Bukti-bukti Positif ;
Selama berabad-abad, para Filsuf dan orang Suci mengajukan berbagai-bagai petunjuk tentang keberadaan Tuhan. Sebagian orang menyebutnya "bukti atau argumen" (dalih). Mungkin yang paling terkenal adalah yang berasal dari St Thomas Aquinas, dan biasanya disebut sebagai "Lima Cara" atau "Lima Jalan".
dari sekian lama ngalor ngidul, ini baru bahan diskusi yg berguna
Cara yang ditempuh ;
Thomas mengawali ke Lima Cara nya dengan "argumen gerakan". Kita juga dapat menyebutnya argumen dari "perubahan" atau "perkembangan". Mulainya dari suatu fakta sederhana segala sesuatu di dunia yang kita alami dan kita ketahui mengalami perubahan, bergerak dari potensi menjadi nyata. Segala sesuatu bergerak atau berubah. Namun, tak ada yang bergerak atau berubah sendiri. Semua yang bergerak pasti digerakan oleh sesuatu yang sudah bergerak. Namun, rangkaian pengerak itu tidak bisa dirunut mundur sampai tak terhingga. Pasti ada sesuatu permulaan yang tidak bergerak. Pengerak pertama (Prime Mover) yang tidak bergerak itu di sebut Thomas adalah Tuhan.
hmmm... argumen ini memang menarik, tetapi sayangnya Thomas tdk melihat secara keseluruhan dari apa yang disebut "argumen gerakan" tersebut, dilihat dari kedua argumen thomas sendiri yang di bold, malah kontradiksi. bagaimana mungkin sebuah penggerak tidak digerakkan oleh yang lain.
kalaupun misal objek Tuhan ini sebagai penggerak, pastilah Tuhan ini juga digerakkan oleh yang lain, karena dalam argumen disebutkan
Semua yang bergerak pasti digerakan oleh sesuatu yang sudah bergeraklalu dalam statement ke dua tentang Objek Tuhan yang
Tidak Bergerak hal ini menurut saya tidak mungkin, dalam menggerakan hal lain, ada suatu perpindahan energi, dimana perpindahan energi tersebut dapat disebut "gerak", jadi nonsense sesuatu yg menggerakan itu tidak bergerak.
Cara Thomas yang kedua ; argumen penyebab efisien. Argumen ini sama dengan argumen yang pertama. Mulanya dengan memerhatikan bahwa setiap Akibat punya suatu Sebab. Namun, rangkaian sebab-akibat tidak dapat melampaui rangkaian gerak dalam hal ketidak-terhinggaannya. Namun, setiap Sebab dalam rangkaian itu tidak dapat dianggap sebagai permulaan yang paling ujung ; sebab, jika kita menyangkal adanya Akibat yang sekaligus Sebab, kita menihilkan seluruh rangkaian Akibat itu. Kita tidak dapat mundur Tak Terhingga merunut Sebab-Sebab, kita harus menempatkan suatu Argumen dasar tentang Sebab Pertama yang Tidak Ada Penyebabnya lagi, dan Sebab Pertama itu adalah Tuhan.
hal ini sama saja seperti diatas, Thomas memikirkan sesuatu yg tdk bisa dipikirkan namun membulatkannya, tanpa dasar yang jelas. hal ini seperti merangkum tanpa kerangka.
seperti halnya 1/0 yg hasilnya tdk terjangkau, Thomas berusaha menyimpulkannya menjadi kalimat sederhana yang tdk berdasar.
Cara yang Ketiga berdasarkan 1. Kemungkinan dan Keniscayaan. Kita memperhatikan semua hal berubah. Keberadaannya berasal dari suatu yang lain. Semua yang kita lihat di dunia ini tidak muncul tiba-tiba dari ketiadaan, melainkan berasal dari sesuatu Yang Lain, terkait dengan keberadaan sesuatu yang lain itu. Dan sekali lagi, 2. rantai asal muasal yang tak terhingga adalah Tak Terpikirkan, absurd. Tidaklah cukup menyatakan suatu rangkaian keberadaan, yang masing-masing dan semuanya, membutuhkan adanya suatu Sebab. Jika keberadaan-keberadaan bersifat bergantung pada yang lain, 3. maka harus ada keberadaan terakhir yanf Tidak Berubah dan Tidak Bergantung pada Yang Lain, namun, niscaya -berada dalam dan dari dirinya sendiri. Dan Keniscayan itu kita sebut Tuhan.
