catatan tambahan:
awalnya (sejak SD) saya menyukai musik (apapun itu: pop indonesia, pop rock).
SD: "Heli guk-guk-guk', 'Mama lihatlah kodok melompat'... (sampai sekarang sy masih ada MP3 nya..)
SMP: "Singkong dan Keju", "Madu dan Racun", Bukit Berbunga
SMA: mulai suka lagu2 barat: A-ha, Duran-Duran, Alphaville, lalu beranjak ke Guns N Roses, Motley Crue (ini sudah mulai Rock/Metal, sudah mulai mendapat penerangan
)..
Kuliah: (selera musik semakin 'murni'): Metallica, Kreator, Slayer (ini thrash and speed metal)
Tamat kuliah: (hampir mencapai 'pencerahan'): Immortal, Dimmu Borgir, Morbid Angel, dstnya (ini aliran Death/Black Metal, yg memang sulit untuk dibilang 'menikmati')...
Jangan salah, bahwa menyukai lagu2 metal ini hati akan keras, buktinya pd saat ini sy juga menyukai musik2 new-age semacam: Kitaro, Sojiro, Enya, Elbosco (lagu Nirvana-nya paling terkenal), Karunesh, dsbnya...
Cuman, satu yg ga pernah sy suka, yaitu lagu2 melo kayak: hati yg luka, dsbnya...
Pas kenal Dhamma, selera musik otomatis drop, nggak terlalu sering lagi mendengar lagu, juga headphone ga pernah lagi nempel di telinga, cuman sekali2 aja, pas jalan jauh keluar kota atau kerja seharian terlalu penuh, sorenya refresh sedikit dengan memutar lagu2 metal kenangan untuk mengendorkan syaraf.
::