//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Re: Temukan Jati Diri  (Read 3243 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Temukan Jati Diri
« on: 10 March 2010, 12:19:58 PM »
Minta izin sharing 2 artikel. Semoga dapat memberikan manfaat bagi yang mempunyai masalah dengan jati diri.

Untuk melihat bagaimana bentuk Hakiki JATI DIRI yang sering menjadi masalah, maka digunakan perumpamaan seperti dibawah ini.


KEPAKLAH SAYAP TERBANGLAH TINGGI

Ada seorang ahli biologi ketika dia berjalan melewati sebuah peternakan di sebuah desa, dengan tidak sengaja dia melihat ada seekor anak elang yang hidup berbaur bersama dengan gerombolan anak ayam, melihat hal tersebut dia merasa sangat heran.

Dia lalu bertanya kepada pemilik peternakan, “Mengapa seekor elang yang sebenarnya adalah raja dari rumpun unggas, bisa hidup bersama dengan gerombolan ayam? Ini sulit dipercaya.”

Pemilik peternakan menjelaskan dengan berkata, “Karena saya setiap hari memberi dia makan dengan makanan ayam, menganggap dan melatih dia sebagai seekor ayam, membiarkan dia hidup sama persis dengan kehidupan ayam, maka burung elang tersebut tidak bisa terbang hingga sekarang. Segala tindak tanduknya sama persis dengan seekor ayam. Lama kelamaan, elang ini sudah menganggap dirinya adalah bagian dari gerombolan ayam-ayam itu, dan sudah bukan seekor elang lagi.”

Ahli biologi ini berkata, “Begitukah? Saya yakin watak hakiki itu tidak bisa berubah. Dia asalnya adalah seekor elang, seharusnya bisa segera terbang jika diajarkan terbang.”

Setelah ahli biologi dan pemilik peternakan melewati suatu perundingan, akhirnya pemilik setuju untuk mencoba mengajarkan elang itu untuk terbang.

Dia mengamati bagaimana ahli biologi itu perlahan-lahan meletakkan elang itu di atas lengannya, lalu berkata, “Kamu seharusnya terbang di atas langit yang biru, bukan berdiri di atas tanah, kepakkanlah sayapmu, terbanglah dengan gagah berani!”

Elang tersebut mendengarkan perkataan ini wajahnya penuh dengan keraguan, karena dia tidak bisa memahami perkataan dari ahli biologi tersebut. Ketika dia melihat gerombolan ayam sedang mematuk makanan di atas tanah, dia melompat turun dan berkumpul dengan mereka.

Ahli biologi ini tidak putusasa, dia membawa elang itu ke atas atap rumah untuk merangsang dia terbang. Dia berkata, “Sebenarnya dirimu adalah seekor elang, kamu bisa terbang, bentangkan sayapmu dan terbanglah ke atas langit biru!”

Elang itu memandang ke atas langit, lalu memandang ke tanah di bawah, dia merasa ketakutan terhadap dunia yang asing baginya dan status dirinya yang tidak jelas. Ketika dia melihat bayangan dari gerombolan ayam-ayam itu, di melompat turun ke tanah lagi ikut serta dengan mereka mematuk makanan di atas tanah.

Hingga hari yang ketiga, ahli biologi tersebut masih tetap tidak berputus asa, dia sengaja bangun sangat pagi, membawa burung elang ini ke atas gunung. Raja unggas ini dia angkat tinggi di atas kepalanya, sekali lagi dengan nada yang penuh dengan keyakinan dia berkata, “Kamu benar-benar adalah seekor elang, kamu pemilik langit yang biru ini bukan pemilik kandang ayam yang kecil itu, bentangkan sayapmu kepakkan dan terbanglah dengan gagah berani!”

Elang itu menengok ke tanah pertanian yang berada di kejauhan, lalu melihat ke atas langit. Ragu-ragu untuk sejenak, tetapi masih tetap tidak mau terbang.

Ahli biologi itu sekali lagi menjunjung tinggi elang itu ke arah matahari. Selanjutnya kemukjizatan terjadi! Tubuh elang itu mulai bergemetaran, lalu perlahan-lahan elang itu membentangkan sayapnya. Akhirnya, elang itu m***kikkan suara kemenangan, mengepakkan sayap terbang menembus ke langit biru.

Inspirasi dari cerita ini

Elang di dalam cerita ini karena dia berbaur dan dibesarkan di dalam gerombolan ayam sehingga nalurinya telah pudar, dan ketika dia melepaskan diri dari lingkungan itu kembali ke jati dirinya yang sebenarnya, bersamaan juga telah memulihkan nalurinya untuk terbang ke atas langit.

