//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pembuktian Kesalahan Konsep Tuhan dan Monotheisme, oleh Nagarjuna  (Read 3366 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Pembuktian Kesalahan Konsep Tuhan dan Monotheisme

Oleh: Nagarjuna



[Seperti yang diakui oleh beberapa orang bahwa] terdapat Tuhan, yang merupakan pencipta [dunia]. Marilah hal ini dibahas dengan kritis [oleh kita].
Pencipta adalah seseorang yang menciptakan. Seseorang yang melakukan suatu tindakan [tertentu] disebut sebagai pencipta [dalam kaitannya dengan tindakan tersebut].

Dalam persoalan ini, kita sangkal [sebagai berikut].

Ia bisa menciptakan sesuatu yang kita ketahui sebagai yang-semula-ada (siddha) atau apa yang kita kenal sebagai yang-tidak-ada (a-siddha).
Pertama, mungkin dikatakan di sini bahwa ia tidak bisa menjadi pencipta sesuatu yang kita ketahui sebagai yang-semula-ada, karena konsep pencipta tidak bisa diterapkan pada obyek yang demikian. Sebagai contoh, kita tahu bahwa manusia sejak semula ada. Menciptakannya lagi tidak bisa disebut sebagai tindakan menciptakan; karena keberadaan telah muncul sebelumnya [yaitu sebelum ia dianggap sebagai ciptaan Tuhan].

Namun mungkin juga dikatakan bahwa Tuhan menciptakan sesuatu yang [saat ini] diketahui bagi kita sebagai yang-tidak-ada. [Terhadap hal ini kita menjawabnya sebagai berikut]; Andaikan ia juga menciptakan obyek-obyek ini : minyak [diperas] keluar dari pasir, yang kita ketahui sebagai yang-tidak-ada; bulu domba pada seekor kura-kura, yang kita ketahui sebagai yang-tidak-ada. [Andaikan Tuhan juga menciptakan semuanya]. Namun ia tidak memiliki kekuasaan untuk menciptakan obyek-obyek ini. Mengapa? Karena hal ini diketahui oleh kita sebagai yang-tidak-ada, dan ia [Tuhan] juga serupa [ yaitu Tuhan juga yang-tidak-ada].

Sekarang [mungkin dikatakan bahwa ] ia membuat yang-tidak-ada menjadi ada [yakni Tuhan menciptakan obyek yang sebelumnya tidak ada menjadi ada sebagai hasil dari penciptaan ketuhanan tersebut]. Namun hal ini juga tidak mungkin, dikarenakan oleh kesaling-kontradiksian [yaitu karena yang sejak semula ada dan yang tidak-ada adalah konsep yang bersifat eksklusif satu sama lain]. Sesuatu yang ada adalah yang-semula-ada [dan tidak peristiwa apapun yang sejak semula ada bisa menjadi tidak-ada]. Dan yang-tidak-ada tidak pernah jadi yang lain kecuali tidak ada. [Dengan demikian, tidak ada peristiwa di mana menjadi tak-ada bisa menjadi yang semula ada]. Demikianlah, di antara kedua Konsep ini, terdapat kesaling-kontradiksian yang tak terelakan,—seperti cahaya dan kegelapan, antara hidup dan mati. Pada faktanya, di mana terdapat cahaya tidak ada kegelapan dan di mana terdapat kegelapan tidak ada kejadian terdapat cahaya. Siapa yang hidup, adalah yang hidup [dan tidak mati] dan siapa yang mati, adalah mati [dan tidak hidup]. Oleh sebab itu, karena tidak ada kesatuan antara yang -ada dan yang-tidak-ada, tidak ada kejadian di mana Tuhan bisa menjadi pencipta [bagi yang-ada dari kondisi yang-tidak-ada].

Di samping, terdapat beberapa sangkalan lanjut.

