HARI itu, saya berjalan kaki dengan penuh ketekunan. Berjalan kaki adalah meditasi jalan, saya memperhatikan langkah kaki sendiri. kaki kanan dan kaki kiri selangkah demi saelangkah, cara mengangkat kaki, meletakkan kaki. Itu berarti melangkah kian maju. Saya melalui konsentrasi ini memasuki samadhi, dengan cara ini dapat pula memperoleh samadhi balam.
Dalam hal belajar mengamati langkah sendiri, menaruh sepenuh hati pada gerakan tubuh yang berkesinambungan saat berjalan,dalam pikiran hanya ada aku sedang berjalan. Ini pun dapat memasuki samadhi.
Hari itu matahari sangat terik, suhu udara sangat tinggi,keringat saya bercucuran,seluruh badan basah kuyup, baik di kepala, ketiak maupun punggung, bahkan kaki pun berkeringat.
Pakaian menempel pada badan, saya terus melangkah. Pakaian yang telah kering kembali basah, sudah basah kembali kering, tampak butiran garam yang berwarna putih melekat dipermukaan baju.
Ketika itulah, semerbak harum memuai di udara, bagai aroma bunga seperti pula wangi cendana, rasanya bukan kedua-duanya, namun wangi yang sangat agung dan luar biasa.
Wewangian itu mengelilingi saya. Angin sejuk sepoi-sepoi membuai di kepala,di tubuh dalam sekejap terasa amat segar dan nyaman, udara panas segera lenyap, tubuh menjadi sejuk dan nyaman.
Sekonyong-konyong saya mengangkat kepala,rupanya Buddha Prabhasadhu tiba. Saya bertanya pada Buddha Prabhasadhu," Mengapa begitu anda tiba, semerbak harum dan udara segar menghantarkan kenyamanan dan kebahagiaan? Sungguh luar biasa."
Buddha Prabhasadhu menjawab," Seorang yang telah mencapai kesempurnaan agung, pancaran hati mulia iytu mencakupi langit, bumi dan sulit diungkapkan." Apakah kebanyakan sadhaka dapat merasakan pancaran hati mulia ini ?"
Buddha Prabhasadhu menjawab, " Banyak sadhaka menggunakan panca indra serta pikirannya pada materi duniawi melulu, orang-orang macam ini tidak dapat, bahkan seumur hidup pun tidak mengetahui adanya pancaran cahaya mulia Buddha."
"Cukup banyakkah sadhaka yang dapat merasakan getaran ?" Kebanyakan tidak dapat, sebab mereka sembrono, kurang memperhatikan, walaupun mereka belajar meditasi, tetapi tidak sungguh-sungguh mendalami, tidak sepenuh hati dan tidak konsistensi. Sangat disesalkan bahkan mereka tidak percaya pada sentuhan batin ini."
"Dapatkah membantu mereka ?"Ini masalah smrti, hanya melalui kekuatan smrtilah dapat mengalami sentuhan spiritual, seperti halnya kemampuan melihat alam halus, kemampuan mendengar suara jauh, kemampuan membaca pikiran orang, kemampuan mengingat kelahiran lampau, semua ini hal yang amat unik.
Bagi orang yang smrtinya kasar, dalam seumur hidup pun tidak mampu melihat dan merasakan hal spritual, kiranya Buddha tidak dapat membantunya." Saya bertanya, " Mengapa Saya mampu setiap saat merasakannya?"
"Dalam sekian banyak sadhaka, anada termasuk yang langka. Belum pernahkah anda mendengar bahwa hanya sesama Buddha yang dapat mengetahuinya?"Jawab Buddha Prabhasadhu, Apa yang anda ketahui tentang saya?". Tiada nafsu, tiada derita, sunya". Saya bertanya," Hari ini saya telah banyak berkeringat, berbau badan, apakah anda tidak merasa jijik ?"
Buddha Prabhasadhu menjawab"Buddha Sakyamuni berkata bahwa dunia saha adalah dunia yang penuh dengan kekotoran panca kasayah, cukup memuakkan. Tetapi, keharuman yang terpancar dari batin anda, tak mampu terpolusi oleh kekotoran duniawi, para Buddha Bodhisattva ataupun para dewa dan mahluk halus berkenan berada di sekeliling anda."Saya bertanya," apakah mahluk halus mampu melihat Buddha?". Mahluk halus tidak mampu melihat Buddha, walaupun sama-sama tergolong dalam alam halus, namun alam halus terbagi dalam tingkat yang berbeda, ibarat dunia semut dan manusia."
Buddha Prabhasadhu memberitahukan saya," Apabila seseorang tidak beribadah, batinnya senantiasa kasar, tak bedanya dengan semut, dari lahir hingga mati, hanya makan, tidur, kerja namun beda dengan orang yang beribadah, mampu melihat keseluruhan hidup yang hakiki, memasuki alam yang terang tanpa derita, memperoleh prajna yang kekal, mencapai sidhi yang sempurna."
Sumber :
(Tulisan MV Lian Sheng)