IMO, Dari yang saya baca di Samyuta Nikaya 22:59 , mengenai Anatta-lakkhana Sutta, memang isi utamanya adalah mengenai Anatta. Sang Buddha mengawalinya dengan: "Para bhikkhu, rupa adalah Anatta .........Para bhikkhu, perasaan adalah Anatta.......pencerapan adalah Anatta.......dst " Kemudian Sang Buddha menjabarkan kenapa Anatta dengan menjelaskan Anicca dan Dukkha yang memang berkaitan dengan Anatta.
hmm, mulai ada yang nyambung.
Ini yang kami mangsudkan, ada 3 pendekatan Ti Lakhana (Anicca, dukkha & anattha) yang gunakan untuk panca khanda (
1. Rupa = Bentuk, tubuh, badan jasmani.
2. Viññana = Kesadaran.
3. Sañña = Pencerapan.
4. Sankhära = Pikiran, bentuk-bentuk mental
5. Vedanä = Perasaan.)
nah dari 3 Ti Lakhana, kenapa hanya Anatta yang menjadi judul sutta, bukan 2 hal yang lain ?
Ini cuplikannya:
...
"O para Bhikkhu, bagaimakah pandangan kalian terhadap jasmani ini (Rupa), apakah tubuh jasmani ini kekal (nicca), atau tidak kekal (anicca)? "
"Tidak kekal, Bhante," jawab para bhikkhu.
"Apakah sesuatu yang tidak kekal itu kebahagiaan (sukha) atau penderitaan (dukkha)?"
"Penderitaan , Bhante."
"Sekarang, sesuatu yang tidak kekal, penderitaan dan senantiasa berubah itu, apakah patut dipandang, 'Ini milikku. Ini Aku. Ini diriku?"
"Tidak patut, Bhante."
"O para Bhikkhu, bagaimakah pandangan kalian terhadap perasaan ini (Vedanä), apakah perasaan ini kekal (nicca), atau tidak kekal (anicca)? "
"Tidak kekal, Bhante," jawab para bhikkhu.
"Apakah sesuatu yang tidak kekal itu kebahagiaan (sukha) atau penderitaan (dukkha)?"
"Penderitaan , Bhante."
"Sekarang, sesuatu yang tidak kekal, penderitaan dan senantiasa berubah itu, apakah patut dipandang, 'Ini milikku. Ini Aku. Ini diriku?"
"Tidak patut, Bhante."
"O para Bhikkhu, bagaimakah pandangan kalian terhadap pengertian ini (Sañña), apakah perasaan ini kekal (nicca), atau tidak kekal (anicca)? "
"Tidak kekal, Bhante," jawab para bhikkhu.
"Apakah sesuatu yang tidak kekal itu kebahagiaan (sukha) atau penderitaan (dukkha)?"
"Penderitaan , Bhante."
"Sekarang, sesuatu yang tidak kekal, penderitaan dan senantiasa berubah itu, apakah patut dipandang, 'Ini milikku. Ini Aku. Ini diriku?"
"Tidak patut, Bhante."
"O para Bhikkhu, bagaimakah pandangan kalian terhadap bentuk bentuk pikiran ini (Sankhära), apakah perasaan ini kekal (nicca), atau tidak kekal (anicca)? "
"Tidak kekal, Bhante," jawab para bhikkhu.
"Apakah sesuatu yang tidak kekal itu kebahagiaan (sukha) atau penderitaan (dukkha)?"
"Penderitaan , Bhante."
"Sekarang, sesuatu yang tidak kekal, penderitaan dan senantiasa berubah itu, apakah patut dipandang, 'Ini milikku. Ini Aku. Ini diriku?"
"Tidak patut, Bhante."
"O para Bhikkhu, bagaimakah pandangan kalian terhadap kesadaran indra ini (Viññana), apakah perasaan ini kekal (nicca), atau tidak kekal (anicca)? "
"Tidak kekal, Bhante," jawab para bhikkhu.
"Apakah sesuatu yang tidak kekal itu kebahagiaan (sukha) atau penderitaan (dukkha)?"
"Penderitaan , Bhante."
"Sekarang, sesuatu yang tidak kekal, penderitaan dan senantiasa berubah itu, apakah patut dipandang, 'Ini milikku. Ini Aku. Ini diriku?"
"Tidak patut, Bhante."
...
dicuplik dari Buku biru STI (Paritta Suci)
hal 161 - 163, bagian dari Anattalakhana Sutta (Sutta Tentang Sifat Bukan Diri)