//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: TANYA KENAPA 04 ?. Nobel Perdamaiannya Dalailama 14  (Read 2832 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline SandalJepit

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 425
  • Reputasi: 3
TANYA KENAPA 04 ?. Nobel Perdamaiannya Dalailama 14
« on: 07 May 2008, 04:39:17 PM »
rekan-rekan di dhammacitta, mohon tanggapan atas komentar berikut ini, gw juga baru tau adanya sistem perbudakan di tibet.. :(

http://kaskus.us/showthread.php?t=852285

 [POLITIK] TANYA KENAPA 04 ?. Nobel Perdamaiannya Dalailama 14
1) Sungguh mencenggangkan?? begitu melihat bukti bahwa pada masa pemerintahan Dalailama 14, di Tibet masih berlaku sistim perbudakkan (90 % budak dan 10 % master slave), paling tidak sampai tahun 1959 dimana China melakukan aneksasinya dengan kekerasan, bukti data mengenai perbudakan ini hanya dilansir oleh kelompok pro China, sedangkan di kelompok pro Tibet tak pernah muncul, sebaliknya dikelompok pro Tibet banyak bukti data kekejaman china yang luar biasa kejam waktu membasmi pengikut Dalailama 14, dan dari yang pro China kekejaman ini tak keluar juga, kalau video dari kedua kelompok ini dianggap propaganda, maka ada juga video dokumentasi yang dibuat Nazi Jerman, Inggris bahkan National Geografi, yang dianggap bukan propaganda, juga membuktikan adanya sistim perbudakan tersebut TANYA KENAPA?????

(KOMENTAR : Pada waktu itu Dalailama 14 masih remaja sekitar 14 atau 15 tahun (tahun 1950), dan dikelilingi oleh penasehat yang terdiri dari para bangsawan/tuan tanah serta pendeta senior, sejak dari balita Dalailama 14 sudah didik mereka sehingga sifat dan karakter yang terbentuk, atau sengaja dibentuk sesuai keinginan para penasehat tersebut, sehingga sulit diharapkan adanya Perubahan pada tradisi ratusan tahun tersebut, apalagi kaum bangsawan/tuan tanah sangat diuntungkan dengan berlakunya sistim budak ini, yang mengherankan, viharapun punya budak juga, rupanya pendeta di Tibet ini lebih suka dilayani, ketimbang melayani umatnya, kita semua tahu seorang anak akan sangat dipengaruhi, oleh lingkungan dan orang-orang yang mengajarinya, kalau baik ikut baik, kalau jelek yah ikut jelek, yang pasti pada kurun waktu tersebut kehidupan para budak di Tibe,t bagaikan di neraka yang jauh dari kata DAMAI?????).

2) Barangkali kekejaman ini diwarisi dari agama Tibet kuno BON, dengan masuknya agama Buddha (Tahun 750), diharapkan secara bertahap sistim budak ini akan hilang, Kemudian sekte Kagyupa (setelah tahun 1042) menemukan Tulku system (sistim reinkarnasi lama), sampai Dalailama dari sekte Gelugpa (tahun 1407), selanjutnya sampai Dalailama 14, kepercayaan Tibet ini meyakini, bahwa Dalailama sudah berinkarnasi sebanyak 14 kali, kalau tiap dalailama hidup sekitar 50 tahun, maka berarti sudah 700 tahun, dalailama hidup dan berkarya di Tibet dengan cara reinkarnasi ini, kurun waktu 700 tahun bukan sebentar, akan tetapi sistim perbudakan tak hilang juga TANYA KENAPA?????

