Kemudian Gotamid, Pajāpati yang Agung menghadap Sang Bhagavā; setelah mendekat, setelah menyapa Sang Bhagavā, ia berdiri dalam jarak selayaknya. Setelah berdiri dalam jarak selayaknya, Gotamid, Pajāpati yang Agung berkata kepada Sang Bhagavā sebagai berikut:
“Sekarang, aturan perilaku bagaimanakah, Yang Mulia, yang harus kuturuti sehubungan dengan [250] para perempuan Sakya ini?” Kemudian Sang Bhagavā, memberikan kegembiraan, kegirangan, membangkitkan semangat, memberikan kesenangan kepada Gotamid, Pajāpati yang Agung dengan khotbah dhamma. Kemudian Gotamid, Pajāpati yang Agung, merasa gembira … senang oleh khotbah dhamma yang dibabarkan oleh Sang Bhagavā, setelah berpamitan dari Sang Bhagavā, pergi dengan Beliau tetap di sisi kanannya. Kemudian Sang Bhagavā pada kesempatan ini, setelah membabarkan khotbah, berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut:
“Para bhikkhu, Aku mengizinkan para bhikkhunī ditahbiskan oleh para bhikkhu.” ||1||
Kemudian para bhikkhunī ini berkata kepada Gotamid, Pajāpati yang Agung sebagai berikut: “Nyonya ini tidak ditahbiskan, kita juga tidak ditahbiskan, karena telah ditetapkan oleh Sang Bhagavā bahwa: para bhikkhunī harus ditahbiskan oleh para bhikkhu.”
Kemudian Gotamid, Pajāpati yang Agung mendatangi Yang Mulia Ānanda; setelah mendekat, setelah menyapa Yang Mulia Ānanda, ia berdiri dalam jarak selayaknya. Setelah berdiri dalam jarak selayaknya, Gotamid, Pajāpati yang Agung berkata kepada Yang Mulia Ānanda sebagai berikut: “Yang Mulia Ānanda, para bhikkhunī ini berkata kepadaku sebagai berikut: ‘Nyonya ini tidak ditahbiskan, kita juga tidak ditahbiskan, karena telah ditetapkan oleh Sang Bhagavā bahwa: para bhikkhunī harus ditahbiskan oleh para bhikkhu.’”
Kemudian Yang Mulia Ānanda menghadap Sang Bhagavā; setelah mendekat, setelah menyapa Sang Bhagavā, ia duduk dalam jarak selayaknya. Setelah duduk dalam jarak selayaknya, Yang Mulia Ānanda berkata kepada Sang Bhagavā sebagai berikut: “Yang Mulia, Gotamid, Pajāpati yang Agung berkata sebagai berikut: ‘Yang Mulia Ānanda, para bhikkhunī ini berkata kepadaku sebagai berikut … para bhikkhunī harus ditahbiskan oleh para bhikkhu.’”
“Ānanda, pada saat delapan peraturan penting itu diterima oleh Gotamid, Pajāpati yang Agung, itu adalah penahbisannya.” ||2||2||
Kemudian Gotamid, Pajāpati yang Agung mendatangi Yang Mulia Ānanda; setelah mendekat, setelah menyapa Yang Mulia Ānanda, ia berdiri dalam jarak selayaknya. Setelah berdiri dalam jarak selayaknya, Gotamid, Pajāpati yang Agung berkata kepada Yang Mulia Ānanda sebagai berikut: “Yang Mulia Ānanda, Aku memohon satu anugerah dari Sang Bhagavā: baik sekali, Yang Mulia, jika Sang Bhagavā memperbolehkan menyapa, bangkit dari duduk, penghormatan, dan tugas-tugas selayaknya antara para bhikkhunī dan bhikkhu sesuai senioritas.”
Kemudian Yang Mulia Ānanda menghadap Sang Bhagavā; setelah mendekat, setelah menyapa Sang Bhagavā, ia duduk dalam jarak selayaknya. Setelah duduk dalam jarak selayaknya, Yang Mulia Ānanda berkata kepada Sang Bhagavā sebagai berikut: “Yang Mulia, Gotamid, Pajāpati yang Agung berkata sebagai berikut: ‘Yang Mulia Ānanda, Aku memohon satu anugerah … sesuai senioritas’.”
