Dari artikel yang di sampaikan oleh TS, yang saya yakin bukan disusun oleh TS sendiri, menyampaikan 2 pokok masalah , pertama menjelaskan etimologi kata hīnayana sebagai istilah yang bermakna negatif dan kedua, menjelaskan tidak ada aliran hīnayana.
Pertama.Makna negatif hīnayana dibuktikan dengan penggunaan kata ‘hīna” dibeberapa literatur yang setara, antara sutta dan sutra, contohnya Dhammacakkappavattana Sutta (versi Pali yang dipegang Theravada) dan Dharmacakra Pravartana Sutra (versi Sanskerta yang dipegang Mahayana). Pada keduanya kata hīna digunakan untuk istilah yang buruk/jelek.
Bahkan dalam literatur Mahayana sendiri seperti Mahayanasutralankara karya Asaṅga, kata “hīna” digunakan sebagai istilah yang buruk, dipersandingan dengan kata sifat hīna-madhyama-vishishta atau hīna-majjhima-paṇīta (buruk/jelek – menengah – terbaik).
Demikianlah alasannya, jadi tidak asal mengatakan: “oh hinayana bukan berarti aliran”, tanpa mengajukan alasan dan asal usulnya.
Kedua. Jelas pada masa setelah Sang Buddha tidak ada nama aliran Hinayana dalam catatan sejarah (di luar sutra Mahayana). Dan diragukan jika ada aliran pada masa kehidupan Sang Buddha. Jika ada, tidak terbayangkan mengapa Sang Buddha menjelek-jelekan hasil pengajaranNya sendiri. Dan lebih tidak terbayangkan lagi jika dikatakan aliran yang telah dijelek-jelekan tersebut merupakan pondasi dari hirarki aliran Buddhisme (kelompok Buddhis tertentu sering membuat hirarki aliran).
Nah, terkait etimologi kata hina yang bersifat negatif tersebut, maka wajar jika ada yang mempertanyakan Saddharma Pundarika Sutra (Sutra Lotus), mengapa istilah negatif tersebut bisa ada dalam sutra tesebut?
Tetaplah kita pada topik, dan bagi yang kontra, bantahlah dengan cerdas. Dan please jangan dijadikan ajang menduga aliran A sedang menghina aliran B.