Kita manusia juga sama, berasal dari watak hakiki yang murni tanpa cacat ( pikiran murni atau pikiran apa adanya ), juga memiliki kemampuan terpendam tanpa batas. Tapi sering kali karena kerumitan dalam masyarakat, tak terasa terpengaruh oleh apa yang terus-menerus dilihat dan didengar ( konsepsi dan persepsi terbentuk ), demi mendapatkan keuntungan untuk mempertahankan hidup telah memendam watak hakiki yang sesungguhnya dan yang tadinya arif dan bijaksana. Sehingga mata bathin tertutup baik sengaja ataupun tidak sengaja karena konsepsi dan persepsi. Akhirnya kemurnian dan kebijaksanaan menjadi pudar dan luntur. Jati diri menjadi permasalahan dalam “PENCARIAN”.

Jika kita bisa mencampakkan ( minimal mengurangi ) hasrat keinginan yang berlebihan yakni melompat keluar dari gangguan-gangguan yang disebabkan oleh konsepsi dan persepsi yang berlebihan sehingga membatasi dimensi ruang dan waktu pergerakan hati dan pikiran kita pada saat KEKINIAN, maka kita akan bisa melihat jelas diri kita dan kembali ke jati diri kita yang asli, dengan demikian akan hidup lebih bebas dan tak terikat karena merasakan kebebasan dan terbebas  dari belenggu konsepsi dan persepsi . Kebebasan karena menerima APA ADANYA.


Jadi menemukan “JATI DIRI ” sebenarnya dimulai dari “MEMPELAJARI DIRI SENDIRI”, karena tugas utama kita hanya “ MENEMUKAN ” BUKAN “ MENCIPTAKAN “. Karena penciptaan suatu jati diri yang baru akan meniadakan JATI DIRI KITA SEBENARNYA. Dan Harta Karun jati diri yang sangat berharga ini tersimpan dengan baik disebuah tempat yang dinamakan PIKIRAN.

Semoga Bermanfaat

 _/\_

Bersambung….

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Temukan Jati Diri
« Reply #1 on: 10 March 2010, 12:22:49 PM »
JATI DIRI KITA SEBENARNYA

Alkisah, di tengah samudra yang maha luas, tampaklah ombak besar sedang bergulung-gulung dengan suaranya yang menggelegar, tampak bersuka ria menikmati kedasyatan kekuatannya, seakan-akan menyatakan keberadaan dirinya yang besar dan gagah perkasa.

Sementara itu, jauh di belakang gelombang ombak besar, tampak sang ombak kecil bersusah payah mengikuti. Ia terlihat lemah, tertatih-tatih, tak berdaya, dan jauh tersisih di belakang. Akhirnya, ombak kecil hanya bisa menyerah dan mengekor ke mana pun ombak besar pergi. Tetapi, di benaknya selalu muncul pertanyaan, mengapa dirinya begitu lebih lemah dan tak berdaya?

Suatu kali, ombak kecil bermaksud mengadu kepada ombak besar. Sambil tertaih-tatih ombak kecil berteriak: “Hai ombak besar. Tunggu!”

Sayup-sayup suara ombak kecil didengar juga oleh ombak besar. Lalu sang ombak besar sedikit memperlambat gerakannya dan berputar-putar mendekati arah datangnya suara. “Ada apa sahabat?” Jawab ombak besar dengan suara menggelegar hebat.

“Aih.pelankan suaramu. Dengarlah, mengapa engkau bisa begitu besar? Begitu kuat, gagah, dan perkasa? Sementara diriku. ah. begitu kecil, lemah dan tak berdaya. Apa sesungguhnya yang membuat kita begitu berbeda, wahai ombak besar?”

Ombak besar pun menjawab, “Sahabatku, kamu menganggap dirimu sendiri kecil dan tidak berdaya, sementara kamu menganggap aku begitu hebat dan luar biasa, anggapanmu itu muncul karena kamu belum sadar dan belum mengerti jati dirimu yang sebenarnya, hakikat dirimu sendiri”. “Jati diri? Hakikat diri? Kalau jati diriku bukan ombak kecil, lalu aku ini apa?” Tanya ombak kecil, “Tolong jelaskan, aku semakin bingung dan tidak mengerti.”

