Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi > Buddhisme Awal

Manfaat Mempelajari Buddhisme Awal

<< < (2/10) > >>

bond:

--- Quote from: morpheus on 29 January 2014, 10:00:38 AM ---tentu saja logikanya ajaran yang ada di 4 nikaya itu lebih dekat dengan ajaran yang otentik ketimbang ajaran yang ada di luar 4 nikaya...

dan aneh sekali sikap yang menyerang rekan2 yang berdiskusi di sini. apakah kalo mendiskusikan evolusi gak boleh mengcopas pendapat darwin dan peneliti evolusi lainnya? apakah harus darwin yang berdiskusi di sini? apakah hanya ajahn sujato yang boleh berdiskusi di sini?

sekali lagi, silakan copas juga pendapat peneliti yang anda yakini. lebih bermanfaat buat kita semua daripada menyerang rekan2 yang berdiskusi tanpa menampilkan pendapat anda sendiri...

--- End quote ---

Ya sudah logika aja yang dipakai untuk menjalankan ajaran Sang Buddha. Dan yang lebih dekatlah yang otentik...baru tau  juga pemikiran seperti itu.

Rupanya ada yang  merasa terserang ha..ha santai aja bro. Penggiringan opini atau ada yg sensi, jadi kalau pendapat kontra dibilang menyerang di forum ini, ok deh  Glomod wkwkwk. Gw cuma bertanya aja koq .

Gimana saya copas kalau abhidhamma saja sudah tidak sahih ha..ha sudah pasti beda. Konsili saja tidak dikategorikan, definisi buddhisme awal pun tidak otentik. itu saja pendapat saya.

The Ronald:
klo aku seh..posisi abidhamma..di jadikan ref luar..yah kira2 posisinya jd sama dgn komentar.. jd klo tiba2 muncul perbedaan antara komentar dan  sutta.. ya pilih sutta, klo gak yah..ok2 aja..bukan berarti di tolak 100% isinya

jd jika jd dwipitaka pun ga masalah..bukan krn jd dwipitaka ..maka langsung pindah agama...itu lucu...

seniya:
Just for info:

Sebenarnya istilah Tipitaka sendiri belum ada pada masa awal karena ajaran Buddha masih dikelompokkan dalam 9 anga: sutta, geyya, veyyakarana, gatha, udana, itivuttaka, jataka, abbhutadhamma, dan vedalla. Misalnya seperti yang disebutkan dalam MN 22 Alagaddupamma Sutta:

10. “Di sini, para bhikkhu, beberapa orang sesat mempelajari Dhamma – khotbah (sutta), syair (geyya), penjelasan (veyyakarana), bait-bait (gatha), ungkapan kegembiraan (udana), sabda-sabda (itivuttaka), kisah-kisah kelahiran (jataka), keajaiban-keajaiban (abbhutadhamma), dan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan (vedalla) – tetapi setelah mempelajari Dhamma, mereka tidak memeriksa makna dari ajaran-ajaran itu dengan kebijaksanaan. Tanpa memeriksa makna-makna dari ajaran-ajaran itu dengan kebijaksanaan, mereka tidak memperoleh penerimaan mendalam akan ajaran-ajaran itu. Sebaliknya mereka mempelajari Dhamma hanya demi untuk mengkritik orang lain dan untuk memenangkan perdebatan, dan mereka tidak mengalami kebaikan yang karenanya mereka mempelajari Dhamma. Ajaran-ajaran itu, karena secara keliru dipahami oleh mereka, akan mengakibatkan bencana dan penderitaan untuk waktu yang lama.[6] Mengapakah? Karena menggenggam secara keliru pada ajaran-ajaran itu.

Namun MN 122 Mahasunnata Sutta menyebutkan hanya 3 anga pertama sehingga ada yang berpendapat bahwa sutta, geyya, dan veyyakarana adalah pembagian paling awal ajaran Buddha sebelum berkembang menjadi 9 anga dan akhirnya diubah menjadi sistem Tipitaka pada masa yang belakangan:

20. “Ānanda, seorang siswa seharusnya tidak mendekati Sang Guru demi khotbah-khotbah, syair-syair, dan penjelasan-penjelasan. Mengapakah? Sejak lama, Ānanda, engkau telah mempelajari ajaran-ajaran, menghafalkannya, membacanya secara lisan, memeriksanya dengan pikiran, dan menembusnya dengan baik melalui pandangan. Tetapi pembicaraan-pembicaraan demikian yang membahas tentang penghapusan, yang mendukung kebebasan pikiran, dan yang menuntun menuju kekecewaan sepenuhnya, kebosanan sepenuhnya, lenyapnya, kedamaian, pengetahuan langsung, pencerahan, dan Nibbāna, yaitu, pembicaraan tentang keinginan yang sedikit, tentang kepuasan, kesendirian, keterasingan dari masyarakat, pembangkitan kegigihan, moralitas, konsentrasi, kebijaksanaan, kebebasan, pengetahuan dan penglihatan kebebasan: demi pembicaraan demikian maka seorang siswa seharusnya mendekati Sang Guru bahkan jika ia disuruh pergi.

bond:

--- Quote from: Shinichi on 29 January 2014, 11:25:50 AM ---Just for info:

Sebenarnya istilah Tipitaka sendiri belum ada pada masa awal karena ajaran Buddha masih dikelompokkan dalam 9 anga: sutta, geyya, veyyakarana, gatha, udana, itivuttaka, jataka, abbhutadhamma, dan vedalla. Misalnya seperti yang disebutkan dalam MN 22 Alagaddupamma Sutta:



--- End quote ---

Lebih hebatnya lagi jaman Sang Buddha tidak ada tulisan, tidak ada pengelompokan. paling otentik langsung dari Buddha. He..he seharusnya kalau mau otentik pakai ingatan seperti Mingun Sayadaw baru top markotop. Dan tidak perlu kitab suci lagi. Gak perlu pakai label kitab suci ini dan itu. Kalau bisa mengikuti seperti dulu baru otentik, murni dsb....

K.K.:
Saya coba kembalikan dengan pertanyakan dari sudut lain, biar bisa refleksi diri dan tidak standard ganda.


--- Quote ---Setelah tahu masa Buddhisme awal? Lalu apa manfaatnya?kalau sekedar pengetahuan oklah, tetapi apakah pengetahuan itu sahih? dan apakah pengetahuan Buddhisme awal bisa menguidance merealisasi nibbana secara inti ajaran Sang Buddha? secara data or bukti otentik catatan tidak sepenuhnya ditemukan sehingga sejarah Buddhisme awal juga diragukan.
--- End quote ---

Secara catatan, yang ngomong Theravada otentik yah cuma dari Theravada doang. Jadi menggunakan Theravada untuk memvalidasi/membantah Theravada adalah circular argument. Selain itu tidak ada data dari sumber lain untuk mendukung pernyataan tersebut. Jadi, jaminan apa belajar Theravada bisa mencapai nibbana?



--- Quote ---Kalau Abhidhamma diragukan penelitiannya tidak bisa sekedar catatan. Apakah pengalaman spritual or meditasi itu tidak ilmiah dalam pembuktian kitab? ada sebagian pendapat mengatakan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah dan ada yang mengatakan bisa tetapi melalui pembuktian pengalaman pribadi.
--- End quote ---

Penelitian sejarah tidak bisa dijadikan patokan, harus lewat pengalaman spiritual. Jadi apakah para Theravadin telah praktik sesuai Abhidharma Sarvastivada, Dharmaguptaka, Vaibhasika, Mahasanghika, dan lain-lain, atau cuma ambil kesimpulan sepihak "cuma Abhidhamma Theravada yang bisa dibuktikan lewat pengalaman pribadi dan membawa pada nibbana "?



--- Quote ---IMO bukannya tidak bisa dibuktikan secara ilmiah dengan teknik ilmuwan tetapi ketidakmampuan ilmuwan untuk membuktikan dengan 1001 peralatan duniawinya. Yang lainnya tidak mencoba metode lain setelah mentok pake cara ilmiah modern.
--- End quote ---
Salah, yang dibuktikan oleh ilmuwan adalah catatan sejarahnya, bukan nibbananya kok.

Dan kalau mau seperti itu, dengan argumen sama pihak lain juga bisa bilang: meditasi Buddhis manapun yang hanya sampai "nirodha-samapatti" adalah terbatas dan tidak mampu membuktikan Tuhan di agama saya.

Argumen begini tidak ada ujung pangkalnya. Kalo merasa satu ajaran cocok, yah jalani saja secara pribadi.



--- Quote ---pertanyaan terakhir apakah ada manfaatnya untuk perkembangan batin dengan mengetahui Buddhisme awal saja?
--- End quote ---
Perkembangan batin adalah tergantung bagaimana individu menyikapi objek, bukan tergantung objeknya. Mau Buddhisme Awal atau sekte apapun, kalau disikapi salah sama saja "memegang ular di ekor".



--- Quote ---Sepengetahuan saya sejarah tidak pernah bisa mengungkap sebuah misteri sepenuhnya. Kalau Buddhisme awal meragukan, Tipitaka jadi dwipitaka(tanpa abhidhamma or abhidharma) maka gak usah ada yang beragama Buddha, yuk ramai2 pindah ke kr****n dan Islam. :whistle: :)) karena Dwipitaka pun nantinya meragukan banyak yang hilang juga koq catatannya. :P. Sehingga muncul pertanyaan lagi penelitian macam apa yg sedang terjadi disini? oh no..
--- End quote ---

Tapussa & Bhallika dulu dwisarana, kaya' Musl1m aja yah syahadah-nya 2 baris, mendingan sholat aja tuh mereka. Pancavaggiya dulu juga ga ada vinaya, sutta cuma 2. Suruh jadi pandawa 5 aja kali yah? ;D
Logika apa pula itu?

Buddhisme Awal tidak mengatur otoritas kitab, sangha, doktrin, tafsir, juga apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh umat/bhikkhu, namun hanya mengulas fakta saja: berdasarkan data ini, maka disimpulkan faktanya begini. Nah umat Buddha mau apa, tidak ada urusannya juga. Buddhisme Awal bukan sekte, bukan organisasi, bukan sangha, bukan apa-apa, hanya sebuah studi saja dari orang-orang yang tampaknya "tidak percaya begitu saja kata kitab".

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

[*] Previous page

Go to full version