//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Share Hukum Karma  (Read 1811 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dewi_go

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.848
  • Reputasi: 69
  • Gender: Female
Share Hukum Karma
« on: 28 July 2010, 06:47:36 PM »
Share Hukum Karma
Oleh: Yang Mulia Bhikkhu Uttamo MahaThera

Dalam kegiatan sehari-hari kita sering mendengar kata "Karma". Panggunaan kata  "Karma" ini pada umumnya ditujukan untuk manggambarkan hal-hal yang tidak baik; karma selalu dihubungkan dengan karma buruk. Padahal sebetulnya karma bukan  hanya karma buruk tetapi juga ada karma baik. Selain sebagai karma buruk, konsep  karma juga sering diidentikkan sebagai satu-satunya penyebab kejadian. Kita  menganggap setiap keadaan buruk selalu disebabkan oleh karma, semuanya  tergantung pada karma. Konsep yang demikian ini dapat berakibat menurunkan  semangat juang atau semangat hidup kita. Padahal karma bukan satu-satunya  penyebab kejadian, melainkan hanya salah satunya; masih terdapat banyak faktor  yang ikut menentukan dan menyebabkan karma berbuah. Konsep yang menganggap bahwa  karma selalu karma buruk dan sebagai satu-satunya penyebab kejadian ini dapat
dikatakan sebagai suatu pandangan yang salah dan merupakan kelemahan terhadap  penjelasan hukum karma.

Apakah sesungguhnya karma itu? Karma adalah niat untuk melakukan perbuatan. Niat  itulah yang disebut dengan karma! Perbuatan yang dilakukan dengan pikiran  disebut karma melalui pikiran; perbuatan yang dilakukan dengan ucapan disebut  karma melalui ucapan; dan perbuatan yang dilakukan dengan badan disebut karma  melalui badan. Dengan demikian karma bisa berupa karma baik dan karma buruk.

Kemudian timbul satu pertanyaan, apakah yang disebut hukum karma? Hukum karma  sebetulnya adalah hukum sebab dan akibat. Di dalam Samyutta Nikaya dinyatakan:
"Sesuai dengan benih yang ditabur, demikian pulalah buah yang dituai. Mereka  yang menanam kebajikan akan tumbuh kebahagiaan."

Kalau kita melihat dengan kacamata duniawi, pernyataan Dhammapada tersebut  tampak bertolak belakang dengan fenomena yang ada. Kita sering menemukan orang  yang banyak melakukan kebajikan tetapi masih mengalami penderitaan, dan  sebaliknya. Mengapa demikian? Apakah hukum karma-nya keliru? Sebetulnya tidak  keliru! Kalau hukum karma diumpamakan sebagai sebuah sawah yang mempunyai  tanaman padi dan jagung, di mana tanaman padi dan jagung tersebut mempunyai usia
panen yang berbeda, maka tanaman jagung tentu akan panen terlebih dahulu  daripada tanaman padi. Demikian pula perbuatan baik dan buruk. Kalau kita sudah  berbuat baik tetapi masih menderita, ini disebabkan karena perbuatan baik kita  belum saatnya dituai/dipanen. Dalam hal ini kita memetik buah dari perbuatan  buruk terlebih dahulu. Jadi semua itu ada waktunya, walaupun adakalanya masih
bisa dipercepat sampai batas-batas tertentu.

Selanjutnya bagaimanakah karma kalau dilihat menurut waktunya? Menurut waktunya, karma dapat kita bedakan menjadi 4 (empat) kelompok, sebagai berikut:

a). Karma yang langsung berbuah
Misalnya kita mencuri helm milik orang lain, karena helm kita dicuri seseorang.
Supaya tidak ketahuan, kita mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi  walaupun lampu lalu lintas berwarna merah. Akhirnya kita ditangkap polisi.
Terpaksa kita harus membayar tilang Rp 15.000,- (padahal harga sebuah helm hanya Rp 10.000,-). Ini adalah karma yang langsung berbuah.

b). Karma yang berbuah agak lama tetapi masih dalam satu kehidupan.
Misalnya  orang yang melakukan meditasi hingga tingkat jhana yang tinggi sekali, setelah
meninggal langsung terlahir di alam brahma.

c). Karma yang berbuah pada kehidupan-kehidupan yang berikutnya.
Misalnya orang  yang sering mendengarkan Dhamma pasti akan terlahir di alam sorga dalam
kehidupan-kehidupan yang berikutnya. Mengapa demikian? Dengan mendengarkan  Dhamma berarti kita melatih dana perhatian. Pikiran, ucapan dan perbuatan kita  terjaga dengan baik pada saat itu. Kita bisa mengerti dan melaksanakan Dhamma.
Bahkan hal ini amat sesuai dengan salah satu sutta Sang Buddha, bahwa  mendengarkan Dhamma pada saat yang tepat adalah berkah utama.

d). Karma yang tidak sempat berbuah karena kehabisan waktu atau kehilangan  kesempatan untuk berbuah. Sering ada orang yang mengatakan bahwa tercapainya  Nibbana apabila karma baik dan buruk telah habis. Padahal karma itu tidak  mungkin habis karena jumlahnya tidak terbatas. Tetapi karma bisa dipotong! Kita  bisa merasakan karma apabila kita mempunyai badan dan batin, artinya kita  dilahirkan. Kalau kita tidak dilahirkan kembali, kesempatan untuk merasakan  karma baik dan buruk menjadi tidak ada. Akhirnya ada karma yang tidak sempat  berbuah.

