And then..mau nanya,banyak ceramah Dhamma yang diiringi lelucon,kadang leluconnya menurut saya berlebihan dan banyak teman saya yang ikutan dengan saya pigi dengar Dhamma Talk ,tidak ada yang ingat apa yang ingin disampaikan[DhammaNya],yang mereka ingat hanya bahwa Dhamma Talknya lucu,dibawakan oleh "pembicara yang lucu" dan mereka tertawa mengingat hal2 tersebut..Sebenarnya bermanfaatkah melakukan Dhammadesana dengan cara2 seperti itu?
Hal yang sama pernah saya alami setelah menghadiri suatu "dhamma-talk" oleh Bhante Uttamo di MGK sekitar 2 tahun lalu. Sepulang dari acara, semua membicarakan "gurauan" dalam acara tersebut, namun tidak ada yang membahas dhamma di balik itu. Saya jadi bertanya2, betulkah makin banyak yang hadir, dhamma semakin berkembang?
Memang tidak dapat dipungkuri bahwa jangan terlalu kaku,karena nantinya umat akan bosan,tapi apakah dengan lelucon2 yang berlebihan maka umatnya bisa mengambil manfaat Dhamma itu sendiri?atau malah menjadi Ajang Lawak?
Kadang pembicaraannya serius,tiba2 menjadi lelucon,sehingga sering kali saya lihat ,orang tidak bisa membedakan antara yang serius dan lelucon..
Anumodana
Betul, saya rasa dalam kejadian itu, masalahnya sama sekali bukan pada cara berceramah Bhante yang menyenangkan, tetapi dari pola pikir pendengar itu sendiri.
betul..apalagi setiap selesai Dhamma Talk keesokan harinya saya balik bertanya apa "isi" Dhamma Talk semalam,rata2 teman saya malah tidak bisa menjawab..jadinya saya aneh..walau umatNya banyak berhamburan datang tetapi umat2nya rata2 tidak paham apa yang menjadi "isi" pembicaraan tersebut..
tertawa yang bijaksana boleh2 saja menurut saya,untuk mencegah kebosanan,tetapi saya rasa pada zaman Buddha Gotama,tidak ada murid Bhagava yang berceramah sambil melawak bukan?
benar,saya setuju "masalahnya" bukan pada "pembawa ceramah" tetapi pada orang yang "mendengarkan" ceramah tersebut apakah bisa "menangkap" maksud yang ingin disampaikan oleh si penceramah,apakah bisa membedakan antara mana yang "serius" dan mana yang "lelucon"..tetapi coba perhatikan,kadang ada "pembicara" yang ngelawaknya sudah tak beraturan,dan setiap hal dikomentari dengan lelucon2 dan akhirnya entah yang lebih dominan itu lelucon atau dhammanya?
saya tidak mengomentari Bhante yang berceramah lho,karena ceramah Ajahn Brahmavamso,Uttamo,dan lainnya menurut saya oke2 saja,karena agaknya "tidak berlebihan" menurut saya,tetapi ada beberapa penceramah[salah satunya adalah pendiri buku Buddhist dan rasanya pendirinya menjalin hubungan baik dengan pendiri DC ini..] ceramahnya terlalu berlebihan dan banyak leluconnya daripada DhammaNya,walau kalau orang yang teliti bisa mendapatkan manfaat dari Dhammanya..
dan nanti hari Magha Puja ini,tepatnya tanggal 14,si penceramah ini akan datang ke medan lagi,dan tahu kah anda apa komentar pertama sahabat saya kepada saya dan kepada semua orang yang di ajak?dia bilang ke saya dan rekan2 yang lain untuk mengikuti wishing candle yang di adakan salah 1 vihara di medan,kemudian saya tanyakan apa manfaat wishing candle?apakah Buddha ada mengajarkan wishing candle?terus dia jawab tidak tahu tuh,tapi dia langsung ngeloteh,tau tidak siapa yang bawa acara?itu tuh si "penceramah yang have fun dengan leluconnya"[saya tidak menyebutkan namanya..karena yang saya bahas bukan orangnya ,tetapi "cara berceramah dengan lelucon"],kemudian teman saya yang lain nyambung,,oh dia ya?pasti seru dia pinter ceramah[saya jadi bertanya tanya dalam hati,pinter ceramah Dhamma bagi mereka,atau pinter melawak untuk mereka?]...terus disambung lagi ma teman saya ke teman yang lainnya yang tidak ikut ceramah beberapa waktu yang lalu,,,dia bilang begini,"Sayang kalian tidak ikut kami ke ceramah waktu itu..lucu banget lho..tidak kaku kayak Bhante nya...kalau yang 1 ini lucu banget.."
[Intinya yang didapat lawaknya atau dhammanya?]