//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merosotnya Jumalah Umat Buddha di Indonesia: Siapa yang perlu Bertanggungjawab?  (Read 63752 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
saya bingung dengan mereka2 yang suka mengkaitkan tradisi Theravada dengan kefanatikan.
sebenarnya Buddha Dhamma tidak ada yang namanya fanatik atau tidak fanatik
yang ada adalah Pengertian Benar terhadap Buddha Dhamma.

Pada prinsipnya setiap orang mempunyai kapasitas batin yang berbeda
Jika ada orang yang pindah agama itu adalah biasa tidak usah sedih dan khawatir
memang hidup itu demikian berubah terus dan berproses.
bahkan di Tipitaka sudah mengatakan suatu saat Buddha Dhamma tidak akan diingat lagi
Dan prilaku manusia2 juga tidak akan bermoral pada suatu saat dan seterusnya ................

kam sia

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Beberapa waktu lalu, saya mendapt e-mail yang menyebutkan bahwa jumlah statistik umat Buddha telah merosot. Saya tidak ingat secara pasti jumlahnya. Yang menjadi pertanyaan:
1. Siapakah yang perlu bertanggungjawab atas kemerosotan itu?
2. Apakah sebab-sebab kemerosotan itu?
3. Apakah atau bagaimana caranya agar kita tetap dapat mempertahankan jumlah umat Buddha di Indonesia?
Thanks
1. nda tahu
2. pengaruh dari luar= ada tawaran yg lebih menjanjikan
pengaruh dari dalam= kurangnya pembinaan
3. perbaiki komunikasi. tak kenal maka tak sayang :)

ada 1001 teori, mari kita ambil beberapa utk kita praktekkan, mulai dari melaksanakan sang ajaran agar kita sebagai contoh hidup.
There is no place like 127.0.0.1

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
apa ada yang salah dengan pola pembinaan theravada saat  ?
Karena anda memiliki 3 contoh kasus,
kalau saya boleh tau...

Apa jawaban mereka ketika anda tanyakan, kenapa pindah ?

saya tidak tanya kenapa pindah...
ngga etis lah tanya seperti itu... dan gengsi juga tanya seperti itu :)
cuma ada perasaaan sedih aja saat tau :)

Kalau gw ketemu, pasti deh... gak segan2 meluncur 10 pertanyaan.... =))

1. Anda kelihatan lebih ceria, wajah tambah muda, lebih sukses...
    boleh share perubahan apa yg terjadi selama ini... ?

dst, dst

(posting ini bukan jokes lho,.. mohon jangan salah menanggapin)

ya kalo kenyataannya seperti itu aku pasti tanya dong...

kelihatan biasa biasa aja...  wajah ngga tambah muda...:)
sukses juga normal normal saja :)

bro Andrew, itu kan teknik bertanya.... siapa sih gak suka kalau dibilang tambah muda ???
belum terlambat, kalau ketemu boleh ditanyakan lagi tuhhhh,

mana tau dia kalau hari minggu ada fasilitas ANTAR JEMPUT............ nahhhh lhooooo
malah kadang kala ada bungkusan makanan dibawa pulang.....   
(maklum ibadahnya di pemilik resto). =))
« Last Edit: 02 May 2010, 05:21:35 PM by johan3000 »
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
saya tertarik dengan pendapat ini... saya juga mendapat kesan begitu... di Theravada sebagian terbentuk menjadi  besikap " terlalu bijaksana " atau " sok bijaksana  "  ketika berhadapan dengan orang yang memiliki  masalah...

tapi apa sebetulnya Theravada seperti itu? atau karena ada pendekatan yang salah atau kurang dalam pembinaan Theravada ? sehingga jadi bersikap seperti itu  ?

saya sendiri adalah mantan fanatik Theravada... tapi saya sekarang lebih tersentuh dengan kerendahan hati ala mahayana ...

ketika orang mahayana berhadapan dengan orang yang mengalami masalah... mereka akan lebih menampilkan rasa kasih ... empati... kepedulian... rasa ingin ikut menanggung masalah yang sedang dihadapi orang tersebut, seakan melebur dengan orang tersebut dan masalah orang tersebut juga adalah masalahnya...
ketimbang menampilkan diri sebagai orang yang arif bijaksana...

