//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kata Kata Soe Hok Gie  (Read 5721 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Kata Kata Soe Hok Gie
« on: 08 December 2011, 11:21:42 PM »
Namo Buddhaya,

Pas "jalan-jalan", nemu ini, saya copas kemari.




Kata Kata Soe Hok Gie



Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran.


Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah.


Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.


Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.


Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan.


Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi "manusia-manusia yang biasa". Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia.


Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.


Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.


Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir?


Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis…


Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah.


Bagi saya KEBENARAN biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita.


Potonglah kaki tangan seseorang lalu masukkan di tempat 2 x 3 meter dan berilah kebebasan padanya. Inilah kemerdekaan pers di Indonesia.


To be a human is to be destroyed.


Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin.


Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan.


I’m not an idealist anymore, I’m a bitter realist.


Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.


Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan.


Saya tak tahu mengapa, Saya merasa agak melankolik malam ini. Saya melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas jakarta dengan warna-warna baru. Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah kemanusiaan. Semuanya terasa mesra tapi kosong. Seolah-olah saya merasa diri saya yang lepas dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan. Perasaan sayang yang amat kuat menguasai saya. Saya ingin memberikan sesuatu rasa cinta pada manusia, pada anjing-anjing di jalanan, pada semua-muanya.


Tak ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun dan bangsa apapun. Dan melupakan perang dan kebencian. Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.



Semoga berguna.


Sumber: http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/02/biografi-soe-hok-gie-1942-1969.html

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Kata Kata Soe Hok Gie
« Reply #1 on: 05 January 2012, 01:46:05 PM »
Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I?
Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran.

Jadi ingat kisah A de mello,
Ahli agama bisa mendapat nilai yg lebih bagus (lebih populer, lebih dipuji dan tampak lebih nurut, taat pada atasannya) dalam masyarakat umumnya dp seorang spiritualis.


Saya bukan intelektual, tapi pilihan kita:
= nama baik, pujian (sebagai orang penurut, taat pada atasan)
= Kebenaran, dg segala resikonya.

 :-?

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Kata Kata Soe Hok Gie
« Reply #2 on: 05 January 2012, 01:51:35 PM »

Kata Kata Soe Hok Gie
Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.
I Don't like this....
Kebablasan

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Kata Kata Soe Hok Gie
« Reply #3 on: 05 January 2012, 02:03:09 PM »

Kata Kata Soe Hok Gie


Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.
Saya hanya tahu sekilas agama lain, MUNGKIN di sana: keTAATAN pada dewa, Tuhannya, (yg diterjemahkan oleh) rohaniawannya dianggap tiket ke surga.

Tapi dalam Buddhisme (yg saya tahu), pemahaman "Guru adalah dewa yg selalu benar, dan murid harus taat, nurut apa kata guru", bertentangan dengan semangat Kalama Sutta.

Maka bila ada Guru Buddhist yg punya pemahaman dan sikap "Guru adalah dewa yg selalu benar, dan murid harus taat, nurut apa kata guru", sangatlah memprihatinkan. Jika semangat Buddhisme sudah dilemahkan, apa jadinya?

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Kata Kata Soe Hok Gie
« Reply #4 on: 05 January 2012, 02:18:10 PM »

Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya.
Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan.


Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis…


Bagi saya KEBENARAN biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita.


Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan.


Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.


Menurut saya, yg di atas adalah sikap dan tindakan yang selaras Dhamma.

Sikap mencari selamat diri sendiri, aman diri sendiri, takut karma buruk, dengan berdiam diri saja atas apa yg ganjil, adalah sikap egoisme....


 :'(

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Kata Kata Soe Hok Gie
« Reply #5 on: 05 January 2012, 02:27:42 PM »
Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.

Dalam masyarakat multi agama, demikian semestinya.

Tapi dalam komunitas seagama,
maka kebenaran agama adalah kebenaran tertinggi (baca: HUKUM TERTINGGI, ATURAN TERTINGGI, PEDOMAN TERTINGGI) yg patut kita junjung bersama.

HUKUM TERTINGGI, ATURAN TERTINGGI, PEDOMAN TERTINGGI artinya, bila ada hukum, aturan, pedoman yg lain yg bertentangan dengan yg Tertinggi, maka otomatis yg dipakai adalah Aturan, Pedoman yg tertinggi.

 _/\_

Offline bawel

  • Sebelumnya: Comel
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.755
  • Reputasi: 71
  • Gender: Male
  • namanya juga bawel ;D
Re: Kata Kata Soe Hok Gie
« Reply #6 on: 27 January 2012, 12:08:45 PM »
I Don't like this....
Kebablasan

walaupun tidak suka tapi sepertinya tetap setuju yah? ;D

Saya hanya tahu sekilas agama lain, MUNGKIN di sana: keTAATAN pada dewa, Tuhannya, (yg diterjemahkan oleh) rohaniawannya dianggap tiket ke surga.

Tapi dalam Buddhisme (yg saya tahu), pemahaman "Guru adalah dewa yg selalu benar, dan murid harus taat, nurut apa kata guru", bertentangan dengan semangat Kalama Sutta.

Maka bila ada Guru Buddhist yg punya pemahaman dan sikap "Guru adalah dewa yg selalu benar, dan murid harus taat, nurut apa kata guru", sangatlah memprihatinkan. Jika semangat Buddhisme sudah dilemahkan, apa jadinya?

lalu dimanakah letak kebablasannya? ;D
bukankah pertapa gotama juga meninggalkan gurunya dan kemudian berusaha sendiri untuk merealisasikan pencerahan tertinggi tanpa guru? ;D

 

anything