#markos:
yup.. memang betul, karena aliran tersebut menyebut akan nibbana.. kalau kita benar-benar tekun berlatih.. baik kita aliran apapun..
kita pasti akan mencapai yang dinamakan nibbana (entah untuk Theravada, nibbana itu adalah tujuan akhir atau untuk aliran yang lain bahwa nibbana itu bukanlah tujuan akhir, karena harus sempurna pada tingkat sammasambuddha).. intinya dalam aliran tersebut.. setidaknya kita akan mampir.. atau mengecap rasa nibbana.. maka jalanilah aliran yang sudah anda yakini.. begitu... ^^
pernah mendengar dari seorang teman. Dia membaca buku mengenai Ajahn (Chah atau Mun). Ketika itu dikatakan bahwa sekelompok bhikku ada yang sedang berdiskusi hingga berdebat mengenai "Tingkat mana yang lebih tinggi, menjadi Savaka buddha (arahat) atau Bodhisattva?". Hingga akhirnya Ajahn tersebut masuk ke ruangan tempat para bhikku itu berdebat dan menyatakan " Berhentilah untuk menjadi. Untuk keluar dari lingkaran ini maka harus berhenti untuk menjadi (bhava tanha). Selama masih ada pikiran untuk menjadi, maka tidak akan lepas dari dunia ini."
Trus setelah lebih lanjut, g diceritain maksudnya itu, kita jangan mengharap untuk harus menjadi ini atau menjadi itu. Biarkan kita praktek dan let it flow. Semakin kita ingin untuk menjadi sesuatu. Artinya kita bukan melepas tapi malah mengikat.
mengenai ceritanya CMIIW.. karena g hanya mendengar saja dan g rasa bermanfaat buat kita yang sedang praktek (hanya untuk mengingatkan saja).
#Jerry:
hmm.. agama apapun yang umatnya menerapkan hasta ariya magga.. (jalan mulia berunsur
maka kemungkinan untuk tercerahkan itu pasti ada.
Hal ini pernah saya baca pada topik dari teman saya. mengenai seorang Katholik yang telah mencapai tahapan no self (anatta). Dan beliau menuangkannya ke dalam buku.. setelah saya baca, sepertinya Beliau memang benar-benar telah mencapai.. terlihat dari bahasa tulisannya dan pengalaman Beliau dalam buku tersebut..