Ombak besar meneruskan, “Memang di antara kita terasa berbeda tetapi sebenarnya jati diri kita adalah sama, kamu bukan ombak kecil, aku pun juga bukan ombak besar. Ombak besar dan ombak kecil adalah sifat kita yang sementara. Jati diri kita yang sejati sama, kita adalah air. Bila kamu menyadari bahwa kita sama-sama air, maka kamu tidak akan menderita lagi, kamu adalah air, setiap waktu kamu bisa menikmati menjadi ombak besar seperti aku, kuat gagah dan perkasa.”

Mendengar kata-kata bijak sang ombak besar, mendadak timbul kesadaran dalam diri ombak kecil. “Ya, benar, aku bukan ombak kecil. Jati diriku adalah air, tidak perlu aku berkecil hati dan menderita.”

Dan, sejak saat itu, si ombak kecil pun menyadari dan menemukan potensi dirinya yang maha dasyat. Dengan ketekunan dan keuletannya, ia berhasil menemukan cara-cara untuk menjadikan dirinya semakin besar, kuat, dan perkasa, sebagaimana sahabatnya yang dulu dianggapnya besar. Akhirnya, mereka hidup bersama dalam keharmonisan alam. Ada kalanya yang satu lebih besar dan yang lain kecil. Kadang yang satu lebih kuat dan yang lain lemah.

Begitulah, mereka menikmati siklus kehidupan dengan penuh hikmat dan KESADARAN.

Sebagai manusia, sering kali kita terjebak dalam kebimbangan, keraguan, kemalasan akibat situasi sulit yang kita hadapi ( permainan konsepsi dan persepsi ), yang sesungguhnya itu hanyalah pernak-pernik atau tahapan dalam perjalanan kehidupan. Sering kali kita memvonis keadaan itu sebagai suratan takdir, lalu muncullah mitos-mitos: aku tidak beruntung, nasibku jelek, aku orang gagal, dan paling parah lagi dan tidak rasional adalah menganggap kondisi tersebut sebagai bentuk “ketidakadilan”  atau “percobaan” Tuhan/Dewa-dewi. Jika pemikiran seperti ini dipertahankan, maka sebenarnya kita telah kehilangan JATI DIRI. Atau dengan perkataan lain bahwa :

Sesungguhnya kita tidak pernah Kehilangan Jati Diri, tetapi Sebenarnya Kita tanpa disadari ataupun disadari telah “ MENGHILANGKAN JATI DIRI “.

Dengan memahami bahwa jati diri kita adalah sama-sama manusia, tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Kesadaran tentang jati diri bila telah mampu kita temukan, maka di dalam diri kita akan timbul daya dorong dan semangat hidup yang penuh gairah sedahsyat ombak besar di samudra nan luas. Siap menghadapi setiap tantangan dengan mental yang positif, dan siap mengembangkan potensi terbaik demi menapaki puncak tangga kesuksesan materi dan spiritual.

“Jati diri kita adalah sama-sama manusia! Tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Jika orang lain bisa “sukses, kita pun bisa sukses!”

Kesuksesan adalah relative, tetapi “ PROSES “ untuk mencapai kesuksesan adalah KEHARUSAN ( jika tidak boleh dikatakan sebagai mutlak )

Semoga bermanfaat

Semoga thread ini dapat menjawab pertanyaan member ak.agus di thread perkenalan.

 _/\_

Offline 7 Tails

  • Sebelumnya RAIN
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 864
  • Reputasi: 24
  • Gender: Male
Re: Re: Temukan Jati Diri
« Reply #2 on: 10 March 2010, 01:56:14 PM »
bagus bangat inspirasi ceritanya , cuma perumpamaannya gak bergitu mengena buat aye ^^
bro change, maksud cerita dia atas ama cerita bro andry ada kaitannya gak ? kalau ada mau dicermatin lagi
sory aye rada oot :hammer:
korban keganasan

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Re: Temukan Jati Diri
« Reply #3 on: 10 March 2010, 02:18:38 PM »
bagus bangat inspirasi ceritanya , cuma perumpamaannya gak bergitu mengena buat aye ^^
bro change, maksud cerita dia atas ama cerita bro andry ada kaitannya gak ? kalau ada mau dicermatin lagi
sory aye rada oot :hammer:

Thanks

Lihat dari sudut pandang yang berbeda akan memberikan hasil berbeda, tapi inti yang ingin  disampaikan adalah MELIHAT KEDALAM dalam menghadapi perubahan, mungkin inilah persamaannya dari sudut pandang saya.  :)

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Re: Temukan Jati Diri
« Reply #4 on: 10 March 2010, 08:21:10 PM »
Bro Change,itu tulisan dari siapa ya?yang bro kutip?

_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

 

anything