Di dalam Theravada diajarkan metta-karuna-mudita-upekkha. Tentu saja keempat sifat luhur ini sebaiknya dipraktikkan secara seimbang. Mungkin ada sebagian umat Buddha dari Aliran Theravada yang berusaha lebih menonjolkan pemahaman sesuai text book, makanya seolah ia tampil "sok bijaksana". Seperti yang kita tahu, di dalam Sutta seringkali diceritakan ketika ada orang yang "curhat" dengan Sang Buddha, maka Sang Buddha akan menasihatinya dengan membawa pesan "anicca, dukkha, anatta". Ironisnya hampir semua umat Buddha (terutama para perumah tangga) berusaha mengikuti "gaya" Sang Buddha ini, padahal itu adalah "gaya"-nya Sammasambuddha.

Sebenarnya umat Buddha yang berusaha "tampil" bijaksana di depan temannya yang mendapat masalah ini tidak sepenuhnya salah. Namun kadangkala kita harus bisa melihat kondisi. Apakah teman kita yang mendapat masalah itu puas hanya dengan mendapat ceramah ala bijaksana seperti itu? Di dalam Sutta juga Sang Buddha menyatakan ada 4 cara menjawab pertanyaan. Salah satunya adalah dengan cara berdiam diri / tidak berkomentar; cara ini dilakukan apabila kita tidak memiliki kata-kata yang tepat untuk pendengar. Adalah lebih baik berdiam dan tidak berkomentar daripada menjelaskan panjang-lebar namun kita tidak mengerti bagaimana rasanya ketika berada di posisi teman yang mendapat masalah itu.

Menurut pendapat saya, semua hal dalam Aliran Theravada diajarkan dengan "tepat". Namun ada sebagian umat Buddha yang kurang terampil dalam menjelaskan; sehingga yang bisa ditampilkan oleh mereka hanyalah "kebijaksanaan"  yang itu-itu saja. Ini menjenuhkan. Makanya ada orang yang kemudian tertarik dan beralih ketika mendengar motivasi dari teman lain yang kadang sambil berteriak-teriak dan penuh emosi itu.

Di sinilah letak permasalahan di sebagian besar orang. Orang-orang hanya ingin mencari kepercayaan / agama yang memiliki lingkungan kondusif baginya. Anda mengatakan bahwa Anda tersentuh dengan kerendahan hati umat Mahayana, tapi yang sebenarnya membuat Anda tersentuh adalah umatnya. Di dalam Theravada pun diajarkan tentang kerendahan hati. Jadi sebenarnya Anda tersentuh oleh umatnya atau kepercayaan (ajarannya)?

Saya seringkali menyarankan pada teman-teman saya yang mau diberi saran, agar memelajari suatu agama langsung dari kitab sucinya. Jangan memelajari atau pun menilai suatu agama dari perilaku umatnya, perilaku pemuka agamanya, apalagi menilainya dari apa yang terdengar di masyarakat saja. Lupakan semua buku-buku kesaksian dan buku-buku inspirasi yang berderet rapi di rak toko buku di bagian "agama". Yang perlu Anda lakukan adalah buka isi kitab suci dari agama tersebut, lalu pelajari isinya secara teliti. Itu yang harus pertama kali dilakukan.

