//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kontradiksi sehubungan dengan perumah tangga yang mencapai kesucian Arahat  (Read 50809 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
jadi adalah memungkinkan untuk mencapai arahat walau tidak meninggalkan keduniawian, berarti kontradiksi donk dg sutta tsb bro?    (****pengin lanjutin diskusi, gara2 ga bisa kasih GRP banyakin posting aja****)
Tidak kontradiksi. Meninggalkan keduniawian (jadi bhikkhu) belum tentu adalah melepas belenggu keduniawian. Maka bisa saja bhikkhu lepas jubah. Sebaliknya meninggalkan belenggu keduniawian bukan berarti serta-merta menjadi bhikkhu.


Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Meski menjadi seorang bhikkhu adalah kondisi yg sempurna untuk tidak terganggu dengan berbagai belenggu, namun saya setuju bahwa 'melepaskan belenggu keduniawian' bukan berarti selalu menjadi bhikkhu. bisa juga jadi pertapa biasa.

Kembali ke topik TS, kalimat disini adalah 'melepas belenggu kerumahtanggaan'.

Saya jadi merenungkan, apakah bisa kita 'melepaskan belenggu kerumahtanggaan' sementara masih hidup di dalam keluarga tsb? Artinya kita masih tinggal secara fisik dalam keluarga tsb? Bagaimana implementasinya? ambil contoh Raja Suddhodana, bagaiman pemerintahan dijalankan? Bagaimana pelayan2 bersikap terhadap Sang Raja? Apakah Beliau hidup sbg petapa di istana sendiri?

Saya bayangkan diri sendiri juga, sebagai kepala keluarga. Bagaimana kita 'melepas belenggu kerumahtangaan' sementara masih tinggal secara fisik dengan keluarga? Anak2 kecil kita yg setiap hari minta bermain, setiap saat dipanggil papa, meredakan pertengkaran anak, membagi tugas menjaga anak dengan istri, bagaimana menafkahi keluarga? Kebutuhan sekolah, dll?

Menurut saya pribadi: TIDAK MUNGKIN untuk 'melepaskan belenggu kerumahtanggaan' sementara kita masih tinggal secara fisik dengan keluarga kita. Kondisi yg paling pas adalah menjadi seorang Bhikkhu atau seorang petapa.

::



Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
jadi adalah memungkinkan untuk mencapai arahat walau tidak meninggalkan keduniawian, berarti kontradiksi donk dg sutta tsb bro?    (****pengin lanjutin diskusi, gara2 ga bisa kasih GRP banyakin posting aja****)
Tidak kontradiksi. Meninggalkan keduniawian (jadi bhikkhu) belum tentu adalah melepas belenggu keduniawian. Maka bisa saja bhikkhu lepas jubah. Sebaliknya meninggalkan belenggu keduniawian bukan berarti serta-merta menjadi bhikkhu.


thanks bro Kainyn_Kutho yg baik,
justru itu, sepertinya kontradiksi, karena dlm sutta itu ditulis bhw seorang umat awam mustahil mencapai arahat selama tidak melepas belenggu keluarga, sedangkan raja Suddhodana dlm pencapaian keArahatan beliau justru dibawah payung kerajaan berwarna putih, otomatis masih dlm belenggu, ya kerajaan, ya status sbg raja, ya status sbg suami, ya harta benda serta segala fasilitas kerajaan yg dimilikinya (ketikan ya dibanyakin ikutan versi bro Gacha, spt pali).  bagaimana bro?

mettacittena,

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Meski menjadi seorang bhikkhu adalah kondisi yg sempurna untuk tidak terganggu dengan berbagai belenggu, namun saya setuju bahwa 'melepaskan belenggu keduniawian' bukan berarti selalu menjadi bhikkhu. bisa juga jadi pertapa biasa.

Kembali ke topik TS, kalimat disini adalah 'melepas belenggu kerumahtanggaan'.

