//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika  (Read 9814 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dhammasiri

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 465
  • Reputasi: 44
  • Gender: Male
Suatu ketika kami sedang mendapatkan private class dari seorang professor bahasa Pali yang sangat terkenal. Beliau telah mengajarkan bahasa Pali dan juga literatur Pali selama empat puluh tahun di Universitas Kelaniya, Sri Lanka. Di sela-sela pelajaran, saya bertanya, "Pak, menurut bapak apakah ada perbedaan pandangan antara guru-guru Aṭṭhakathā dengan Ṭika atau sesama guru dalam Aṭṭhakathā atau Ṭika?" Dia pun menjawab, "Ada tetapi tidak begitu banyak." Saya pun mengajukan pertanyaan susulan, "Mengapa hal itu dapat terjadi?" Ia menjelaskan "Umumnya guru-guru Aṭṭhakathā dan Ṭika adalah orang-orang yang telah menguasai materi. Mereka hafal semua sumber utama. Sumber-sumber sekunder juga ada di tangan mereka. Karena itu, untuk mengajukan sebuah pandangan yang berbeda mereka perlu berpikir dua kali." "Menurut pendapat bapak," lanjut saya "mengapa banyak modern scholar yang menentang keberadaan Aṭṭhakathā dan Ṭika?" Pertanyaan ini saya ajukan karena saya melihat banyak modern scholar yang menentang keberadaan Aṭṭhakathā dan Ṭika. Tidak hanya itu, ada juga yang tidak percaya dan tidak mengakui keabsahan sutta. Lebih memprihatinkan lagi, dengan berpedoman pada Kālāma Sutta, banyak orang yang hanya mengambil apa yang mereka suka dan meremehkan keautentikan sutta yang lain maupun keberadaan Aṭṭhakathā dan Ṭika. Jawaban guru private kami itu selalu saya ingat. Saya juga telah mendiskusikan masalah ini dengan guru private saya yang lain. Dia pun setuju dengan pendapat professor tersebut. Professor bahasa Pali itu mengatakan:
"Umumnya para modern scholar tidak menguasai dengan benar literatur-literatur Buddhist. Mereka hanya tahu satu atau dua fakta. Dengan fakta itu, mereka kemudian menganggap fakta yang ada dalam Aṭṭhakatā atau Ṭika salah. Mereka menganggap Aṭṭhakathā dan Ṭika tidak valid. Intinya sebenarnya sederhana saja: Itu semua sebenarnya karena ego mereka; kalau bukan diri mereka sendiri yang melejitkan diri mereka ke permukaan dengan cara membuat penyataan yang kontroversi, lalu siapa lagi yang akan mengenal mereka? Siapa yang akan mengakui keberadaan mereka? Dengan membuat penyataan kontroversi, suara mereka akan didengarkan; dengan membuat pernyataan kontroversi, suara mereka akan dipertimbangkan oleh orang lain."      
« Last Edit: 30 November 2009, 03:27:40 AM by dhammasiri »
Kedamaian dunia tidak akan tercapai bila batin kita tidak damai

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #1 on: 30 November 2009, 06:28:57 AM »
jadi ingat seseorang yg demikian....

Ini bukan mengatakan apa yg dikatakan samanera salah total karena ada kasus demikian juga pernah terjadi.

kalau melihat dari sudut yg berbeda, dari mereka yg menerima keberadaan Aṭṭhakathā dan Ṭika, tentu ketika dikatakan ada yg tidak menerima Aṭṭhakathā dan Ṭika, secara implisit mengatakan Aṭṭhakathā dan Ṭika "ngaco", maka ego mereka juga terpukul keras. Mereka sudah mempelajarai, menerima, bahkan mengajarkan bertahun2x, mungkin puluhan tahun, ketika dikatakan demikian, tentu terusik sekali.

Sama halnya ketika kita sudah pakar A lalu dikatakan A salah. nah loh....

Bisa kita lihat masing2x guru memiliki interpretasi sendiri tentang Dhamma dan kalau bisa dibilang masing2x itu membuat Aṭṭhakathā sendiri, atau ketika mereka menggunakan Aṭṭhakathā, interpretasi mereka adalah Ṭika. Yah hanya saja tidak dianggap "official". Kalau saya menulis "rangkuman" saya sendiri, jadilah Aṭṭhakathā atau Ṭika versi saya ;)

IMO lebih baik kita tetap kritis dimana mata tetap terbuka dan jika memang ada perbedaan dan konflik esensi maka kita resolve menggunakan prioritas saja.
There is no place like 127.0.0.1