Jadi sama juga ketika seseorang hendak beralih keyakinan. Yang harus mereka lakukan adalah memelajari isi dari kitab suci suatu agama / aliran tersebut. Bila sesuai dengan pola pikir Anda, maka silakan ambil. Keyakinan adalah masalah kepantasan. Bila pemikiran kedua teman saya adalah mengharapkan kenyamanan instan di lingkungannya, maka pantaslah kalau mereka beralih ke keyakinan yang mendukung hal tersebut. Namun sebaiknya janganlah beralih keyakinan ataupun memeluk keyakinan hanya karena melihat umat dari kepercayaan ini lebih ramah, ataupun melihat bahwa umat dari kepercayaan ini munafik. Ketika kita meyakini satu ajaran, yang diyakini adalah ajarannya. Meskipun seluruh umat dari kepercayaan ini tidak sesuai dengan harapan kita, namun kita bisa tetap teguh pada ajaran yang kita yakini. Inilah keyakinan yang sesungguhnya, yaitu keyakinan setelah melihat dan mengalaminya.

Offline kusalaputto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.288
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • appamadena sampadetha
1. Siapakah yang perlu bertanggungjawab atas kemerosotan itu?

mungkin jawaban saya akan sama seperti bro kemenyan bihkkhu/biksu, pandita, anda & saya karena kita itu mencakup semua + penggembala yang mencari domba yg banyak :)


2. Apakah sebab-sebab kemerosotan itu?

a. masih banyaknya buddhis ktp yg tetap ngotot bahwa semua agama adalah sama n baik jadi ga perlu belajar agama buddha lebih dalam, nah sebab itu ketika di goda jadi domba pindah

b. marketing dari kita yg jelek sekali serta pola pikir, yg menggangap lebih baik kualitas dari pada kuantitas serta kamma mereka habis atau belum cukup untuk belajar dhamma, sehingga mereka yg memiliki kualitas n pola pikir ini hanya menyimpan dhamma untuk diri sendiri hingga menjadi sok eksklusif. bukan menyebarkannya.

c. kurangnya dharma duta, ini juga merupakan penyebab karena dengan umat buddha yg saat ini tidak berbanding lurus dengan jumlah dharma duta. sehingga bhikkhu jadi sibuk (trus klo bhikkhunya dah sibuk di pertanyakan lagi sama sebagian orang kok bhikkhu begini begitu dll
, lalu pandita jg sibuk, lalu ada calon pandita yg jg akhirnya harus turun tangan untuk membantu yg nota bene belum terlalu siap walau pun sedang belajar. dan lagi ada ke takutan lain bahwa kalau salah bawa dhamma avici menunggu :) yg juga di perparah dengan umat yg memang sudah ahli dan iseng mengerjai penceramah, sehingga penceramah kebinggungan n umat di vihara langsung mencap penceramah tidak kompeten serta penceramah sendiri menjadi krisis pd, karena duduk sebagai penceramah sesuatu yg mudah.

d. sepinya umat yg memang memiliki pengetahuan dhamma di vihara untuk membantu  n merangkul mereka yg masih mengikuti kebaktian hanya untuk ritual. serta adanya sifat elo - elo gua - gua. saya lebih respek dengan umat maitreya (mudah2an ga di komlain elsol :hammer: ) mereka menyambut umat dengan senyum n salam n rasa kekeluargaan.

e. faktor luar pencari domba karena ini pun faktor penyebab n saya tidak perlu menjelaskan krn semua sudah tahu bagaimana evangelish :)


3. Apakah atau bagaimana caranya agar kita tetap dapat mempertahankan jumlah umat Buddha di Indonesia?
yah kita harus segera instropeksi diri serta  harus lebih giat membabarkan buddha dhamma bukan hanya tunggu atau  pun bilang mereka lom ada jodoh/kammanya karena smapai kapan pun kalau merreka tidak di perkenalkan buddha dhamma agak sulit untuk memiliki jodoh k sana.


setelah saya membaca tulisan edward n upasaka di atas saya kembali mencoba instropeksi bahwa selama ini memang saya merasa sudah agak menjurus fanatik theravada karena buku yg saya baca theravada semua namun saya sangat mengagumi sosok kuan yin n kuan kong jadi biar saya tidak menjadi fanatik saya mau coba baca buku non theravada khususnya saya ingin baca buku master cheng yen karena bentuk cinta kasihnya yg tersalurkan melalui yayasan nya, karena kadang saya merasa sering menjadi sok bijak ketika menbantu orng ketika ada masalah karena terlalu teks book justru kurang brahma viharanya :). hope i'll be better person   
semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.