Saya jadi merenungkan, apakah bisa kita 'melepaskan belenggu kerumahtanggaan' sementara masih hidup di dalam keluarga tsb? Artinya kita masih tinggal secara fisik dalam keluarga tsb? Bagaimana implementasinya? ambil contoh Raja Suddhodana, bagaiman pemerintahan dijalankan? Bagaimana pelayan2 bersikap terhadap Sang Raja? Apakah Beliau hidup sbg petapa di istana sendiri?

Saya bayangkan diri sendiri juga, sebagai kepala keluarga. Bagaimana kita 'melepas belenggu kerumahtangaan' sementara masih tinggal secara fisik dengan keluarga? Anak2 kecil kita yg setiap hari minta bermain, setiap saat dipanggil papa, meredakan pertengkaran anak, membagi tugas menjaga anak dengan istri, bagaimana menafkahi keluarga? Kebutuhan sekolah, dll?

Menurut saya pribadi: TIDAK MUNGKIN untuk 'melepaskan belenggu kerumahtanggaan' sementara kita masih tinggal secara fisik dengan keluarga kita. Kondisi yg paling pas adalah menjadi seorang Bhikkhu atau seorang petapa.

::


saya sependapat dg anda bro....

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
[...]
Menurut saya pribadi: TIDAK MUNGKIN untuk 'melepaskan belenggu kerumahtanggaan' sementara kita masih tinggal secara fisik dengan keluarga kita. Kondisi yg paling pas adalah menjadi seorang Bhikkhu atau seorang petapa.

::
Berarti kalau menurut Bro Willi, tidak ada perumahtangga yang mencapai Arahatta tanpa menjadi petapa terlebih dahulu?

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
ada catatan kaki :
(715) MA menjelaskan “belengguu kerumah-tangga” (gihisamyojana) sebagai kemelekatan pada kebutuhan-kebutuhan perumah-tangga, yang oleh MT dirinci sebagai tanah, hiasan, kekayaan, biji-bijian, dsb. MA mengatakan bahwa walaupun teks-teks menyebutkan beberapa individu yang mencapai tingkat arahat sebagai perumah-tangga, melalui jalan tingkat arahat mereka menghancurkan semua kemelekatan pada  hal-hal duniawi sehingga menjadi bhikkhu atau meninggal segera setelah pencapaian mereka. Pernyataan tentang Arahat awam dibahas di Miln 264.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
[...]
Menurut saya pribadi: TIDAK MUNGKIN untuk 'melepaskan belenggu kerumahtanggaan' sementara kita masih tinggal secara fisik dengan keluarga kita. Kondisi yg paling pas adalah menjadi seorang Bhikkhu atau seorang petapa.

::
Berarti kalau menurut Bro Willi, tidak ada perumahtangga yang mencapai Arahatta tanpa menjadi petapa terlebih dahulu?

yang dimaksud bro Will adalah jika disaat sekarang, bukan membahas raja suddhodana, benarkah bro will?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
thanks bro Kainyn_Kutho yg baik,
justru itu, sepertinya kontradiksi, karena dlm sutta itu ditulis bhw seorang umat awam mustahil mencapai arahat selama tidak melepas belenggu keluarga, sedangkan raja Suddhodana dlm pencapaian keArahatan beliau justru dibawah payung kerajaan berwarna putih, otomatis masih dlm belenggu, ya kerajaan, ya status sbg raja, ya status sbg suami, ya harta benda serta segala fasilitas kerajaan yg dimilikinya (ketikan ya dibanyakin ikutan versi bro Gacha, spt pali).  bagaimana bro?

mettacittena,
Menurut saya, belenggu yang dimaksud bukanlah cara hidup yang menjalani kehidupan perumah-tangga, namun kondisi bathin yang melekati kerumah-tanggaan itu sendiri. Saya ambil contoh sebaliknya, seorang bhikkhu yang hidup menyendiri, tidak memiliki harta benda, tidak tinggal bersama keluarga, ia memiliki cara hidup seorang petapa. Tetapi apakah otomatis bisa kita sebut dia telah melepaskan belenggu kerumah-tanggaan?