(KOMENTAR : Kalau dilihat dari kesucian dalailama yang berinkarnasi, hampir mustahil menyetujui perbudakan, namun barangkali dari sisi manusianya, dalam tiap periode dalailama yang berperan lebih dominan justru sisi manusianya, sehingga tak mampu melawan kepentingan kaum bangsawan dan tuan tanah, barangkali juga ini bagaining posisi untuk kekuasaan dan politik , ujung-ujungnya kepentingan Heaven dikalahkan oleh kepentingan Earth, pada tahun 1959 dalailama sudah berusia sekitar 25 tahun (pemuda dewasa), namun dia tetap tak bisa mandiri malah cenderung plin plan atau inkonsistensi, keputusan dalailama untuk mengangkat senjata sudah pasti dihasut oleh para penasehatnya juga, kalau saja dia bertahan di Tibet untuk berjuang melawan china komunis, mungkin tekanan untuk Tibet merdeka akan lebih efektif, resikonya dia sendiri akan hidup tertekan atau masuk penjara, namun pengikutnya akan aman-aman saja, keputusannya melarikan diri ke India meninggalkan pengikut setianya, membuat 1.5 Juta rakyat Tibet kehilangan nyawa dibantai oleh tentara China komunis, kalau saja dia tetap ditibet barangkali 1.5 Juta rakyat ini bisa diselamatkan, rupanya sisi Dalailama yang suci belum nampak saat itu, ada pendapat bahwa orang kalau saling bunuh di suatu peperangan, tidak termasuk dosa, karena pilihannya adalah membunuh atau dibunuh, namun demikian dosa itu, akan ditanggung oleh orang yang mencetuskan atau yang memerintahkan peperangan tersebut, mencetuskan peperangan dengan korban 1.5 juta Jiwa juga jauh dari kata Damai?????).

3) Dalam perdebatan diskusi keluar juga, bahwa budak itu memang sudah karmanya jadi budak, mau diapain lagi, OK hukum karma memang konsep di agama Buddha, dan itu nyata adanya, serta konsep karma ini nampaknya tak terlalu sederhana malah komplek juga, kalau hukum karma diapakai acuan, lalu kenapa kalau selama ini wilayah Tibet selalu menjadi bagiannya China, apa juga/barangkali sudah karmanya juga (mungkin), kan harusnya diterima saja, seperti nasib budak yang harus pasrah dengan status budaknya TANYA KENAPA?????

(KOMENTAR : Kalau sepanjang 700 tahun Tibet dibawah Dalailama dengan konsep karmanya, tetap tak bisa membebaskan bangsanya dari perbudakkan, China komunis yang ATHEIS, begitu datang tahun 1959, langsung membebaskan para budak tersebut dan karmanyapun langsung berubah, china komunis tak perlu tunggu waktu selama 700 tahun, MASAAAAA..... orang atheis bisa lebih manusiawi dibanding yang beragama?????, memang pada masa itu bangsawan dan tuan tanah (10%) merupakan musuh tradisionilnya komunis, habis deh disiksa dan dibunuh dengan telengas, pembersihan yang dilakukan china komunis mirip seperti kita dulu membersihan Indonesia dari unsur PKI, selain korban yang bener ada juga korban yang keliru (revolusi di negara manapun selalu berdarah-darah), sedangkan rakyat Tibet dari kelas mantan budak inilah (90%), yang diselamatkan, dididik dan dijadikan atheis juga, kelompok jenis ini yang mendominasi Tibet sekarang ini, tentara china komunis melakukan ini sudah barang tentu tak mengharapkan nobel perdamaian, dia cuma melakukan berdasarkan kemanusiaan, namun berbarengan dengan itu tentara ini juga, tak berperikemanusiaan terhadap pengikut dalailama (IRONIS), seperti pisau dapur?????).

4) Diantara pengikut Dalailama di pengasingan, ada juga kelompok yang mengikuti caranya Dorje Shugden (salah satu holyman di Tibet yang inkarnasi juga), cuma sejak dalailama 5, sudah terjadi perselisihan dengan kelompok ini, itu bararti sudah 300 tahun cekcok, sepuluh tahun lalu dalailama 14 mengeluarkan fatwa sesat untuk kelompok ini dan setelah itu kelompok inipun mendapat tekanan yang berat sampai hari ini TANYA KENAPA?????

(KOMENTAR : Perbedaan pemahaman dan tata cara suatu agama demikian beragam, dan itu terjadi hampir disemua agama, dan fatwa sesatnya dalailama 14, juga menimbulkan tindak kekerasan, pemukulan, penyerangan dan perusakkan, sampai penghancuran vihara dan patung dorje shugden, saking tertekannya kelompok dorje shugden ini, maka 10 tahun lalu, 300 biksu dari aliran ini demo di dharmasala memprotes kebijaksanaan dalailama 14, dan poster yang dibawa berbunyi dalailama stop lying, aliran ini sekarang udah go international dan punya website sendiri dengan nama yang sama, kekerasan terhadap kelompok inipun jauh dari kata damai?????).

