Betul, sesuai kesepakatan sebelumnya bahwa karma = niat, memang kelalaian jelas bukan karma pembunuhan (tidak relevan).
Tapi akibat yang dihasilkan dari kelalaian itu, itu yang sebenarnya dipermasalahkan (apalagi sampai menghilangkan nyawa orang lain).
Kalau lalai hanya berhubungan dengan batin ia sendiri, mungkin tidak masalah.
Kalau saya baca dari penjelasan di atas, sepertinya akibat lalai lebih pada sisi internal manusia tersebut (Anda tulis mengembangkan batin tidak bermanfaat).
Anda juga memberi contoh bahwa akibat eksternal yang ia terima (marah berbuah ditinju orang, kelainan seksual berbuah penyakit, dst), dari sudut pandang pelaku.
Ini saya sependapat (bahwa karma yang sesungguhnya memang adalah kondisi batin yang dirasakannya, karena setiap fenomena tidak berkondisi secara hakikat).
Tapi (saya yakin kita semua menyoroti), yang dibicarakan 'kan adalah dampak sosial, yakni korban-korban yang berjatuhan akibat fenomena batin yang kurang bermanfaat tersebut (kurang waspada atau lalai, sering marah, kelainan secara seksual). Bila diperjelas, kurang lebih seperti ini:
1. Batin kurang bermanfaat lalai membuahkan korban akibat ketidakwaspadaannya (contohnya korban laka-lantas).
2. Sering marah akibatnya orang lain jadi tersinggung atau merasa susah hati akibat dimarahi.
3. Kelainan seksual berbuah isterinya jadi ikut kena penyakit, dst.
Walau sudah ada jawabannya, saya coba minta sudut pandang Anda (bukan mau menyusahkan, hanya memperjelas saja).
Oke, salam bahagia untuk Anda. Terima kasih.
Betul,
Karena kamma-vipaka adalah dari sudut si pelaku; ia yg berbuat, ia yg menanggung akibatnya..
Sedangkan berbagai kejadian yg timbul setelahnya, sy cenderung tidak melihatnya sebagai semata2 vipaka si pelaku, tapi hanya sebagai kondisi sebab-akibat yg wajar terjadi... yg penyebabnya mungkin kamma si pelaku, juga penyebab2 lainnya yg saling mengkondisikan...
Misalnya kasus seseorang yg marah2 dan akhirnya ia dipukul.
'A memukul B' adalah suatu kondisi yg sedang terjadi, penyebabnya bermacam2, mungkin:
- A krn kecenderungan batinnya mengakibatkan ia mudah tersulut dan marah2 dgn kejadian sepele dan asal tuduh
- B yg dari pagi hatinya sedang dongkol, gampang tersulut oleh kemarahan A
- beberapa teman lain yg mengompori
- hari yg panas di tepi jalan menyulut kondisi semakin panas
- makanan yg dimakan si A atau B, mungkin minum alkohol, who knows?
Jadi, semua penyebab yg tidak kita ketahui ini saling menyulut menimbulkan pemukulan... Saya -kembali- memandang semua kejadian ini hanyalah sebagai "kondisi saja"
Jika semata2 disebut A yg marah2 sebagai penyebab perkelahian tsb, dalam kondisi lain, marah2 si A bisa jadi tidak menimbulkan perkelahian, harus ditunjang faktor lainnya baru kondisi tsb bisa terjadi...
Juga sama dengan sambil bbm-an, ceroboh menabrak orang... Bukan semata2 krn supirnya bbm-an, mesti ditunjang juga oleh faktor2 lainnya: ada yg menyeberang tiba2, kondisinya pas lagi bbm-an, mobil kencang, dstnya... Banyak kasus, sedang bbm-an (jelas kamma buruk) malah tidak menabrak orang kan?
Padahal, kamma buruk pasti menghasilkan vipaka buruk... Jadi, sy cenderung berpikiran kamma-vipaka akan berbuah pasti di batin masing2, suatu saat jika kondisinya pas, kamma akan berbuah... dalam bentuk penderitaan / kebahagiaan di batin masing2...
Bentukan2 / kejadian2 luar hanyalah kondisi2 sebab-akibat yg saling bergantungan yg selalu berubah...
Demikain pandangan saya, Salam Bahagia juga...
::