Bro markosss, thanks atas artinya, memang dimana Buddha sekarang tidak dapat kita jangkau.
sapa bilang buddha tidak bisa di jangkau ? bisa... tp pertanyaan selanjutnya, sanggup ato tidak tuk menjangkau nya ? wong dikasih film xxx aja masih ngiler... ya ga ?
hehehe...
buddha tidak dapat dipikirkan oleh mereka yg masih terkondisi karena terlalu sempurna, sehingga sangat" susah untuk dapat di definisikan oleh manusia yg pengetahuan nya terbatas, bayangkan konsep ketuhanan yg dapat di jangkau/terpikirkan oleh manusia, bahkan sifat" nya dapat di uraikan dengan jelas n komplit oleh manusia, justru itu menunjukan tuhan itu maha terhingga bukan maha tak terhingga, karena masih dapat di jangkau oleh pengetahuan manusia yg masih terbatas...
Apa hubungannya dengan pertanyaan topik dengan telinga dan hidung bukan milikku bro Indra? Semakin membingungkan
telinga dan idung bukan milik ku itu berlaku untuk mereka yg sudah dapat melihat betapa semu (sifat) nya kehidupan ini, jd seseorang yg dapat memahami tersebut tidak terikat dengan kehidupan ini... tidak terikat bukan berarti meninggalkan kehidupan/mengucilkan diri dari kehidupan, tp bathin nya menjadi lebih tenang dan kewaspadaan nya menjadi tinggi (sadar/eling) terhadap setiap perbuatan/ucapan/pikiran yg keluar...
telinga dan idung, merupakan komponen pelengkap dalam tubuh ini... seperti laptop, terdiri dari layar, keyboard, memory, prosesor, mainboard, speaker, wifi, dvdrw... tp klo di gabung menjadi satu kesatuan yg di sebut notebook, tp klo komponen tersebut di pisah"kan apakah masih bs disebut notebook ?
tujuan nya adalah agar kita tidak terikat pada tubuh yg bersifat semu/tidak kekal, tubuh akan terus berubah/berkembang, dari bayi menjadi dewasa dan akhirnya tua, setelah itu terbujur kaku sebagai mayat yg akan berubah menjadi tulang belulang... apa yg mau di lekati ato di banggakan dari tubuh ini ? bukan berarti kita membenci tubuh/menghindar dr kehidupan, tp lebih ke arah melihat kenyataan/realita kehidupan ini... sehingga muncul kesadaraan akan kondisi dunia, tidak terikat jg tidak cuek dengan keadaan itu...
tapi semua yg tertulis diatas, emang gampang tuk di katakan/di tulis, tp begitu susah untuk di praktekan/lakukan... karena kita masih terbelenggu atas kekotoran bathin, mengapa buddha mengatakan kikis kekotoran bathin, mungkin maksudnya dengan mengikis kekotoran bathin maka seseorang dapat melihat dhamma dengan mudah dan jelas, karena dasar dari kebodohan adalah kekotoran bathin...
NB. kebodohan jangan diartikan sebagai bodoh dalam pandangan umum, yaitu ketidak mampuan menyerap pelajaran sekolah, tp kebodohan manusia akan kondisi dunia... seperti tulisan ajahn brahm : cacing dan kotoran nya... tau kotoran itu jelek/busuk/bau/kotor tp cacing tetap terikat dengan kotoran dan tidak mau meninggalkan nya...
salam aa'tono