//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: berpikir porno  (Read 41482 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: berpikir porno
« Reply #75 on: 13 April 2009, 09:31:49 AM »
ayo... cowok-wowok dc pengagum wanita indah gak?  :))
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: berpikir porno
« Reply #76 on: 13 April 2009, 09:33:04 AM »
Daripada mengira2 pikiran org lain, bukankah lebih baik kalau kita melihat bagaimana pikiran kita sendiri bro  ;)

Maksudnya ? Melihat pikiran kita yang sedang berpikir porno itu ?

Yup, dan menyadari bhw itu adalah akusala, yg justru akan menjauhkan kita dari pengikisan Lobha, Dosa dan Moha

Kebanyakan dari kita justru menikmati "arus" kenikmatan porno....... yg notabene justru memperbanyak Lobha...

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: berpikir porno
« Reply #77 on: 13 April 2009, 09:40:02 AM »
Versi lengkap syarat pembunuhan adalah:
1. ada makhluk hidup
2. tahu bahwa makhluk itu masih hidup
3. mempunyai niat membunuh
4. melakukan suatu aksi tertentu (bisa membunuh dengan tangan sendiri, atau "pinjam" tangan orang lain)
5. makhluk hidup itu mati karena aksi kita

Jika kelima syarat itu lengkap, maka itu namanya pembunuhan. Kalau belum lengkap, maka tidak termasuk pembunuhan.


kalo pikiran porno trs gimana, menurut survey pria sering banget berpikir sex. krn bawaan utk berkembang biak.

lalu dr sisi Dhamma, bgmana tanggapany?



Bawaan/alamiah itu sebenarnya hasil dari apa yg anda lakukan dalam kehidupan2 lampau..... kalau sekarang makin diperbanyak lagi, di kehidupan mendatang "kondisi bawaan" itu akan makin kuat lagi (alias makin porno)

Kalau saat menjelang kematian teringat perempuan, bisa saja di kehidupan mendatang jadi perempuan.
Atau kalau lagi ingat alat kelamin, bisa jadi di kehidupan mendatang punya 2 alat kelamin

Dhamma mengajarkan kita utk mengikis Lobha, Dosa dan Moha jadi berhati-hatilah jika kita sedang dalam kondisi akusala........

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: berpikir porno
« Reply #78 on: 13 April 2009, 09:46:28 AM »
Tambahkan sedikit...

Mungkin kita masih ingat bahwa ada yg mengatakan bahwa kita adalah arsitek batin kita sendiri, artinya segala input dan keputusan yg kita ambil setiap detiknya akan menjadi pembentuk karakter kita.

Kecenderungan berpikiran porno akan memuaskan dahaga batin sesaat dan selalu mencari dan mencari lagi, akhirnya 'trend batin' kita terbentuk untuk 'gampang sekali' berpikiran porno. Porno = Sex. Sang Buddha pernah mengatakan bahwa 'Sex' adalah kemelekatan yg paling berbahaya diantara semua kemelekatan lainnya. Sex adalah kemelekatan yg paling sulit dikikis karena kemelekatan ini menimpa hampir semua pintu indera kita sekaligus; jarang ada jenis kemelekatan yg bisa menimpa keseluruhan pintu indrea sekaligus... (sy lupa referensi nya, mungkin Bro Kainyn bisa bantu)....

Dapat dimengerti kenapa kita tidak boleh memupuk nafsu yg satu ini, namun bukan berarti umat Buddha dilarang untuk berhubungan / melakukan kegiatan sex, (seperti yg sering dikemukakan bahwa tidak ada 'larangan' dalam ajaran Buddha, yg ada adalah 'sebab dan akibat') seyogyanya kita jangan memanjakan nafsu yg satu ini, karena sifat2nya yg telah dikemukakan diatas.

