tiap agama menghadapi dilema didalam pengertian terhadap ajaran agama masing masing dengan beragam sekte yang ada, demikian pula dengan yang terjadi pada Buddhism.
yang terjadi pada Buddhism adalah perbedaan interpretasi saja sebenarnya
didalam Buddhism Mahayana memiliki banyak kata khiasan atau
pendekatan dengan perumpamaan,
seperti untuk masalah Avalokitesvara.
hal ini hanyalah pendekatan pribadi kepada Buddhism dan Sang Buddha itu sendiri.
karena Buddha memiliki sifat Kasih Sayang, yang Melihat dunia dengan Kasih Sayang
maka kitapun harus bijak didalam menanggapi hal ini.
misalnya apa yang ditulis dalam Maha Karuna Dharani
sebenarnya itu hanya lah penggambaran sifat ke-Buddha-an
umat Mahayana pada awalnya mengulang pembacaan itu
sebagai pengingat bahwa Buddha Maha Sempurna dan penuh dengan Kasih Sayang,
singkatnya sebagai sebuah perenungan Buddhanusati.
http://buddhistscript.blogspot.com/2011/10/maha-karunika-citta-sutra.htmldalam hal Avalokitesvara pun istilah ini berarti
sebagai Makluk luar biasa yang memandang Dunia [observe the world]
yang dimaksud adalah Buddha.
Lord Buddha juga setiap hari Observe dunia bukan?
dengan kasih sayangnya memandang dunia,
mengecek dunia siapa yang bisa ditolong dan membawa banyak manfaat bagi dunia juga?
hehe
sedangkan istilah Boddhisatva yang dipakai oleh
merujuk kepada
Bodhi = sadar / enlightened
Satva = being.
dan seorang Buddha adalah pasti pria.
dan penggambaran di kitab Buddha edukasi Mahayana sendiri
Avalokitesvara itu terciri cirikan seorang Pria.
cuma orang Chinese lah yang suka merubah2 dan
menganggap Beliau adalah wanita.
buat saya gak masalah, itu kan hanya kecocokan kasat mata
atau secara mata fisik kita aja yang melihat.
tapi semua penembusan Dhamma harus melampaui
kelebihan bentuk ataupun fisik sehingga tak tergoyahkan oleh
Dosa, lobha dan moha.
karena harus diakui Mahayana edukasi
penuh dengan masuknya budaya bahasa setempat.
budaya itu meliputi cara kebiasaan orang berpikir dari
tiap daerah yang berbeda.
maka itu perdebatan terjadi disini
terjadi karena interpretasi saja.
tapi kalao dikaji ulang kita akan temukan titik kesamaannya.
kita sebagai umat Buddha harusnya lebih bisa berpositif thinking aja
moga aja yang lebih bijaksana disini bisa lebih mengambil titik tengah
dan pencerahan nya buat kita umat Buddha,
agar semuanya jangan terkecoh atas masalah doktrin dan interpretasi saja.
berkali kali saya tidak setuju dengan pandangan bbrp hal tapi
sy baca ulang akan sifat2 Buddha, saya baca ulang kitab Jataka dan beberapa sutta
untuk melakukan perbandingan apakah yang ada didalam penggambaran Avalokitesvara itu
sama dengan yang tertuliskan untuk melukiskan sifat Ke Buddha an
kesamaan itu ada, terutama apa yang tertulis pada Maha Karuna Dharani [Nilakhanta Sutra].
mari kita berdiskusi dalam kedamaian.
sabbe satta bhavantu sukhitata