Apakah sang pencipta, yang menciptakan sesuatu di luar dirinya, menciptakannya dengan keberadaan dirinya sendiri dilahirkan atau tidak-dilahirkan?
Ia tidak bisa menciptakan sesuatu di luar dirinya jika dirinya tidak-dilahirkan. Mengapa? Karena ia sendiri sesuatu yang tidak-dilahirkan, seperti ‘anak seorang perempuan mandul’, yang tidak-dilahirkan, tidak bisa melakukan kegiatan seperti menggali tanah. Tuhan juga berada dalam posisi demikian [Jika dirinya tidak-dilahirkan, ia tidak bisa menciptakan sesuatu di luar dirinya].

[Sekarang, kita akan menganalisis sisi lain]. Ia menciptakan benda-benda di luar dirinya setelah ia sendiri dilahirkan. Namun dari mana ia dilahirkan? Apakah ia dilahirkan oleh dirinya sendiri atau oleh sesuatu yang lain atau dari keduanya [yaitu baik dari dirinya dan sesuatu di luar dirinya] ?

Mempertimbangkan yang pertama dari pilihan-pilihan ini, perlu untuk dicermati bahwa ia bisa lahir dari dirinya sendiri, dikarenakan tindakan seseorang tidak bisa menghasilkan dirinya sendiri. Sisi tajam sebuah pedang, bagaimanapun tajamnya ia, tidak bisa memotong dirinya sendiri. Bahkan penari yang paling ahli, bagaimanapun terampilnya ia, tidak bisa menari dengan berdiri di atas pundaknya sendiri. Di samping itu, tidak pernah ditemukan bahwa satu obyek yang sama merupakan yang-dihasilkan (janya) sekaligus penghasil (janaka). Seseorang, yang dirinya merupakan ayah juga anak sekaligus—pemahaman demikian sangat asing dalam wacana umum.

Sekarang mari kita berandai bahwa Tuhan berasal dari sesuatu yang lain. Namun hal ini tidak bisa diandaikan, karena ketiadaan Tuhan di sini akan juga menjadi ketiadaan segala sesuatu yang lain.

Namun [mungkin] ia berasal [dari sesuatu tidak secara langsung namun] melalui sejumlah faktor turunan (päramparya). Kendati demikian, pada kasus tersebut kita akan memiliki jumlah faktor yang tak terbatas tergantung pada sesuatu yang lain karena Tuhan, menurut sifat dasarnya, tidak memilik asal usul (anädi). Namun jika sesuatu benar-benar ada dan tanpa awal mula, kita tidak bisa menganggap bahwa ia akan memiliki keberlangsungan ["Di mana tidak ada asal mula, ketidakhadiran asal mulanya merupakan sangkalan akan akhirnya. "]. Ketika tidak ada bibit, hasilnya adalah ketidakhadiran akar, batang, cabang, daun, bunga, buah dan lain-lainnya. Mengapa? Karena ketidakhadiran bibit itu sendiri. [Tepatnya, dengan cara yang sama, jika Tuhan tidak memiliki permulaan, ia juga tidak-ada]

Tidak juga  [ia dilahirkan] oleh keduanya [dirinya sendiri dan sesuatu yang lain]. Karena anggapan demikian akan mengalami kedua bentuk [yakni kedua kesalahan yang terjadi pada kedua alternatif yang pertama].

Dengan demikian, kita tidak bisa menyimpulkan bahwa pencipta dunia sebagai sesuatu yang ada.

Sumber terjemahan  :  Chattopadhyaya, D (ed.) (1969) Soviet Indology Series No. 2:  Papers of Th. Stcherbatsky. Calcutta: Indian Studies : Past and Present. Hal. 8-10
Judul asli              :  Isvara-kartrtva-niräkrtih^ näma guroh padämvujam natvä vajrasattvam ca bhaktitah /su§isya-prativodhärtham kfpayä likhyate   
                                mayä//(Penolakan Pandangan Tuhan Sebagai Pencipta Dunia dan Pandangan Visnu sebagai satu-satunya pencipta seluruh dunia.)

Penterjemah          :  Tonny



Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Xan To

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 481
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Pembuktian Kesalahan Konsep Tuhan dan Monotheisme, oleh Nagarjuna
« Reply #1 on: 21 January 2009, 11:31:45 AM »
masih kurang mengena argumentnya :P
« Last Edit: 21 January 2009, 11:36:09 AM by Xan To »