::

Thanx tambahannya, Bro Willi. Dulu Bhante Uttamo pernah bilang perbuatan yang berulang-ulang akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang dilakukan terus menerus akan menjadi watak.
Untuk referensi tentang "jarangnya kemelekatan berkaitan dengan seluruh indria sekaligus", saya tidak tahu. Tetapi di Anguttara Nikaya, Ekakanipata, Rupadivagga, memang dikatakan (secara tidak langsung) bahwa kemelekatan dari masing-masing enam indria yang paling kuat, adalah nafsu seksual.


Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: berpikir porno
« Reply #79 on: 13 April 2009, 09:56:42 AM »
Soal porno2an ini Bro Mark, kali ini mo sharing pendapat pribadi:

Saya pernah berpikir bahwa arah kecenderungan sekarang untuk menutupi tubuh wanita sebanyak mungkin (kain panjang, jilbab) malah tidak akan efektif untuk meredam pornografi.

Umat lain/umum berpikiran bahwa akar masalah pornografi adalah si wanita / objeknya.
Mereka berpikiran bahwa 'objeklah penyebab hasrat berahi' sehingga segala hal untuk meredam hawa nafsu dititikberatkan di objeknya ini (=wanita). Padahal seperti yg kita tau, akar pornografi (ketamakan/tanha/lobha) adalah di pikiran kita masing2. Sehingga untuk menangkal pornografi sebenarnya harus dititikberatkan di penyempurnaan pikiran/ pelurusan pandangan.

Apa yg dilakukan sekarang (berusaha menutupi tubuh wanita sebanyak mungkin) malah akan memperbanyak objek tanha. Dulu tidak banyak wanita yg berjilbab, mereka memakai rok mini dsbnya... objek porno-nya hanya menimpa daerah2 yg ditutupi, tidak banyak. Sekarang, setelah semakin banyak yg berusaha disembunyikan, akan semakin banyak objek pornonya. Contohnya, bagi orang yg terbiasa melihat wanita dengan jilbab, ketika melihat wanita2 yg melepas jilbab, daerah2 yg dulu-nya biasa2 saja, misalnya daerah tubuh disekitar pundak, pangkal lengan, pinggang, dan betis sekarang akan bisa memicu nafsunya, karena bagian2 tsb selama ini berusaha disembunyikan.

Di daerah yg kaum wanitanya terbiasa tampil seadanya, ambil contoh misalnya di eropah atau di indonesia dulu, dimana wanita terbiasa memakai tengtop, yukensi, celana pendek... daerah pundak, perut dll bukan lagi menjadi objek pemicu dominan. Coba dibandingkan bagaimana jika wanita dengan celana pendek dan baju tengtop berkeliaran di Arab atau di jalanan Karachi?

Karena akar permasalahan sesungguhnya bukan di 'objeknya' (wanita) maka usaha2 untuk memodifikasi objek, biar bagaimanapun, bahkan jika si wanita ditutupi seluruhnya dengan kain, sampai matapun disembunyikan, tidak akan berhasil meredam hawa nafsu manusia. jikalaupun hukuman pancung di-undang2kan bagi pornografi, paling banter hanya berhasil meredam di permukaan, orang2 akan berpikir dua kali untuk melakukan usaha2 yg berbau pornografi yg dilarang negara , namun pada tingkat batin masing2 individu, tanha semakin menggelora karena titik objek menjadi semakin banyak...

::

 
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: berpikir porno
« Reply #80 on: 13 April 2009, 10:00:28 AM »
contohnya di bali, mandi di sungai bareng-bareng atau hasil karya seninya.
klo di LN ada tempat khusus nudis, bagaimana yah klo kita dan rakyat Indonesia yang masuk kesana?  :))  :))
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: berpikir porno
« Reply #81 on: 13 April 2009, 01:32:49 PM »
Soal porno2an ini Bro Mark, kali ini mo sharing pendapat pribadi:

Saya pernah berpikir bahwa arah kecenderungan sekarang untuk menutupi tubuh wanita sebanyak mungkin (kain panjang, jilbab) malah tidak akan efektif untuk meredam pornografi.