Sebaliknya, seorang Arahat bisa saja tetap menjalani cara hidup seorang perumah-tangga, namun dikatakan akan parinibbana dalam 7 hari.


Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
ada catatan kaki :
(715) MA menjelaskan “belengguu kerumah-tangga” (gihisamyojana) sebagai kemelekatan pada kebutuhan-kebutuhan perumah-tangga, yang oleh MT dirinci sebagai tanah, hiasan, kekayaan, biji-bijian, dsb. MA mengatakan bahwa walaupun teks-teks menyebutkan beberapa individu yang mencapai tingkat arahat sebagai perumah-tangga, melalui jalan tingkat arahat mereka menghancurkan semua kemelekatan pada  hal-hal duniawi sehingga menjadi bhikkhu atau meninggal segera setelah pencapaian mereka. Pernyataan tentang Arahat awam dibahas di Miln 264.

iya bro Ryu...memang itu yg jadi pertanyaan saya, krn dlm sutta MN.71 Sang Buddha bersabda adalah tidak mungkin (mustahil) bagi umat awam utk mencapai pembebasan dari Dukkha bila tidak melepas belenggu keduniawian.

Quote
Na kho (Not, indeed) vaccha ekanneva  satam  (not even just one hundred) na dve satàni (not 200) na tini satàni (not 300) na cattàri satàni (not 400) na panca satàni (not 500), atha kho (then) bhiyyova ye (like as/as if/only, in higher degree/still more and more/repeatedly) gihãsamyojanam (fetter of domestic life, fetter of householder life, laylife's bonds) appahàya (having little left, having little diminish, having little disappear)  kàyassa (to the heap up, to the group, to the accumulation, to the collection)  bhedà (breaking, destruction, dissolution) saggupagà'ti (getting to/reaching to/coming into/having/experiencing heaven, next world, happiness place and long life)

(***wah tulisan palinya kok jadi ngaco ya?***)

sorry ini kata demi kata, agar dapat di cek juga apakah ada kesalahan penerjemahan. bro Indra sih udah menanggapi tidak ada kesalahan penerjemahan dari berbagai pihak penerjemah, jadi sutta versi bhs inggrisnya telah sesuai menerjemahkan dari palinya. bro Indra udah membandingkan antara pali dengan inggrisnya, semua tidak ada kesalahan penerjemahan, sehingga sang Buddha benar telah membabarkan mustahil seorang umat awam mencapai arahat jika tidak melepas belenggu keduniawian nya. (utk bro Kainyn yg baik, itu yg jadi pokok pertanyaan bro Indra)

mettacittena,
« Last Edit: 20 August 2010, 05:09:53 PM by pannadevi »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
yang dimaksud bro Will adalah jika disaat sekarang, bukan membahas raja suddhodana, benarkah bro will?
Saya setuju dengan pendapat bahwa menjalani kehidupan sebagai petapa, lebih kondusif untuk pencapaian kesucian. Namun, terlepas dari kasus Suddhodana di masa lampau, ataukah masa sekarang (atau masa depan), bukanlah tidak mungkin seorang perumahtangga yang ketika melepaskan kemelekatannya pada hal rumah-tangga, untuk mencapai Arahatta-phala.

