Topik Buddhisme > Buddhisme untuk Pemula

Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme

<< < (90/90)

dilbert:

--- Quote from: ibro on 22 April 2014, 09:55:36 PM ---Teman-teman sekalian, mohon masukan untuk saya yang bingung:
Dalam ajaran Budha, tujuan akhir dari hidup ini seharusnya adalah Nibbana, keadaan ketika kita sudah bebas dari kemelekatan dan segala hal yang bersifat sementara (CMMIW).
Lalu mengapa Budha mengajarkan kita juga untuk hal bersifat duniawi, seperti yang saya baca id Anguttara Nikaya II 285 paragraph ke 1:
UTTHANASAMPADA: Rajin dan bersemangat dalam bekerja?

Kalau kelahiran saja sudah dianggap Dukha, mengapa juga kita harus rajin bekerja? mengapa tidak 'bekerjalah alakadarnya saja, sebatas agar kita dapat menghindari penderitaan kelaparan?

Kalau boleh saya juga ingin bertanya pada teman-teman:
Apakah tujuan hidup dari teman-teman? dan bagaimana teman-teman mengaitkannya dengan tujuan akhir yang adalah Nibbana?

Terimakasih sebelumnya,
Ibro.

--- End quote ---

Walaupun ketemu Buddha-pun, toh banyak manusia (termasuk makhluk apapun lainnya) tidak kemudian mengikuti jalan yang dilakukan Buddha (meninggalkan keduniawian). Jadi buat yang bertekad meninggalkan keduniawian, ikuti-lah jalan non-keduniawian yang diajarkan Buddha... Bagi yang masih melekat pada keduniawian pada kehidupan tersebut, minimal ikuti-lah jalan-jalan yang lebih baik (kusala) yang diajarkan Buddha, demi kebahagiaan semua makhluk.

ibro:
Tq Sari Dewi untuk jawaban singkat, padat tapi sejujurnya membuat saya melongo  :)
Tq Dilbert untuk memberikan penjelasan yang bisa menjadi dasar pemahaman saya selanjutnya.

K.K.:

--- Quote from: ibro on 22 April 2014, 09:55:36 PM ---Teman-teman sekalian, mohon masukan untuk saya yang bingung:
Dalam ajaran Budha, tujuan akhir dari hidup ini seharusnya adalah Nibbana, keadaan ketika kita sudah bebas dari kemelekatan dan segala hal yang bersifat sementara (CMMIW).

--- End quote ---
Tujuan akhir dalam Buddhisme memang Nibbana/Nirvana, tapi tidak selalu ditargetkan ataupun otomatis tercapai dalam hidup ini.


--- Quote ---Lalu mengapa Budha mengajarkan kita juga untuk hal bersifat duniawi, seperti yang saya baca id Anguttara Nikaya II 285 paragraph ke 1:
UTTHANASAMPADA: Rajin dan bersemangat dalam bekerja?

--- End quote ---
Biasanya penghidupan dipisahkan menjadi 2 jenis: perumah-tangga yang masih menikmati kenikmatan indriah dan petapa yang telah meninggalkan keduniawian.
Sutta ini diberikan bagi mereka yang menjalani penghidupan sebagai perumah-tangga agar bisa menikmati keduniawian dengan cara yang benar dan tidak membawa pada penderitaan di masa depan.


--- Quote ---Kalau kelahiran saja sudah dianggap Dukha, mengapa juga kita harus rajin bekerja?
--- End quote ---
Kelahiran sebagai dukkha adalah satu hal, tidak berhubungan dengan seseorang rajin/malas bekerja. Konteks di sini adalah agar seseorang bisa hidup di dunia dengan bahagia, maka kualitas kerajinan ini dibutuhkan.


--- Quote ---mengapa tidak 'bekerjalah alakadarnya saja, sebatas agar kita dapat menghindari penderitaan kelaparan?
--- End quote ---
"Ala kadarnya" setiap orang itu berbeda. Tidak semua orang hidup hanya berfokus pada 'cukup makan'. Ada juga yang bekerja giat demi keluarga, demi membantu orang lain, atau memenuhi ambisi, dll. Jadi kembali lagi ini kembali pada pola pikir masing-masing saja, seberapa definisi "cukup" bagi dirinya sendiri.
Dan terlepas dari motivasinya, tetap kerajinan adalah kualitas yang baik.

cumi polos:
bagaimana seorang Buddhist menghadapin "MUSUH" ?

musuh diatas antara lain...
- anggota keluarga (ortu, anak) yg MELAWAN (tdk nurut)
- teman/rekan kerja yg menyudutkan kita
- lingkungan tao org lain yg mempersulit kita
- kesulitan, kekurangan, ketidak nyamanan....
- sakit, bahkan lumpuh sebagian

mohon pencerahannya...

Navigation

[0] Message Index

[*] Previous page

Go to full version