Umat lain/umum berpikiran bahwa akar masalah pornografi adalah si wanita / objeknya.
Mereka berpikiran bahwa 'objeklah penyebab hasrat berahi' sehingga segala hal untuk meredam hawa nafsu dititikberatkan di objeknya ini (=wanita). Padahal seperti yg kita tau, akar pornografi (ketamakan/tanha/lobha) adalah di pikiran kita masing2. Sehingga untuk menangkal pornografi sebenarnya harus dititikberatkan di penyempurnaan pikiran/ pelurusan pandangan.

Apa yg dilakukan sekarang (berusaha menutupi tubuh wanita sebanyak mungkin) malah akan memperbanyak objek tanha. Dulu tidak banyak wanita yg berjilbab, mereka memakai rok mini dsbnya... objek porno-nya hanya menimpa daerah2 yg ditutupi, tidak banyak. Sekarang, setelah semakin banyak yg berusaha disembunyikan, akan semakin banyak objek pornonya. Contohnya, bagi orang yg terbiasa melihat wanita dengan jilbab, ketika melihat wanita2 yg melepas jilbab, daerah2 yg dulu-nya biasa2 saja, misalnya daerah tubuh disekitar pundak, pangkal lengan, pinggang, dan betis sekarang akan bisa memicu nafsunya, karena bagian2 tsb selama ini berusaha disembunyikan.

Di daerah yg kaum wanitanya terbiasa tampil seadanya, ambil contoh misalnya di eropah atau di indonesia dulu, dimana wanita terbiasa memakai tengtop, yukensi, celana pendek... daerah pundak, perut dll bukan lagi menjadi objek pemicu dominan. Coba dibandingkan bagaimana jika wanita dengan celana pendek dan baju tengtop berkeliaran di Arab atau di jalanan Karachi?

Karena akar permasalahan sesungguhnya bukan di 'objeknya' (wanita) maka usaha2 untuk memodifikasi objek, biar bagaimanapun, bahkan jika si wanita ditutupi seluruhnya dengan kain, sampai matapun disembunyikan, tidak akan berhasil meredam hawa nafsu manusia. jikalaupun hukuman pancung di-undang2kan bagi pornografi, paling banter hanya berhasil meredam di permukaan, orang2 akan berpikir dua kali untuk melakukan usaha2 yg berbau pornografi yg dilarang negara , namun pada tingkat batin masing2 individu, tanha semakin menggelora karena titik objek menjadi semakin banyak...

::

 

Betul sekali ko will...... Obyek itu sesungguhnya bersifat netral (ci lily mode : ON)

Itu menjadi bersifat kusala atau akusala vipaka (Sukha atau dukkha), tergantung pada kualitas batin org yg bersangkutan

Jadi ingat contoh yg dulu sering saya ungkapkan ke rekan2 :
- Jika ada org yg memberi Rp 10,000 ke pengemis, dia akan merasa sangat senang....
- Tapi jika ada org yg memberi Rp 10,000 ke pak konglomerat XXX, dia akan merasa sangat terhina


Senang bisa berdiskusi kembali dengan ko will, sangat bermanfaat sekali utk saya  _/\_

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: berpikir porno
« Reply #82 on: 13 April 2009, 09:55:25 PM »
Soal porno2an ini Bro Mark, kali ini mo sharing pendapat pribadi:

Saya pernah berpikir bahwa arah kecenderungan sekarang untuk menutupi tubuh wanita sebanyak mungkin (kain panjang, jilbab) malah tidak akan efektif untuk meredam pornografi.

