Kainyn_Kutho,
Pertama2 terima kasih telah memberikan analisa yang bagus sekali. Klo menurut saya sih kita tidak bisa bahas hanya dari satu sisi saja. Contoh dalam kasus ini, di sana dikatakan kesunyataan batin. Artinya di sini kita juga perlu mengetahui batin kita itu seperti apa. Salah satunya, misalnya kita perlu tahu bahwa batin/persepsi kita tidak muncul begitu aja. Batin/persepsi kita muncul karena ada sebab dan kondisi. Karena tidak bisa muncul dari dirinya sendiri, maka kita sebut batin adalah sunya. Dari batin dan faktor mental kita juga tahu, bahwa untuk munculnya satu persepsi diperlukan batin utama/kesadaran utama dan faktor mental. Batin utama kita sifatnya adalah jernih dan mengetahui. Sedangkan faktor mental yang menemani ada berbagai macam, ada yang bajik, ada yang non bajik, dan ada yang netral. Nah, klo kita mengaitkan dengan dengan anatta, ini juga perlu pembahasan tersendiri. Kita tentu saja juga perlu tahu apa yang dimaksud anatta dalam Buddhisme. Dan sekedar gambaran, dari k-4 falsafah/filosofis utama Buddhis, penjelasan tentang tidak adanya sang "aku" ini tidak semua sama. Satu hal lain yang perlu diketahui tentang sunyata adalah bahwa sunyata bukan berarti kosong sama sekali, namun lebih ke arti bahwa segala sesuatu tidak bisa berdiri sendiri/muncul dari dirinya sendiri. Simplenya, karena sunyatalah produk bisa muncul, dan karena produk tidak bisa muncul dari dirinya sendirilah maka produk adalah sunya. Di luar semua itu, istilah apapun yang digunakan, menurutku yang penting adalah pemahaman tentang istilah yang bersangkutan. Sekedar info, istilah Buddhis dalam bahasa Inggris pun belum tentu seragam, demikian juga dalam bahasa Indonesia, jadi daripada kita terjebak dengan istilah, jauh lebih baik kita memahami esensinya.
Sori, OOT, mungkin perlu dipindah klo mau dibahas lebih lanjut.
Terima kasih