PM »
Diskusi dengan Sdr. Kelana

Saya kira sampai sejauh ini diskusi dengan Sdr. Kelana sangat menarik dan bagus sekali. Semoga diskusi semacam ini dapat dipelihara tanpa ada saling memaki atau menyerang secara pribadi. Meskipun berbeda pandangan, saya menghormati apa yang diungkapkan Sdr. Kelana. Saya juga berterima kasih pada Sdr. Kelana karena sudah menanggapi posting2 saya. Ini saya ungkapkan agar tidak terjadi salah paham di antara rekan2 sesama anggota forum yang lain. Semoga kita semua dapat menjadi sesama sahabat.

Metta,

Tan

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #239 on: 05 August 2007, 07:31:17 PM »
Bagaimana kalau sdr Kelana dgn sdr Tan buka thread baru. Saya jg tertarik dgn diskusi sdr ber2. Dalam thread baru nanti kami hanya menonton dan mungkin bagaimana dibuat semacam voting.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

 

anything