Selain menurut waktu, karma juga dapat dibedakan menurut fungsinya, yaitu:
a). Fungsi karma yang melahirkan
Misalnya: ada orang yang dilahirkan dalam kondisi mempunyai banyak penyakit.
Kenapa terjadi demikian? Sesuai dengan benih yang ditanam, demikian pula buah yang dituainya; karena ada penyiksaan maka bisa terlahir sakit-sakitan.

b). Fungsi karma yang mendukung
Karma ini mendukung fungsi karma yang melahirkan. Misalnya; selain terlahir di keluarga yang miskin, dia juga terlahir dalam keadaan cacat. Ini adalah karma yang mendukung.

c). Fungsi karma yang mengurangi
Fungsi karma yang mengurangi ini berhubungan dengan perbuatan kita saat ini.
Misalnya; meskipun miskin dan cacat, orang tersebut mempunyai sila yang baik.

d). Fungsi karma yang memotong
Karena silanya baik, ucapannya baik, tingkah lakunya baik, maka ada orang yang  simpati kepadanya. Orang tersebut diberi pekerjaan yang sesuai dengan  keadaannya. Ini adalah karma yang memotong, artinya bertentangan dengan yang  sedang terjadi. Karma juga berhubungan dengan perbuatan saat ini. Apa yang  terjadi pada saat ini, itulah yang menentukan karma kita. Jadi karma bukanlah nasib! Karma masih bisa diperbaiki dan diubah dengan melihat fungsi karma karena  karma adalah niat berbuat. Perbuatan itulah yang paling penting!

Selanjutnya karma juga dapat dikelompokkan menurut bobotnya yaitu:

a). Bobot karma super berat
Karma super berat yang baik misalnya; orang yang mencapai jhana, setelah  meninggal langsung terlahir di alam brahma; atau memperoleh pañña yang berarti  tercapainya Nibbana. Sedangkan super berat yang buruk ada 5 (lima) yaitu  membunuh ayah, membunuh ibu, membunuh seorang Arahat, melukai Sammasambuddha, dan memecah belah Sangha. Apabila salah satunya dilakukan maka setelah meninggal  orang tersebut langsung terlahir di alam neraka.

b). Karma yang muncul pada saat kematian
Di dalam pikiran akan terjadi satu seleksi pada saat proses kematian yaitu  mengingat perbuatan yang pernah berkesan di dalam diri kita. Misalnya; sebelum  meninggal, seseorang teringat bahwa dia sering mendengarkan Dhamma, sering  bertemu bhikkhu-bhikkhu dan meninggal dalam keadaan bahagia maka orang tersebut  akan terlahir di alam bahagia. Sebaliknya kalau kesannya tidak baik, orang
tersebut dapat terlahir di alam menderita.

Sehubungan dengan proses kematian ini, Sang Buddha menyatakan bahwa apabila kita  bisa melihat 4 (empat) tempat suci di India yaitu tempat Sang Buddha dilahirkan,  mencapai kesucian, membabarkan Dhamma, dan wafat-Nya maka ketika meninggal,  pikiran kita diliputi kebahagiaan. Kita bisa terlahir di alam bahagia. Inilah  sebabnya mengapa kalau ada yang mau meninggal diadakan sembahyangan. Tujuannya  supaya orang tersebut mengingat perbuatan-perbuatan baik yang pernah  dilakukannya sehingga dapat terlahir di alam bahagia. Dengan demikian  sesungguhnya manfaat berpikir positif pada saat kematian adalah paling penting  karena kalau kita berpikir positif pada kematian, kita akan terlahir di alam bahagia.

c). Kalau di dalam proses kematian itu tidak ada yang berkesan atau tidak sempat terpikir, misalnya karena meninggal dalam keadaan koma maka yang berbuah adalah kebiasaannya. Umpamanya orang yang mempunyai kebiasaan latah maka seandainya setelah meninggal terlahir menjadi manusia, dia akan menjadi orang yang suka humor.

d). Bobot yang super ringan atau kecil
Apabila karma yang super berat, karma pada saat kematian, dan karma kebiasaan  tidak muncul maka karma yang super ringan yang akan berbuah. Misalnya; pada  suatu waktu kita melihat ada paku payung di jalan lalu kita singkirkan supaya  tidak mencelakakan orang lain. Ini adalah bobot yang super ringan. Apabila bobot  yang super ringan ini muncul pada saat kematian dan kita merasa bahagia karena bisa menolong orang lain maka kita akan terlahir di alam bahagia.

Dengan demikian, karma sebetulnya terdiri atas 12 (dua belas) jenis.  Masing-masing dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu menurut waktu, fungsi dan  bobot, dimana setiap kelompok karma dibagi menjadi 4 (empat) bagian. Tetapi 12 (dua belas) jenis karma ini tidak berdiri sendiri-sendiri melainkan menjadi satu kesatuan. Oleh karena itu segala sesuatunya belum tentu disebabkan oleh karma.
Sweet things are easy 2 buy,
but sweet people are difficult to find.
Life ends when u stop dreaming, hope ends when u stop believing,
Love ends when u stop caring,
Friendship ends when u stop sharing.
So share this with whom ever u consider a friend.
To love without condition... ......... .........

Offline Shining Moon

  • Sebelumnya: Yuri-chan, Yuliani Kurniawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.148
  • Reputasi: 131
Re: Share Hukum Karma
« Reply #1 on: 28 July 2010, 07:16:27 PM »
salah kamar nih...kok masuk ke lingkungan?
Life is beautiful, let's rock and roll..

 

anything