jangan menggeliat, sebelumnya anda menuliskan sbb:
yg saya maksudkan adalah bahwa STI sudah tentu tahu bahwa menerima uang atau menipu tidak diperbolehkan oleh vinaya.
Emang ga boleh menggeliat
, kan pegel bro
Maksud gw begini, kan anda menulis seperti ini :
apa yg telah diterima oleh Sangha sudah sepenuhnya menjadi hak Sangha, apakah mau dimakan, diberikan kepada orang lain, dibuang, dibakar, dll. terserah kepada Sangha.
Nah, skenario 'ngakali' vinayanya kan kira2 begini (menurut analisa gw lho, CMIIW).
Jangan dituduh bahwa kalo gw mengemukakan ini artinya gw lantas setuju dengan cara ini. Jangan emosi ya bro
Jubah udah milik STI kan? Nah, jubah ini 'diberikan' kepada dayaka/pengurus vihara/yayasan. Si dayaka kemudian menjual jubah2 itu kepada umat yg mau berdana jubah.
Uang hasil penjualan jubah kemudian didanakan balik:
1. Oleh pengurus vihara masuk ke kas vihara.
2. Oleh pengurus yayasan masuk ke kas yayasan (yg biasanya ketuanya adalah si Bhante ybs)
3. Oleh dayaka, untuk keperluan bhikkhunya (mungkin tiket, dll)
ini terkait dengan statement anda "karena takut pahalanya kurang banyak ketimbang dana jubah di perayaan kathina?". Oleh karena itu maka marilah para bhikkhu mengkampanyekan dana jubah dan jubahnya itu berasal dari gudang sangha yg dijual kepada umat. menurut anda apakah ini bukan mengeksploitasi keyakinan dan moha dari umat?
Gw setuju pendapat anda ini.
saya tidak tahu mengenai dhammayut atau apakah praktik2 ini memang diwariskan dari aliran Dhammayut Thailand.
Kan anda sendiri yg nulis begini :
kalau begitu sudah saatnya Sangha lebih mementingkan vinaya daripada aturan2 tambahan non-vinaya. jika alasannya adalah bhikkhu negara lain tidak memakai jubah yg sama, ini masih masuk akal, tapi tetap saja ada banyak negara yg bhikkhunya memakai jubah serupa.
Alasan jubah nggak dibagikan ke luar sangha dhammayuth kan karena sudah di luar sangha mereka.
Nah kalau gini bagaimana anda mengatasi kelebihan jubah2 dana itu?
saya tidak mengatakan harus dikonveris jadi makanan. sejak awal saya hanya mengajak agar umat berdana dengan bijaksana, tidak peduli apa objek dana yg diberikan. apakah juba, makanan, rumah atau apa pun. tapi membeli jubah dari bhikkhu untuk kemudian didanakan kembali kepada bhikkhu itu menurut saya cukup sangat menggelikan.
Bahlan Bhikkhu melakukan praktik jual beli juga sebenarnya tidak diperbolehkan oleh vinaya, atau mungkin untuk mensiasati hal ini maka diangkatlah para salesman (baca: dayaka) untuk memasarkan jubah agar bhikkhu tidak secara langsung terlibat dalam jual/beli?
Setuju.
apa yg telah diterima oleh Sangha sudah sepenuhnya menjadi hak Sangha, apakah mau dimakan, diberikan kepada orang lain, dibuang, dibakar, dll. terserah kepada Sangha.
Kembali ke masalah dana makanan (yg berlebih karena dana jubah dikonversi ke makanan), kan supaya sesuai vinaya? Nah makanan lebih ini mau dikemanain ? Apa solusi anda?
Apa solusi untuk umat2 yg berdana jubah ini? Dibiarkan saja (status quo) atau ada ide yang lebih baik?
Gw bertanya sebagai salah satu orang yg beberapa tahun ini berdana jubah tiap perayaan Kathina. Dan sempat galau juga melihat jubah yg bejibun pas acara dana, apalagi setelah melihat gunungan jubah di dalam kamar penyimpanannya. Juga melihat peredaran voucher dana yg katanya akan diberikan dalam bentuk barang ke bhantenya. Ada yg senilai seratus ribu sampai satu juta.
Yakin tuh, akan diberikan berupa barang2 nantinya (sabun, handuk, sikat gigi, odol, dll) ?