Umat lain/umum berpikiran bahwa akar masalah pornografi adalah si wanita / objeknya.
Mereka berpikiran bahwa 'objeklah penyebab hasrat berahi' sehingga segala hal untuk meredam hawa nafsu dititikberatkan di objeknya ini (=wanita). Padahal seperti yg kita tau, akar pornografi (ketamakan/tanha/lobha) adalah di pikiran kita masing2. Sehingga untuk menangkal pornografi sebenarnya harus dititikberatkan di penyempurnaan pikiran/ pelurusan pandangan.

Apa yg dilakukan sekarang (berusaha menutupi tubuh wanita sebanyak mungkin) malah akan memperbanyak objek tanha. Dulu tidak banyak wanita yg berjilbab, mereka memakai rok mini dsbnya... objek porno-nya hanya menimpa daerah2 yg ditutupi, tidak banyak. Sekarang, setelah semakin banyak yg berusaha disembunyikan, akan semakin banyak objek pornonya. Contohnya, bagi orang yg terbiasa melihat wanita dengan jilbab, ketika melihat wanita2 yg melepas jilbab, daerah2 yg dulu-nya biasa2 saja, misalnya daerah tubuh disekitar pundak, pangkal lengan, pinggang, dan betis sekarang akan bisa memicu nafsunya, karena bagian2 tsb selama ini berusaha disembunyikan.

Di daerah yg kaum wanitanya terbiasa tampil seadanya, ambil contoh misalnya di eropah atau di indonesia dulu, dimana wanita terbiasa memakai tengtop, yukensi, celana pendek... daerah pundak, perut dll bukan lagi menjadi objek pemicu dominan. Coba dibandingkan bagaimana jika wanita dengan celana pendek dan baju tengtop berkeliaran di Arab atau di jalanan Karachi?

Karena akar permasalahan sesungguhnya bukan di 'objeknya' (wanita) maka usaha2 untuk memodifikasi objek, biar bagaimanapun, bahkan jika si wanita ditutupi seluruhnya dengan kain, sampai matapun disembunyikan, tidak akan berhasil meredam hawa nafsu manusia. jikalaupun hukuman pancung di-undang2kan bagi pornografi, paling banter hanya berhasil meredam di permukaan, orang2 akan berpikir dua kali untuk melakukan usaha2 yg berbau pornografi yg dilarang negara , namun pada tingkat batin masing2 individu, tanha semakin menggelora karena titik objek menjadi semakin banyak...

::

Saya sih setujuh aja dgn bro...
pakailah seminim mungkin utk menghemat kain dan rinso...

tapi kalau gampang masuk angin, siapa yg nanggung?

Spt suster (yg mudah lho) di rumah sakit yg sering merawat pasien cowok...
nah sering2 juga suster memandikannya dari ujung rambut sampai ujung kaki...
kalau itu udah tugas sehari2..... melihat burung2 udah pemandangan biasa bro....

bagaimana menurut yg lain?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: berpikir porno
« Reply #83 on: 13 April 2009, 11:14:33 PM »
Pernah ga liat pemandangan di afrika (via tv boleh la, hehe...) ato ga usah jauh2 deh, di papua aja, disana mereka menggunakan pelindung tubuh yang sangat minim, pria menggunakan koteka, wanita menggunakan daun untuk menutup alat kelamin bagian bawah, sedangkan yg bagian atas terbuka/terlihat/tidak ditutup apa2, gmn dgn masalah itu ?

apakah berarti masyarakat disono parno-parno ? apakah mereka melanggar undang2 pornografi yg ngaur itu ? disana malah ga ada pemerkosaan, padahal tiap hari ngeliat pemandangan yg wah (jika di kaitkan dengan kehidupan masyarakat kita) bayangi aja gimana kalo kita ke mall trus liat cewe ga pake baju n BH cm menggunakan CD ?

mungkin ada rekan disini yg suka dugem, apakah melihat wanita dengan pakaian tengtop, rok mini yg super ketat membuat anda berpikir porno ? belum tentu, ada yg iya (karena pertama kali atau emang pikiran nya ngeres) ada yg ngga karena udah biasa dengan hal tersebut...