Offline andrew

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 568
  • Reputasi: 22


Di sinilah letak permasalahan di sebagian besar orang. Orang-orang hanya ingin mencari kepercayaan / agama yang memiliki lingkungan kondusif baginya. Anda mengatakan bahwa Anda tersentuh dengan kerendahan hati umat Mahayana, tapi yang sebenarnya membuat Anda tersentuh adalah umatnya. Di dalam Theravada pun diajarkan tentang kerendahan hati. Jadi sebenarnya Anda tersentuh oleh umatnya atau kepercayaan (ajarannya)?



bukan... bukan tersentuh oleh umatnya...  tapi oleh ajarannya... dan ajaran ini memang tercermin dari orang yang mendalaminya...

seperti dalam posting sebelumnya... saya mengungkapkan saya tertarik dengan tonglen... yang hasilnya mengubah seseorang menjadi bersikap rendah hati... n sangat peduli ke mahluk lain...

ini yang dulu tidak saya temukan di Theravada...
saya yakin sebetulnya di Theravada ada metode yang bisa menghasilkan hasil yang sama seperti tonglen...
tapi mungkin selama ini di pembinaan theravada kurang menekankan hal ini...
jadi selama ini saya merasakan ada yang kurang dalam praktek saya...
sampai akhirnya dilengkapi dengan tonglen ini....

bukan berarti sekarang saya tidak praktek hal-hal dari tradisi theravada...
tapi hal-hal yang penekanannya kurang.... bisa terlengkapi dari praktek yang ditekankan di tradisi lain...

oh ya... sebelumnya ada posting yang mengatakan bukan kah memang di buddhis yang d itekankan adalah panna?

entah di theravada sebetulnya penekanannya hanya panna atau dibarengi dengan kasih... saya tidak tau pasti...

tapi sepertinya ada tradisi buddhis yang menganggap penekanan buddhis itu bukan hanya panna ...
tapi panna dan kasih... yang tumbuh seimbang... seperti dua sayap dari seekor burung... yang mesti berkembang bersama agar bisa terbang...

kalo saya tidak salah ingat...

di dalam candi mendut... ada tiga patung berukuran besar...
di tengah adalah patung Sakyamuni Buddha ... sedangkan patung disisi kanan dan sisi kirinya adalah patung bodhisatva yang menyimbolkan kebijaksanaan dan cinta kasih....

jadi kemungkinan kedua hal ini memang mesti dikembangkan bersamaan secara utuh... bukan cuma menekankan pada satu hal saja... kebijaksanaan saja... atau cintakasih saja....
« Last Edit: 03 May 2010, 08:23:41 PM by andrew »

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
bukan... bukan tersentuh oleh umatnya...  tapi oleh ajarannya... dan ajaran ini memang tercermin dari orang yang mendalaminya...

seperti dalam posting sebelumnya... saya mengungkapkan saya tertarik dengan tonglen... yang hasilnya mengubah seseorang menjadi bersikap rendah hati... n sangat peduli ke mahluk lain...

ini yang dulu tidak saya temukan di Theravada...
saya yakin sebetulnya di Theravada ada metode yang bisa menghasilkan hasil yang sama seperti tonglen...
tapi mungkin selama ini di pembinaan theravada kurang menekankan hal ini...
jadi selama ini saya merasakan ada yang kurang dalam praktek saya...
sampai akhirnya dilengkapi dengan tonglen ini....

bukan berarti sekarang saya tidak praktek hal-hal dari tradisi theravada...
tapi hal-hal yang penekanannya kurang.... bisa terlengkapi dari praktek yang ditekankan di tradisi lain...

oh ya... sebelumnya ada posting yang mengatakan bukan kah memang di buddhis yang d itekankan adalah panna?

entah di theravada sebetulnya penekanannya hanya panna atau dibarengi dengan kasih... saya tidak tau pasti...