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #2 on: 30 November 2009, 06:40:34 AM »
Aṭṭhakathā dan Ṭika itu apaan?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #3 on: 30 November 2009, 07:15:45 AM »
Aṭṭhakathā = commentary = kitab komentar

Ṭika = sub commentary = kitab komentar utk kitab komentar (mengkomentari kita komentar)
There is no place like 127.0.0.1

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #4 on: 30 November 2009, 08:57:27 AM »
Aṭṭhakathā = commentary = kitab komentar

Ṭika = sub commentary = kitab komentar utk kitab komentar (mengkomentari kita komentar)

Tika = sub komentar = mengomentari hasil suatu komentar (Atthakatha)

Only joke !
kalau komentari hasil sub komentar(Tika), apa namanya ? :))
 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #5 on: 30 November 2009, 10:03:58 AM »
anutika
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #6 on: 30 November 2009, 10:13:51 AM »
Aṭṭhakathā = commentary = kitab komentar

Ṭika = sub commentary = kitab komentar utk kitab komentar (mengkomentari kita komentar)

Tika = sub komentar = mengomentari hasil suatu komentar (Atthakatha)

Only joke !
kalau komentari hasil sub komentar(Tika), apa namanya ? :))
 _/\_


Tika = sub komentar = mengomentari hasil suatu komentar (Atthakatha)

^ bukannya memang benar demikian

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #7 on: 30 November 2009, 10:21:08 AM »
 [at]  Dhammasiri: <Intinya sebenarnya sederhana saja: Itu semua sebenarnya karena ego mereka; kalau bukan diri mereka sendiri yang melejitkan diri mereka ke permukaan dengan cara membuat penyataan yang kontroversi, lalu siapa lagi yang akan mengenal mereka? Siapa yang akan mengakui keberadaan mereka? Dengan membuat penyataan kontroversi, suara mereka akan didengarkan; dengan membuat pernyataan kontroversi, suara mereka akan dipertimbangkan oleh orang lain>

Saya berpendapat tidak semua orang membuat pernyataan kontroversi terhadap Aṭṭhakathā dan Ṭikā berdasarkan pada ego. Sebagai seorang Buddhist, terkadang kita harus berhati-hati dalam menerima sebuah ajaran. Kitab Pali Komentar dan Sub-komentar merupakan produk dari para bhikkhu, dan bukan Sang BUddha sendiri. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kitab2 ini sangat membantu kita dalam mempelajari Dhamma dan Vinaya yang terdapat dalam Tipitaka. Kenyataannya, tidak satu pun ajaran dalam kitab2 ini yang mengajarkan kejahatan. Akan tetapi, meskipun semuanya bermanfaat, bukan berarti semuanya tentu kebenaran. Sebagai contoh, seluruh cerita Jātaka mengajarkan seseorang bagaimana berbuat baik dan bagaimana menghindari perbuatan jahat. Cerita2 tersebut sangat membantu kita dalam pengembangan moralitas. Namun demikian, apakah kita harus percaya begitu saja cerita2 yang menggambarkan bagaimana binatang2 bisa bicara?

Bhante Katukurunde Ñānananda, dalam bukunya "The Concept and Reality" memberikan pandangan yang berbeda dari inteprestasi Aṭṭhakatha dalam beberapa poin. Salah contohnya adalah mengenai konsep "diṭṭhi". Setiap kali menyebutkan pandangan salah, kitab komentar selalu menjelaskan bahwa diṭṭhi terdiri dari 62 pandangan salah saja. Kitab Komentar lupa mengatakan bahwa Dhamma pun akan menjadi diṭṭhi jika seseorang melekatinya. Ibarat seseorang yang menggunakan rakit bukan untuk menyeberangi sungai namun hanya dilekatinya. Poin2 yang diungkapkan oleh Bhante Kaṭukurunde Ñānananda yang terkadang berbeda dari Kitab Komentar telah diterima kebenarannya oleh banyak orang. ...

Be happy.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #8 on: 30 November 2009, 10:27:20 AM »
[at]  Dhammasiri: <Intinya sebenarnya sederhana saja: Itu semua sebenarnya karena ego mereka; kalau bukan diri mereka sendiri yang melejitkan diri mereka ke permukaan dengan cara membuat penyataan yang kontroversi, lalu siapa lagi yang akan mengenal mereka? Siapa yang akan mengakui keberadaan mereka? Dengan membuat penyataan kontroversi, suara mereka akan didengarkan; dengan membuat pernyataan kontroversi, suara mereka akan dipertimbangkan oleh orang lain>