malah ada seorang guru agama mengajar anak didiknya (walau menggunakan jilbab dan pakaian terusan yang panjang sampe kaki) malah tertarik, terpesona dan tergoda, sehingga terjadi pencabulan... hause juga tuh guru nya, hahaha...

jd apa tolak ukur porno ? pakaian ? adat ? aturan agama ? atau pikiran ? ya sesuai dengan tulisan bro william, semua itu tergantung dari bagaimana pikiran kita mengolah object yg ditangkap oleh mata...

yg terpenting tau kapan seorang wanita mau menggunakan pakaian seperti itu dengan memperhatikan kondisi dan situasi, ga mungkin ke pesta menggunakan bikini kan ? hahaha... [tulisan iseng mode : on]

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: berpikir porno
« Reply #84 on: 14 April 2009, 01:35:04 AM »
Tambahkan sedikit...

Mungkin kita masih ingat bahwa ada yg mengatakan bahwa kita adalah arsitek batin kita sendiri, artinya segala input dan keputusan yg kita ambil setiap detiknya akan menjadi pembentuk karakter kita.

Kecenderungan berpikiran porno akan memuaskan dahaga batin sesaat dan selalu mencari dan mencari lagi, akhirnya 'trend batin' kita terbentuk untuk 'gampang sekali' berpikiran porno. Porno = Sex. Sang Buddha pernah mengatakan bahwa 'Sex' adalah kemelekatan yg paling berbahaya diantara semua kemelekatan lainnya. Sex adalah kemelekatan yg paling sulit dikikis karena kemelekatan ini menimpa hampir semua pintu indera kita sekaligus; jarang ada jenis kemelekatan yg bisa menimpa keseluruhan pintu indrea sekaligus... (sy lupa referensi nya, mungkin Bro Kainyn bisa bantu)....

Dapat dimengerti kenapa kita tidak boleh memupuk nafsu yg satu ini, namun bukan berarti umat Buddha dilarang untuk berhubungan / melakukan kegiatan sex, (seperti yg sering dikemukakan bahwa tidak ada 'larangan' dalam ajaran Buddha, yg ada adalah 'sebab dan akibat') seyogyanya kita jangan memanjakan nafsu yg satu ini, karena sifat2nya yg telah dikemukakan diatas.

::

Thanx tambahannya, Bro Willi. Dulu Bhante Uttamo pernah bilang perbuatan yang berulang-ulang akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang dilakukan terus menerus akan menjadi watak.
Untuk referensi tentang "jarangnya kemelekatan berkaitan dengan seluruh indria sekaligus", saya tidak tahu. Tetapi di Anguttara Nikaya, Ekakanipata, Rupadivagga, memang dikatakan (secara tidak langsung) bahwa kemelekatan dari masing-masing enam indria yang paling kuat, adalah nafsu seksual.


ikutan yeeeh .......  ;D
pernah baca juga, tapi lupa dimana  :hammer:
nafsu seksual disebut kemelekatan yg paling kuat terhadap enam indria dikarenakan ke enam indria tersebut berperan keseluruhannya secara bersamaan, ketika sedang bermain "cinta"  ::) ^-^ dimulai dari pandangan mata , mulut, sentuhan, perasaan, apalagi yaaak .....  ::)
pokoknya semua berperan dari ujung rambut sampe ujung kaki ......  :P ;D

  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: berpikir porno
« Reply #85 on: 14 April 2009, 08:53:23 AM »
kalau gitu ada yg bisa jelaskan... kenapa penyakit AIDS banyak sekali di Afrika ;D

di papua mungkin blom ada AIDS.. tapi...sebabnya pasti sama...
i'm just a mammal with troubled soul



Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: berpikir porno
« Reply #86 on: 14 April 2009, 08:54:21 AM »
maksud i, mereka yg terbiasa dengan wanita yg berpakaian minim itu "terbiasa" apanya dulu neh...