tapi sepertinya ada tradisi buddhis yang menganggap penekanan buddhis itu bukan hanya panna ...
tapi panna dan kasih... yang tumbuh seimbang... seperti dua sayap dari seekor burung... yang mesti berkembang bersama agar bisa terbang...

kalo saya tidak salah ingat...

di dalam candi mendut... ada tiga patung berukuran besar...
di tengah adalah patung Sakyamuni Buddha ... sedangkan patung disisi kanan dan sisi kirinya adalah patung bodhisatva yang menyimbolkan kebijaksanaan dan cinta kasih....

jadi kemungkinan kedua hal ini memang mesti dikembangkan bersamaan secara utuh... bukan cuma menekankan pada satu hal saja... kebijaksanaan saja... atau cintakasih saja....

Saya turut bersimpati bila Anda tersentuh oleh ajaran yang tercermin lewat perilaku umatnya... Saya juga turut bersimpati kalau tonglen bisa membuat Anda lebih peduli dengan makhluk lain...

Menurut pendapat saya, apa yang diajarkan di Theravada lebih condong pada pemahaman dan kesadaran. Semua aspek ditekankan di Theravada. Anda bisa sebutkan semua aspek, dan kita bisa cek apakah di Theravada diajarkan hal itu atau tidak. :) Sebagai ajaran yang menekankan pada pemahaman dan kesadaran, Aliran Theravada lebih cenderung mengajak orang untuk bertindak atas pemahaman dan kesadaran diri mereka sendiri. Ini yang mungkin tidak sejalan dengan beberapa pola pikir orang lain.

Di Theravada diajarkan tentang metta (cinta kasih universal), diajarkan tentang karuna (belas kasih kepada semua makhluk), diajarkan tentang mudita (ikut berbahagia dengan kebahagiaan makhluk lain), diajarkan tentang upekkha (keseimbangan batin), diajarkan tentang menghormat pada 6 arah (orangtua, guru, istri dan anak, saudara dan sahabat, bawahan dan karyawan, petapa dan brahmana), diajarkan untuk tidak mengharapkan orang lain celaka, diajarkan untuk memancarkan pikiran semoga semua makhluk berbahagia, diajarkan untuk merawat orang yang sakit, dsb. Namun pelaksanaan dari ini semua ditentukan dari pemahaman dan kesadaran diri masing-masing. Sebab dalam pandangan Aliran Theravada, tidak perlu suatu persuasi nyata untuk berperilaku seperti ini. Aliran Theravada lebih fokus menanamkan pemahaman bahwa "ini adalah baik, itu adalah kurang baik". Selanjutnya silakan setiap individu menentukan perilaku dan jalan hidupnya masing-masing.

Bagi sebagian orang, mungkin kurang cocok dengan sistem pengajaran Theravada. Makanya di luar sana tersedia "metode" lainnya. Jika ternyata Anda lebih cocok dengan persuasi untuk berbuat baik lewat metode tonglen atau persuasif lainnya, maka itu baik. :) Sebab memang ada orang tertentu yang lebih termotivasi dari faktor eksternal, bukan dari faktor internal. Orang yang lebih tertarik dengan faktor pengembangan diri dari sektor eksternal, maka pantaslah bila kurang cocok dengan ajaran yang lebih menitik-beratkan pada sektor internal.

Di dalam Theravada, semua aspek perlu ditekankan termasuk panna dan metta. Bila ada yang menakankan hanya pada salah satu aspek saja, itu merupakan kekeliruan.

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Teman-teman sekalian, kadang kita mendengar mengenai ajaran Theravada yang katanya kurang metta dsbnya hal ini aneh sekali. Karena di Theravada diajarkan cinta kasih bahkan hingga cinta kasih yang paling tinggi sekalipun diajarkan.