“Mustahil, Ānanda, [257] tidak mungkin terjadi, bahwa Sang Penemu-kebenaran memperbolehkan menyapa, bangkit dari duduk, penghormatan, dan tugas-tugas selayaknya antara para bhikkhu dan bhikkhu sesuai senioritas. Ānanda, para pengikut sekte lain, walaupun mungkin buruk dalam pengendalian, tidak akan menyapa, bangkit dari duduk, penghormatan, dan tugas-tugas selayaknya terhadap para perempuan, jadi bagaimana mungkin Sang Penemu-kebenaran memperbolehkan menyapa … tugas-tugas selayaknya antara para bhikkhu dan bhikkhu sesuai senioritas?” Kemudian Sang Bhagavā, dalam kesempatan ini, setelah membabarkan khotbah, berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut:
“Para bhikkhu, kalian tidak boleh menyapa, bangkit dari duduk, penghormatan, dan tugas-tugas selayaknya terhadap para perempuan. Siapa pun yang melakukan (salah satunya), maka ia melakukan pelanggaran perbuatan-salah.” ||3||
Kemudian Gotamid, Pajāpatī yang Agung, menghadap Sang Bhagavā; setelah mendekat, setelah menyapa Sang Bhagavā, ia berdiri dalam jarak selayaknya. Setelah berdiri dalam jarak selayaknya, Gotamid, Pajāpati yang Agung, berkata kepada Sang Bhagavā sebagai berikut: “Yang Mulia, peraturan-peraturan latihan bagi para bhikkhunī itu yang serupa dengan peraturan latihan bagi para bhikkhu, aturan perilaku manakah, Yang Mulia, yang harus kami turuti sehubungan dengan peraturan-peraturan latihan ini?”
“peraturan-peraturan latihan bagi para bhikkhunī itu, Gotami, yang serupa dengan peraturan latihan bagi para bhikkhu, seperti halnya para bhikkhu berlatih, demikian pula kalian harus berlatih dalam peraturan-peraturan latihan itu.”
“Peraturan-peraturan latihan bagi para bhikkhunī itu yang tidak serupa dengan peraturan latihan bagi para bhikkhu, aturan perilaku manakah, Yang Mulia, yang harus kami turuti sehubungan dengan peraturan-peraturan latihan ini?”
“Peraturan-peraturan latihan bagi para bhikkhunī itu, Gotami, yang tidak serupa dengan peraturan latihan bagi para bhikkhu, berlatihlah dalam peraturan-peraturan latihan seperti yang telah ditetapkan.” ||4||
Kemudian Gotamid, Pajāpatī yang Agung, menghadap Sang Bhagavā; setelah mendekat, setelah menyapa Sang Bhagavā, ia berdiri dalam jarak selayaknya. Setelah berdiri dalam jarak selayaknya, Gotamid, Pajāpati yang Agung, berkata kepada Sang Bhagavā sebagai berikut: “Yang Mulia, sudilah Yang Mulia mengajarkan dhamma kepadaku secara singkat sehingga aku, setelah mendengar dhamma Sang Bhagavā, dapat berdiam sendirian, terasing, bersemangat, tekun, dan teguh.”
“Kondisi-kondisi apa pun, Gotami, yang engkau ketahui: kondisi-kondisi ini mengarah pada nafsu, bukan pada tanpa-nafsu, mengarah pada belenggu bukan pada ketiadaan belenggu, mengarah pada pengumpulan (kelahiran kembali), bukan pada ketiadaan pengumpulan, mengarah pada banyak keinginan, bukan pada sedikit keinginan, mengarah pada ketidak-puasan, bukan pada kepuasan, mengarah pada pergaulan, bukan pada kesendirian, mengarah pada kelembaman, bukan pada kegigihan, [258] mengarah pada kesulitan dalam menyokong diri sendiri, bukan pada kemudahan dalam menyokong diri sendiri – maka engkau harus mengetahui dengan pasti, Gotami, bahwa ini bukanlah dhamma, ini bukanlah disiplin, ini bukanlah ajaran Sang Guru. Tetapi kondisi-kondisi apa pun, Gotami, yang engkau ketahui: kondisi-kondisi ini mengarah pada tanpa-nafsu, bukan pada nafsu … (kebalikan dari sebelumnya) … mengarah pada kemudahan dalam menyokong diri sendiri, bukan pada kesulitan dalam menyokong diri sendiri – maka engkau harus mengetahui dengan pasti, Gotami, bahwa ini adalah dhamma, ini adalah disiplin, ini adalah ajaran Sang Guru.” ||5||
Pada waktu itu Pāṭimokkha tidak dibacakan untuk para bhikkhunī. Mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata: “Aku mengizinkan kalian, para bhikkhu, membacakan Pāṭimokkha untuk para bhikkhunī.” Kemudian para bhikkhunī berpikir: “Sekarang, oleh siapakah Pāṭimokkha dibacakan untuk para bhikkhunī?” Mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:”Aku mengizinkan, para bhikkhu, Pātimokkha dibacakan untuk para bhikkhunī oleh para bhikkhu.”