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
kisah lain: Bahiya, yang belum resmi ditahbiskan menjadi bhikkhu tapi menjadi Arahat setelah mendengar Dhammadesana dari Sang Buddha.

tapi konteksnya agak lain dari Raja Suddhodana, karena kondisi Bahiya tidak lagi sangat dekat dengan rumah tangga pada saat itu.
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
yang dimaksud bro Will adalah jika disaat sekarang, bukan membahas raja suddhodana, benarkah bro will?
Saya setuju dengan pendapat bahwa menjalani kehidupan sebagai petapa, lebih kondusif untuk pencapaian kesucian. Namun, terlepas dari kasus Suddhodana di masa lampau, ataukah masa sekarang (atau masa depan), bukanlah tidak mungkin seorang perumahtangga yang ketika melepaskan kemelekatannya pada hal rumah-tangga, untuk mencapai Arahatta-phala.


kemungkinan itu justru yang kontradiksi jika dibandingkan sutta MN.71, yang jelas2 sang Buddha membabarkan dlm sutta tsb adalah mustahil.

padahal mungkin saja bisa, dg konteks yg bro sampaikan tadi diatas "wlu tidak secara physik tapi secara mental". justru Arahat itu khan memang mental bukan physik.

makanya saya tertarik karena kok seperti ada kontradiksi, saya memang mencari yang bener itu bagaimana? bukankah mustahil sang Buddha lupa? bagaimana bro?

mettacittena,

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
kisah lain: Bahiya, yang belum resmi ditahbiskan menjadi bhikkhu tapi menjadi Arahat setelah mendengar Dhammadesana dari Sang Buddha.

tapi konteksnya agak lain dari Raja Suddhodana, karena kondisi Bahiya tidak lagi sangat dekat dengan rumah tangga pada saat itu.

iya bro Lex yang baik,
bahiya pun umat awam yang mencapai arahat, bahkan bahiyalah Arahat pertama yang mendapat kehormatan sang Buddha, menginstruksikan pembangunan Stupa kepada 4 jenis orang yang berharga.

namun beliau telah lama meninggalkan keduniawian menjadi petapa hanya dg selembar kulit kayu, walau masyarakat mempersembahkan jubah, namun semua ditolak, bukankah itu juga lambang tidak melekat?

mettacittena,

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
thanks bro Kainyn_Kutho yg baik,
justru itu, sepertinya kontradiksi, karena dlm sutta itu ditulis bhw seorang umat awam mustahil mencapai arahat selama tidak melepas belenggu keluarga, sedangkan raja Suddhodana dlm pencapaian keArahatan beliau justru dibawah payung kerajaan berwarna putih, otomatis masih dlm belenggu, ya kerajaan, ya status sbg raja, ya status sbg suami, ya harta benda serta segala fasilitas kerajaan yg dimilikinya (ketikan ya dibanyakin ikutan versi bro Gacha, spt pali).  bagaimana bro?

mettacittena,
Menurut saya, belenggu yang dimaksud bukanlah cara hidup yang menjalani kehidupan perumah-tangga, namun kondisi bathin yang melekati kerumah-tanggaan itu sendiri. Saya ambil contoh sebaliknya, seorang bhikkhu yang hidup menyendiri, tidak memiliki harta benda, tidak tinggal bersama keluarga, ia memiliki cara hidup seorang petapa. Tetapi apakah otomatis bisa kita sebut dia telah melepaskan belenggu kerumah-tanggaan?

Sebaliknya, seorang Arahat bisa saja tetap menjalani cara hidup seorang perumah-tangga, namun dikatakan akan parinibbana dalam 7 hari.


bro Kainyn yg baik,

bagaimana maksud anda bro?
maksud nya misal dia masih dekat hub nya dg keluarga? begitukah? misal dia masih menggunakan HP, laptop, menyetir sendiri mobilnya, memiliki rekening sendiri, begitukah?

mettacittena,

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
kisah lain: Bahiya, yang belum resmi ditahbiskan menjadi bhikkhu tapi menjadi Arahat setelah mendengar Dhammadesana dari Sang Buddha.

tapi konteksnya agak lain dari Raja Suddhodana, karena kondisi Bahiya tidak lagi sangat dekat dengan rumah tangga pada saat itu.

Bahiya bukan tidak dekat dengan rumah-tangga, namun memang telah hidup dengan cara petapa.
Selain Santati yang parinibbana dalam jubah menteri, contoh lainnya adalah Khema yang mencapai Arahatta sewaktu masih jadi ratu.