kalo terbiasa free sex... ya sama aja bodong
i'm just a mammal with troubled soul



Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: berpikir porno
« Reply #87 on: 14 April 2009, 11:05:32 PM »
kalau gitu ada yg bisa jelaskan... kenapa penyakit AIDS banyak sekali di Afrika ;D

di papua mungkin blom ada AIDS.. tapi...sebabnya pasti sama...

knp byk penderita AIDS ya krn free sex, tp apa hal itu karena pakaian mereka yang minim ? jd seharusnya semua adat yg menggunakan pakaian minim seharusnya rata semua melakukan free sex dan semuanya menderita AIDS, tp di papua koq ga ???

lah koq orang afrika "banyak" yg menderita AIDS, tp koq ga "semua" orang afrika menderita AIDS ??? jd apa karena adat afrika/pakaian suku2 di sono/kebiasaan free sex (muncul keinginan dr pikiran/adanya kemauan atau dorongan untuk melakukan sex) atau ada alasan lain ?

ehm...

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: berpikir porno
« Reply #88 on: 14 April 2009, 11:30:51 PM »
Saya pernah membaca di suatu referensi...

Yang menyebabkan AIDS merajalela di Benua Afrika memang salah satunya adalah faktor hubungan seks yang bebas. Wanita di Afrika banyak yang bekerja keras untuk mengolah tanah, mengairi tanah dan menanam tanaman (untuk dikonsumsi). Setelah hasil tanaman itu bisa diambil, para suami pun membawanya ke kota untuk dijual. Setelah hasil tanaman ini dijual, para suami tidak langsung pulang ke rumah. Mereka biasanya berfoya-foya dan menikmati keindahan kota. Salah satunya adalah 'bermain' bersama wanita penghibur. Akibatnya para suami pun tertular virus HIV. Dan sepulangnya ke rumah, cepat atau lambat para suami pun menulari virus HIV ini ke istrinya - dan tentu juga anaknya. Siklus seperti ini yang menyebabkan angka penderita AIDS di Afrika menjulang di data statistik WHO.


Jadi yang menjadi biang keladi adalah pikiran para suami sendiri, bukan pakaian wanita yang minim...

Offline lian

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 37
  • Reputasi: 3
Re: berpikir porno
« Reply #89 on: 27 April 2009, 08:34:18 AM »
Ada sebuah kisah hikmat zen

Suatu hari seorang guru Zen berjalan-jalan di tempat yang sepi, ketika itu ia berjumpa dengan seorang perempuan yang sudah gadis, telanjang, siap siap mandi di sungai.
Guru Zen itu berhenti dan memandangi wanita itu dengan tenang.
Beliau membungkukkan badannya dalam-dalam, kemudian melanjutkan perjalanannya.
Beberapa orang yang kebetulan lewat menyaksikan pemandangan aneh itu.
“Mengapa biarawan itu membungkukkan badannya ketimbang menghindarinya?”salah seorang diantara mereka berkata.
“Memangnya ia tidak terangsang melihat tubuh wanita yang seksi itu?”kata yang lain pula.
Maka mereka pun mengejar Guru Zen tersebut untuk minta penjelasan.
“Mengapa tuan membungkukkan badan di hadapan wanita telanjang itu, kalau pria lain mungkin sudah memandang penuh nafsu, kalo bisa menghindarinya tak usah memandang?”tanya salah seorang.
Guru Zen tersebut tersenyum. Kemudian berkata
“Wanita itu kan sumber datangnya manusia, termasuk sang Buddha maupun Bodhidharma. Apa salahnya sih menghormati sumber kehidupan?”

Mereka pun hanya melongo dan manggut-manggut mendengar beliau berkata demikian.

Para Buddha, seperti manusia biasa, lahir dari kandungan wanita.

 

anything