Pada saat itu para bhikkhu, setelah mendatangi kediaman para bhikkhunī, membacakan Pātimokkha untuk para bhikkhunī. Orang-orang merendahkan, mengkritik, dan menyebarkan, dengan mengatakan: “Mereka ini adalah istri-istri mereka, mereka ini adalah kekasih-kekasih mereka; sekarang mereka akan melakukan kesenangan bersama-sama.” Para bhikkhu mendengar orang-orang yang … menyebarkannya. Kemudian para bhikkhu itu mengadukan hal tersebut kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:
“Para bhikkhu, Pātimokkha tidak boleh dibacakan untuk para bhikkhunī oleh para bhikkhu. Siapa pun yang membacakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan-salah. Aku mengizinkan, para bhikkhu, Pātimokkha dibacakan untuk para bhikkhunī oleh para bhikkhunī.”
Para bhikkhuni tidak mengetahui bagaimana membacakan Pātimokkha. Mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata: “Aku mengizinkan kalian, para bhikkhu, untuk menjelaskan melalui para bhikkhu, dengan mengatakan: ‘Pātimokkha harus dibacakan sebagai berikut’.” ||1||
Pada masa itu para bhikkhunī tidak mengakui pelanggaran-pelanggaran. Mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata: “Para bhikkhu, suatu pelanggaran tidak boleh diakui oleh seorang bhikkhunī. Siapa pun yang mengakuinya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan-salah.” Para bhikkhunī tidak mengetahui bagaimana mengakui pelanggaran. Mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata: “Aku mengizinkan kalian, para bhikkhu, untuk menjelaskan kepada para bhikkhunī melalui para bhikkhu, dengan mengatakan: ‘Suatu pelanggaran harus diakui sebagai berikut’.” [259]
Kemudian para bhikkhu berpikir: “Sekarang, oleh siapakah pengakuan bhikkhunī diterima?” mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata: “Aku mengizinkan kalian, para bhikkhu, untuk menerima pengakuan para bhikkhunī melalui para bhikkhu.”
Pada saat itu, para bhikkhunī, setelah (masing-masing) menjumpai seorang bhikkhu di jalan raya dan di jalan buntu dan di persimpangan jalan, setelah (masing-masing) meletakkan mangkuknya di atas tanah, setelah merapikan jubah atasnya di satu bahunya, setelah duduk bersimpuh, setelah memberi hormat dengan merangkapkan tangan, mengakui suatu pelanggaran. Orang-orang … menyebarkan dengan mengatakan: “Mereka ini adalah istri-istri mereka, mereka ini adalah kekasih-kekasih mereka; setelah melecehkan mereka sepanjang malam sekarang mereka meminta maaf.” Mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata: “Para bhikkhu, pengakuan para bhikkhunī tidak boleh diterima oleh para bhikkhu. Aku mengizinkan, para bhikkhu, pelanggaran-pelanggaran para bhikkhunī diterima oleh para bhikkhunī.” Para bhikkhunī tidak mengetahui bagaimana mengakui pelanggaran. Mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata: ‘Aku mengizinkan kalian, para bhikkhu, untuk menjelaskan kepada para bhikkhunī melalui para bhikkhu, dengan mengatakan: ‘Suatu pelanggaran harus diakui sebagai berikut’.” ||2||
Pada masa itu tindakan (resmi) tidak dilakukan bagi para bhikkhunī. Mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata: “Aku mengizinkan, para bhikkhu, suatu tindakan (resmi) dilakukan bagi para bhikkhunī.” Kemudian para bhikkhu berpikir: “Sekarang, oleh siapakah tindakan (resmi) bagi para bhikkhunī dilakukan?” mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata: “Aku mengizinkan, para bhikkhu, tindakan (resmi) bagi para bhikkhunī dilakukan oleh para bhikkhu.”