KESIMPULAN :

Kriteria orang untuk mendapat hadiah nobel jadi rancu sekarang ini, jangan-jangan ini juga akal-akalan untuk kepentingan barat, dimana dalailama cuma jadi boneka anak-anakan, seharusnya orang seperti Mahatma Gandhi yang layak mendapat hadiah Nobel, ada dialog yang sangat menyentuh antara Gandhi, Nehru dan Ali Jinnah, dimana Gandhi menawarkan posisi PM India ke Ali, asal jangan pecah jadi pakistan, namun ini tak terjadi karena nehru ngotot soal dominasi mayoritas hindu, yang harus kita cermati, bagaiman Gandhi sebagai tokoh mayoritas yang sangat dihormati bisa rela memberikan jabatan PM ke kelompok minoritas, dengan resiko di benci rakyatnya, dia hanya memikirkan kesatuan India jangan sampai pecah, dan perpecahan itupun memakan korban banyak sekali dan senanglah barat (Inggris), dan anehnya diera sekarang ini di India penduduk yang Muslim tetap ada dan di Pakistanpun penduduknya yang Hindu ada juga, kalau sudah begini untuk apa dulu pecah, sekarang aja bisa hidup bersama dengan damai????

Untuk merealisir perdamaian memang juga tak perlu hadiah nobel, kalau kita tak memikiran hadiah dan tetap melakukan usaha perdamaian, hadiah yang kita dapat lebih tak ternilai, karena datanganya dari Langit.

Marilah kita ciptakan perdamaian di bumi Indonesia, dengan cara, kita harus bisa memaafkan diri kita dulu, baru kita bisa berdamai dengan diri kita sendiri, kemudian maafkan keluarga kita dan berdamai juga dengan keluarga sendiri, maafkan tetangga dan berdamailah dengan tetangga, demikian seterusnya dengan lingkungan. lintas etnis dan agama, kalau rasa memaafkan sudah melekat kata damai sudah dekat, terkadang jaman sekarang ini perbedaan pendapat yang tak prinsippun, menimbulkan caci maki, yang akhirnya hanya buang waktu dan energi saja, menurut salah satu cucu petinggi TNI yang dulu sering berbeda pendapat dengan Bung Karno diforum rapat, namun disore harinya Bung Karno sering ngajak minum kopi bareng dan mereka bergurau seperti tak ada masalah, rupanya perbedaan pendapat tak menjadikan perkawanan mereka rusak, karena cara menyampaikan beda pendapat itu dilakukan dengan santun, suasana seperti ini sudah langka sekarang, karena untuk berbeda pendapatpun orang sekarang gampang marah dan gampang memaki, apalagi mulai dilebarkan dengan masalah etnis dan agama, sangat jauh dari kata SANTUN.

Marilah kita rubah perilaku kita, dengan memaafkan dan berdamai dengan semua lapisan masyarakat Indonesia, supaya kita menjadi bangsa yang berwibawa dan disegani bangsa lain, BAGAIMANA KITA BISA DIHARGAI BANGSA LAIN, KALAU KITA SENDIRI TAK PERNAH BISA MENGHARGAI SESAMA ORANG INDONESIA.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: TANYA KENAPA 04 ?. Nobel Perdamaiannya Dalailama 14
« Reply #1 on: 10 May 2008, 02:34:42 PM »
Masuk akal juga...
Saya juga meragukan dalai lama tenzin gyatso...
Aneh tapi nyata...
Mengikatkan dengan Hukum kamma..
Semua kembali kepd kebijaksaannya sendiri kan pada saat itu???
Melawan/mati??
Masa seorg petinggi keagamaan tidak bisa memilih dan ragu???
Kedamaian di Tibet sudah sirna....
Keangungan Tibet sudah mulai luluh...
Kepercayaan Tibet sudah mulai luntur...
Apakah masih ada pencarian spritual yg menuju ke Tanah suci TIbet???
 _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...