Bila kita membaca Jataka, disana diajarkan mengenai pengorbanan Bodhisatta yang mengorbankan semua harta kekayaan, kerajaan, bahkan mengorbankan kehidupannya sendiri untuk mahluk lain. ada 500 lebih kisah heroik Bodhisatta melatih kesempurnaan diri. Apakah ini bukan ajaran kasih sayang dengan memberikan contoh?

Tapi coba kita renungkan kembali, mereka yang gembar-gembor kasih sayang, apakah mereka mau mengorbankan nyawanya untuk mahluk lain? Bila memang benar demikian tolong tanyakan kepada mereka  untuk menyumbangkan sebelah matanya supaya orang lain dapat melihat, atau menyumbangkan sebelah ginjalnya agar orang lain dapat selamat, umpamanya menyumbangkan sebuah ginjal mereka untuk bro William Phang yang sekarang ini sangat membutuhkan donor ginjal. Beranikah mereka yang gembar-gembor cinta kasih untuk menyumbangkan sebelah ginjalnya?

Bodhisatta melakukan parami seperti itu di kala tidak ada Buddha, dikala kosong Buddha. Tetapi di kala ada muncul Buddha, Beliau berlatih di bawah bimbingan Buddha, seperti Jotipala ketika hidup di jaman Sang Buddha Kassapa. Beliau berlatih meditasi dan belajar Dhamma dengan masuk menjadi bhikkhu.

Theravada mengutamakan pengertian dan kebijaksanaan (wisdom dan understanding).
Spirit mau berkorban dan melatih kasih sayang bisa dilakukan kapan saja, oleh siapa saja, oleh agama dan keyakinan apa saja, tetapi Dhamma yang mengantarkan kita ke Nibbana dan Vinaya yang merupakan sila yang tertinggi hanya bisa ada, jika muncul seorang Buddha, dan kemunculan seorang Buddha sangat singkat. Jadi manakah yang lebih penting? Melatih kasih sayang atau melatih kebijaksanaan (wisdom)?

menyumbangkan jantung agar orang lain selamat dapat membuat kita terlahir di alam-alam bahagia, tetapi melatih Vipassana  menyebabkan kita mencapai Nibbana.

Manakah yang lebih penting menyumbangkan jantung agar orang lain selamat (melatih kasih sayang) atau melatih meditasi Samatha dan Vipassana agar terbebas dari kilesa?

 _/\_
« Last Edit: 04 May 2010, 11:18:50 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline kusalaputto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.288
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • appamadena sampadetha
^
sama pentingnya bro karena cinta kasih tau brahma vihara pun ajaran dari sang buddha yah bagusnya bila kita memilikinya bersamaan. kalau lau di lihat dari tulisan anda anda lebih mementingkan pengertian n kebijaksanaan dan cinta kasih nomor selanjutnya. yah itu memang hak masing  orang untuk menyampaikan pengertiannya. namun saya rasa ini lah sebabnya bro edward merasa d theravada kurang cinta kasih karena  lebih mengussung panna. itu pun bukan sesuatu yg salah, hanya bro edward belum bertemu dengan orang yg memiliki metta karuna yg kuat :) dan ber temu dengan orang yg seperti bro fabian sehingga merasa ada kurang cintakasih d theravada. no offense buat bro fabian  hanya menyampaikan apa yg saya pikirkan _/\_
semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
^
sama pentingnya bro karena cinta kasih tau brahma vihara pun ajaran dari sang buddha yah bagusnya bila kita memilikinya bersamaan. kalau lau di lihat dari tulisan anda anda lebih mementingkan pengertian n kebijaksanaan dan cinta kasih nomor selanjutnya. yah itu memang hak masing  orang untuk menyampaikan pengertiannya. namun saya rasa ini lah sebabnya bro edward merasa d theravada kurang cinta kasih karena  lebih mengussung panna. itu pun bukan sesuatu yg salah, hanya bro edward belum bertemu dengan orang yg memiliki metta karuna yg kuat :) dan ber temu dengan orang yg seperti bro fabian sehingga merasa ada kurang cintakasih d theravada. no offense buat bro fabian  hanya menyampaikan apa yg saya pikirkan _/\_

Pendapat Ko Fabian dan Bro Kusalaputto benar...

