Hubungan intim intinnya adalah meneruskan generasi, bukan untuk kenikmatan, jagan cari-cari alasan untuk "membenarkan" oral seks, saya rasa sudah jelas oral seks adalah demi kenikmatan semata dan berhubungan intim yang sudah tidak sesuai dengan tujuanya, yaitu meneruskan generasi baru. kalau oral seks bisa membuahkan generasi baru, itu lain cerita.
samanera, saya berbeda pendapat dengan anda. saya malah berpikir pendapat samanera di atas kurang tepat dan bisa menimbulkan supression dan pertentangan batin kepada umat yg percaya kepada anda. saya kawatir umat awam yg membaca tulisan anda menjadi "merasa bersalah" untuk menikmati seks dari pasangan sahnya yg ujung2nya akan mengganggu keharmonisan rumah tangganya...
Pertama, saya tidak punya umat di forum ini, dan sama sekali tak berniat mengumpulkan umat, ini serius...kalau mau mengumpulkan umat, lebih baik jadi anggota partai
Jangan memandang Sila itu suppresion, menjalankan Sila melihat intinya, ketika tidak mengerti Sila dan kita meng-encerkan Dharma yang diturunkan sejak ribuan tahun yang lalu.
menjelaskan sesuatu bukan untuk memberi tekanan atau supression kepada perumah tangga, ada menjelaskan sesuatu yg ingin mereka dengarkan, seperti anda boleh melakukan hubungan seksual dengan gaya apapun, di lubang manapun, sesuka hati, di waktu yg tidak tepat (contoh istri lagi hamil, lagi menstruari, lagi sakit dll). menjelaskan sesuatu perlu memberi tahu inti sesungguhnya, dan hubungan seksual memang pada intinya adalah keturuan, bukan untuk kenikmatan, walau byk yg menyatakan itu boleh dilakukan, dan sah-sah saja menikmati.
Menikmati seks memang kurang tepat, karena nafsu yang semakin besar, kita mulai perlu memperjelas urusan seperti ini, dan jangan hanya mau memberi jawaban yang "menyenangkan" pemirsa, apalagi urusan oral seks dan kaitannya dengan kultur indonesia (ini kita masih dlm topik oral seks).
Berhubungan seksual utk pemenuhan kebutuhan biologis, tentu saja silakan, ini alami bagi perumah tangga, yang kurang pantas menurut saya adalah pada "lubang" yang tidak tepat, yaitu "oral seks".
Dan semua orang tahu, seksual yang benar adalah menurunkan keturunan.....
Saya tidak bilang, bahwa umat perumah tangga tidak boleh menikmati seksual.........namun menikmati seksual juga perlu tatakrama yang sepantasnya menurut budaya, contoh oral seks, jangan samakan budaya barat dengan timur.
Kemudian, bagaimana kalau mereka bule2 yg menikmati oral seks, dan menurut budaya dan adat barat itu normal-normal saja?
bagi saya, saya tetap mengikuti budaya timur, jangan terlalu mengumbar nafsu, apalagi dengan oral seks, walaupun kultur budaya barat menyatakan itu suatu hal biasa, namun kita berhak utk tidak setuju dengan gaya mereka, karena kandungan di balik itu (yaitu kembali kepada lubang yang tidak tepat dan tidak bisa meneruskan keturunan dari oral seks).
Kalau suami-istri memang punya kebutuhan biologis, silakan melakukan hubungan intim sebagaimana mestinya, bukan urusan sah setiap kali menghasilkan keturunan, namun kuantitas yang masing2 anggap berbeda itu.
harmonisasi keluarga jangan diletakkan pada proses hubungan seksual, namun lebih tepat pada faktor2 lain, tentu saja lebih spiritual dan buddhistik, ini saran saja. karena kita berpatokan pada buddhis, tentu saja sebisa mungkin mengikuti jalur-jalur buddhis.
pemenuhan biologis seksual juga perlu di jaga (utk perumah tangga), dan untuk monastik sudah jelas, dari badan jasmani dan ucapan sudah harus dijaga dengan ketat, dan kemudian secara berkesinambungan utk melatih batinnya.
silakan beda pendapat, dan saling merenung,
bow and respect,