1. dilihat lagi itu adalah kemungkinan, dari situ saja saya sudah dapat memprediksi kalimat selanjutnya tidak dapat dijadikan pegangan
2. nah disinilah lucunya Thomas dia mengajukan statement awal, lalu............
3 dilihat disinilah yg saya sebut tanpa dasar menyimpulkan, dilihat dari kata awal "maka". darimana buktinya kalau "begini" maka "begitu". kenapa "maka" seperti itu
Cara keempat berkenan dengan "derajat kesempurnaan", St Thomas memerhatikan bahwa kita semua menilai segala sesuatu punya tingkatan kesempurnaan lebih atau kurang dari yang lain. Kita mengatakan sesuatu Lebih Benar atau Kurang Benar, Lebih Bagus atau Kurang Bagus, dan sebagainya. Pengukuran semacam itu mengandaikan adanya suatu ukuran standard (baku) yang mutlak. Suatu pita pengukur tentu menunjukan jarak diantara kedua ujung. Kadarnya mungkin dalam inchi(atau sentimeter),kaki, atau meter, atau mil (kilometer) di cantumkan pada pita itu berkaitan dengan standar yang mutlak atau konstan(tetap). Ini berlaku untuk segala kualitas. Namun, pasti ada semacam Standard yang Sempurna yang merupakan dasar pengukuran segala kualitas itu, Dan kepenuhan segala kesempurnaan itu kita sebut Tuhan.
Lihat, harap simak dulu ketiga argumen sebelumnya thomas, bahwa sebenarnya sesuatu akibat diakibatkan sebab, dan tidak berujung. dan juga pengerak pastilah digerakkan, dan tidak ada satupun yang bergerak itu tdk disebabkan penggerak, maka itu mana mungkin ada suatu yg penuh dalam kesempurnaan tersebut, jadi kalimat tuk argumen keempat ini hanyalah permainan kata2 semata. dan bohong besar.
Cara yang Kelima, adalah "argumen rancangan" atau "finalitas"
Cara Kelima ini. Bagi Charles Darwin dan Thomas, alam mengikuti hukum besi tertentu dan mengejar tujuan tertentu dalam tatanan yang teratur dan dapat diramalkan. Sekalipun dalam Darwinisme alam mengikuti suatu proses seleksi ; yang terkuat akan bertahan. Semuanya ini menyiratkan adanya tujuan, tatanan, standar dan akhir.
Pencipta itu Tuhan
untuk yang kelima ini sama saja dengan argumen sebelumnya, tidak mempunyai dasar yang jelas. dan penyimpulannya terlalu cepat tanpa memikirkan matang2 terlebih dahulu
KesimpulanSaat saya melihat bagaimana barisan kalimat dibuat, bagaimana anda menguraikannya dan susunan kalimatnya, saya melihatnya hanyalah sebagai "pembenaran"
bukan sebagai "kebenaran"
dan dari kalimat yg ilmiah Thomas berputar2, lalu pada kesimpulan akhir dia menyimpulkan sesuai egonya sendiri, sama halnya saya membuat kalimat seperti berikut
"1+1=2, 5 adalah bilangan ganjil, maka hatRed adalah malaikat"
dan juga pada kesimpulan-kesimpulan akhir yang notabene menyatakan "itulah Tuhan" bisa saja saya ganti "itulah Setan" atau "itulah hatRed".
dasar2 yg diberikan saja gak nyambung dengan point2 dari Tuhan yg menyebabkan dia menjadi kesimpulan2 tersebut
sabda hatRed :
"Pembenaran akan melihat segalanya sebagai sesuatu yang benar, bilalah begitu, wahai Ananda bagaimana mungkin Kebenaran dapat diperoleh tanpa adanya Kesalahan"