Pada saat itu para bhikkhunī yang mana tindakan (resmi) terhadap mereka sedang dilakukan, setelah (masing-masing) menjumpai seorang bhikkhu di jalan raya dan di jalan buntu dan di persimpangan jalan, setelah (masing-masing) meletakkan mangkuknya di atas tanah, setelah merapikan jubah atasnya di satu bahunya, setelah duduk bersimpuh, setelah memberi hormat dengan merangkapkan tangan, meminta maaf dengan berpikir: “Beginilah hal ini seharusnya dilakukan.” Seperti sebelumnya orang-orang … menyebarkan dengan mengatakan: “Mereka ini adalah istri-istri mereka, mereka ini adalah kekasih-kekasih mereka; setelah melecehkan mereka sepanjang malam sekarang mereka meminta maaf.” Mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata: “Para bhikkhu, suatu tidnakan (resmi) terhadap para bhikkhunī tidak boleh dilakukan oleh para bhikkhu. Siapa pun yang melakukannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan-salah. Para bhikkhu, Aku mengizinkan para bhikkhunī melakukan tindakan (resmi) terhadap para bhikkhunī.” Para bhikkhunī tidak tahu bagaimana tindakan (resmi) dilakukan. Mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata: “Aku mengizinkan kalian, para bhikkhu, untuk menjelaskan kepada para bhikkhunī melalui para bhikkhu, dengan mengatakan: “Suatu tindakan (resmi) harus dilakukan sebagai berikut’.” ||3||6||
Pada saat itu para bhikkhunī di tengah-tengah Saṅgha, [260] berselisih, bertengkar, jatuh ke dalam perbedaan pendapat, saling melukai satu sama lain dengan senjata lidah, tidak mampu menyelesaikan pertanyaan resmi itu. Mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata: “Aku mengizinkan kalian, para bhikkhu, untuk menyelesaikan pertanyaan resmi para bhikkhunī oleh para bhikkhu.”
Pada saat itu para bhikkhu sedang menyelesaikan suatu pertanyaan resmi bagi para bhikkhunī, tetapi ketika pertanyaan resmi itu sedang diselidiki, hal itu harus disaksikan oleh kedua belah pihak bhikkhunī yang terlibat dalam tindakan (resmi) dan mereka yang melakukan pelanggaran. Para bhikkhunī berkata sebagai berikut: “Baik sekali, Yang Mulia, jika para perempuan sendiri yang melakukan tindakan (resmi) bagi para bhikkhunī, jika para perempuan sendiri yang menerima pelanggaran para bhikkhunī, tetapi telah ditetapkan oleh Sang Bhagavā: ‘Pertanyaan resmi para bhikkhunī harus diselesaikan oleh para bhikkhu’.” Mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:
“Aku mengizinkan kalian, para bhikkhu, setelah membatalkan pelaksanaan tindakan (resmi) bhikkhunī oleh para bhikkhu, menyerahkannya kepada para bhikkhunī untuk melaksanakan tindakan (resmi) bhikkhunī oleh para bhikkhunī; setelah membatalkan (pengakuan) terhadap pelanggaran para bhikkhuṅi oleh para bhikkhu, menyerahkan kepada para bhikkhunī untuk mengakui pelanggaran para bhikkhunī oleh para bhikkhunī.” ||7||
Pada saat itu bhikkhunī yang menjadi murid dari Bhikkhunī Uppalavaṇṇā telah mengikuti Sang Bhagavā selama tujuh tahun mempelajari disiplin, tetapi karena ia kebingungan, maka ia lupa pada yang telah ia pelajari. Bhikkhunī itu mendengar bahwa Sang Bhagavā hendak datang ke Sāvatthī. Kemudian bhikkhunī itu berpikir: “Selama tujuh tahun aku telah mengikuti Sang Bhagavā mempelajari disiplin, tetapi karena aku kebingungan, aku lupa pada apa yang telah kupelajari. Sungguh sulit bagi seorang perempuan untuk mengikuti gurunya seumur hidupnya. Aturan perilaku manakah yang harus kuturuti?” kemudian bhikkhunī itu memberitahukan persoalan itu kepada para bhikkhunī. Para bhikkhunī mengadukan hal itu kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata: “Aku mengizinkan, para bhikkhu, disiplin diajarkan kepada para bhikkhunī oleh para bhikkhu.” ||8||
Demikianlah bagian pengulangan pertama