“Para Bhikkhu, pada suatu masa yang lampau, setelah berlangsungnya suatu masa yang lama sekali, ‘Bumi ini belum ada’. Ketika itu umumnya makhluk makhluk hidup di alam dewa Abhassara, disitu mereka hidup ditunjang oleh kekuatan pikiran, diliputi kegiuran, dengan tubuh yang bercahaya dan melayang-layang di angkasa hidup diliputi kemegahan, mereka hidup demikian dalam masa yang lama sekali.
Demikian pada suatu waktu yang lampau ketika berakhirnya suatu masa yang lama sekali, bumi ini mulai berevolusi dalam pembentukan, ketika hal ini terjadi alam Brahma kelihatan dan masih kosong. Ada makhluk dari alam dewa Abhassara yang masa hidupnya atau pahala karma baiknya untuk hidup di alam itu telah habis, ia meninggal dari alam Abhassara itu dan terlahir kembali di alam Brahma.
Disini ia hidup ditunjang oleh kekuatan pikirannya, diliputi kegiuran, dengan tubuh yang bercahaya dan melayang-layang di angkasa, hidup diliputi kemegahan, ia hidup demikian dalam masa yang lama sekali. Karena terlalu lama ia hidup sendirian disitu, maka dalam dirinya muncullah rasa ketidakpuasan, juga muncul suatu keinginan, ‘O semoga ada makhluk lain yang datang dan hidup bersama saya disini!’. Pada saat itu ada makhluk lain yang disebabkan oleh masa usianya atau pahala karma baiknya telah habis, mereka meninggal di alam Abhassara dan terlahir kembali di alam Brahma sebagai pengikutnya, tetapi dalam banyak hal sama dengan dia.
Para Bhikkhu, berdasarkan itu, makhluk pertama yang terlahir di alam Brahma berpendapat: “Saya Brahma, Maha Brahma, Maha Agung, Maha Kuasa.
Maha tahu, Penguasa, Tuan dari semua, Pembuat, Pencipta, Maha Tinggi, Penentu tempat bagi semua makhluk, asal mula kehidupan, Bapa dari yang telah ada dan yang akan ada. Semua makhluk ini adalah ciptaanku”. Mengapa demikian? Baru saja berpikir, semoga mereka datang’ dan berdasarkan keinginanku itu maka makhluk-makhluk itu muncul. Makhluk makhluk itupun berpikir ‘Dia Brahma, Maha Brahma, Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Tinggi, Penentu tempat bagi semua makhluk, asal mula kehidupan, Bapa dari yang telah ada dan yang akan ada. Kita semua adalah ciptaannya. Mengapa?, sebab, setahu kita, dialah yang lebih dahulu berada disini, sedangkan kita muncul sesudahnya.
Para Bhikkhu, dalam hal ini makhluk pertama yang berada disitu memiliki usia yang panjang, lebih mulia, lebih berkuasa dari pada makhluk-makhluk yang datang sesudahnya.
Para Bhikkhu, selanjutnya ada beberapa makhluk yang meninggal di alam tersebut dan terlahir kembali di bumi. Setelah berada di bumi ia meninggalkan kehidupan berumah tangga dan menjadi pertapa. Karena hidup sebagai pertapa, maka dengan bersemangat, tekad, waspada, dan kesungguhan bermeditasi, pikirannya terpusat, batinnya menjadi tenang dan memiliki kemampuan untuk mengingat kembali SATU kehidupan yang lampau. Tetapi tidak lebih dari itu. Mereka berkata “Dia Brahma, Maha Brahma, Maha Agung, Maha Kuasa, Penguasa, Tuan dari semua, Pembuat, Pencipta, Maha Tinggi, Penentu tempat bagi semua makhluk, asal mula kehidupan, Bapa dari yang telah ada dan yang akan ada. Dialah yang menciptakan kami, ia tetap kekal keadaannya tidak berubah. Ia akan tetap kekal selamanya, tetapi kami yang diciptakannya dan datang kesini adalah tidak kekal, berubah dan memiliki usia yang terbatas.
Dengan mengikuti uraian tentang Maha Brahma dengan segala sifat yang dimilikinya, kita mengerti bahwa wajar dan tepatlah tindakan Sang Buddha menolak paham Maha Brahma ini sebagai Tuhan Pencipta.