Tapi ada perbedaan intepretasi mengenai "cinta-kasih" di sini. Ada orang yang memiliki intepretasi bahwa "cinta-kasih" berkenaan dengan pikiran dan perbuatan yang sesuai dengan moralitas. Ada yang memiliki intepretasi bahwa "cinta-kasih" adalah menolong dan ikut merasakan penderitaan setiap orang. Makanya diperlukan kebijaksanaan di sini... Tanpa kebijaksanaan, orang yang mengembangkan "cinta-kasih" akan terlalu sibuk mencintai makhluk lain bahkan melupakan diri sendiri yang patut dicintai dan dikasihi.

Kalau terlalu lebar membahas perihal ini juga ujung-ujungnya malah meruncingkan perbedaan pandangan antar aliran. Tapi hal ini sebenarnya menarik, karena dari perbedaan intepretasi ini pula; maka seseorang bisa beralih keyakinan.

Offline kusalaputto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.288
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • appamadena sampadetha
^
 bro di tetangga ada penawaran cinta kas8ih tanpa batas loh dr tuhan nya :)) apapun salah mu kalau sudah tobat n menerima mr J anda masuk surga :))
semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Amat disayangkan bila umat Buddha yang terlahir di jaman Adanya Buddha lebih menekankan cinta kasih yang juga ada di ajaran-ajaran lain. Menurut saya Master Cheng Yen hanya meniru Mother Theresa, bukan suatu hal yang asli. Agama Buddha di Indonesia dari dulu hanya belajar latah, hanya meniru agama lain.

Padahal ada permata yang lebih penting (selain cinta-kasih) untuk dilatih, karena hanya muncul kesempatan melatih di jaman ada Buddha ini  saja,  Yaitu melatih membebaskan diri dari kekotoran batin.

Seorang yang melatih cinta-kasih tanpa membersihkan  batin masih akan berbuat kejahatan di masa yang akan datang.
Seorang yang membersihkan kekotoran batin tak akan pernah berbuat kejahatan lagi selama-lamanya.

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline kusalaputto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.288
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • appamadena sampadetha
^
 yah latah tapi sebenernya kebaikan bukan masalah menurut saya. trus sebenernya bukan latah ikut mother theresa d kayaknya. kan emang dari dulu buddha udah mengajarkan cinta kasih jadi duluan kita donk yg belajar cinta kasih jadi mereka yg latah :))
semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.

Offline Mr. pao

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 792
  • Reputasi: 29
  • KeperibadianMuYanGakuSuka
Saat pengungsi membanjiri Thailan dari Laos dan Kamboja, organisasi kemanusiaan yang datang menolong begitu banyak. Hal ini membuat para bhikkhu dari Barat berpikir adalah tidak benar para bhikkhu dan bhikkhuni hanya duduk di hutan sedangkan organisasi beragama lainnya dengan aktif berpartisipasi meringankan penderitaan para pengungsi. Lalu mereka mendekati Ajahn Chah untuk mengungkapkan kepeduliannya dan inilah yang beliau katakan :
"Membantu di tenda pengungsian adalah baik. Adalah memang tugas kita sebagai manusia untuk saling membantu. Tapi melewati kegilaan sendiri agar kita dapat membawa orang lain melewatinya, itulah satu-satunya penyembuhan. Siapapun bisa pergi dan membagikan pakaian dan membangun tenda, tetapi berapa yang dapat datang ke hutan  dan duduk untuk mengenali pikirannya? Selama kita tidak tau bagaimana cara "memberi pakaian" dan "memberi makan" pikiran orang, selalu ada masalah pengungsi  di mana saja di dunia ini"
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Membantu orang lain membersihkan kekotoran batinnya masing-masing, itulah kasih sayang tertinggi, itulah pemberian tertinggi yang tak ada bandingannya.


 _/\_
« Last Edit: 04 May 2010, 12:48:59 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

 

anything