Saya berpendapat tidak semua orang membuat pernyataan kontroversi terhadap Aṭṭhakathā dan Ṭikā berdasarkan pada ego. Sebagai seorang Buddhist, terkadang kita harus berhati-hati dalam menerima sebuah ajaran. Kitab Pali Komentar dan Sub-komentar merupakan produk dari para bhikkhu, dan bukan Sang BUddha sendiri. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kitab2 ini sangat membantu kita dalam mempelajari Dhamma dan Vinaya yang terdapat dalam Tipitaka. Kenyataannya, tidak satu pun ajaran dalam kitab2 ini yang mengajarkan kejahatan. Akan tetapi, meskipun semuanya bermanfaat, bukan berarti semuanya tentu kebenaran. Sebagai contoh, seluruh cerita Jātaka mengajarkan seseorang bagaimana berbuat baik dan bagaimana menghindari perbuatan jahat. Cerita2 tersebut sangat membantu kita dalam pengembangan moralitas. Namun demikian, apakah kita harus percaya begitu saja cerita2 yang menggambarkan bagaimana binatang2 bisa bicara?

Bhante Katukurunde Ñānananda, dalam bukunya "The Concept and Reality" memberikan pandangan yang berbeda dari inteprestasi Aṭṭhakatha dalam beberapa poin. Salah contohnya adalah mengenai konsep "diṭṭhi". Setiap kali menyebutkan pandangan salah, kitab komentar selalu menjelaskan bahwa diṭṭhi terdiri dari 62 pandangan salah saja. Kitab Komentar lupa mengatakan bahwa Dhamma pun akan menjadi diṭṭhi jika seseorang melekatinya. Ibarat seseorang yang menggunakan rakit bukan untuk menyeberangi sungai namun hanya dilekatinya. Poin2 yang diungkapkan oleh Bhante Kaṭukurunde Ñānananda yang terkadang berbeda dari Kitab Komentar telah diterima kebenarannya oleh banyak orang. ...

Be happy.


Yes, I agree with this point. ^:)^ :jempol:
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #9 on: 30 November 2009, 05:32:31 PM »
Quote
"Umumnya para modern scholar tidak menguasai dengan benar literatur-literatur Buddhist. Mereka hanya tahu satu atau dua fakta. Dengan fakta itu, mereka kemudian menganggap fakta yang ada dalam Aṭṭhakatā atau Ṭika salah. Mereka menganggap Aṭṭhakathā dan Ṭika tidak valid. Intinya sebenarnya sederhana saja: Itu semua sebenarnya karena ego mereka; kalau bukan diri mereka sendiri yang melejitkan diri mereka ke permukaan dengan cara membuat penyataan yang kontroversi, lalu siapa lagi yang akan mengenal mereka? Siapa yang akan mengakui keberadaan mereka? Dengan membuat penyataan kontroversi, suara mereka akan didengarkan; dengan membuat pernyataan kontroversi, suara mereka akan dipertimbangkan oleh orang lain."
 

Saya sangat setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Samanera Dhammasiri, umumnya para scholar demikian, mungkin ada beberapa diantara scholar yang memberi komentar karena tidak tahu dan ikut arus.
Pernah suatu ketika saya berdebat dengan bhikkhu (maaf samanera,  ^:)^ bhikkhu tsb juga jebolan Srilanka tapi sudah disrobe). beliau mengatakan bahwa keistimewaan Sang Buddha hanya tiga dan itu tertuang dalam Tevijjavacchagotta sutta di majjhima nikaya. (jadi menurut beliau abhinna Sang buddha hanya tiga jenis).

Saya merasa kaget menghadapi fakta bahwa ada bhikkhu kita bahkan mendegradasikan kemampuan Sang Buddha. Lalu saya ambil Majjhima Nikaya dan saya perlihatkan bahwa banyak di dalam sutta yang lain ada disebutkan abhinna ada enam bukan tiga seperti pendapat beliau.

Keprihatinan saya, bahwa banyak diantara umat Buddha yang sering membaca komentar bhikkhu atau komentar orang terkenal mengenai Tipitaka yang cenderung mendegradasikan kemudian diikuti, karena kualifikasi komentatornya seperti itu (hanya baca satu atau dua sutta) lalu memberi komentar seolah-olah dia banyak membaca. Yang mendengar juga membaca sedikit dan tak berusaha mengkonfirmasi dengan membaca sendiri Tipitaka, lalu menerima begitu saja apa kata bhikkhu tersebut.

Quote
Bhante Katukurunde Ñānananda, dalam bukunya "The Concept and Reality" memberikan pandangan yang berbeda dari inteprestasi Aṭṭhakatha dalam beberapa poin. Salah contohnya adalah mengenai konsep "diṭṭhi". Setiap kali menyebutkan pandangan salah, kitab komentar selalu menjelaskan bahwa diṭṭhi terdiri dari 62 pandangan salah saja. Kitab Komentar lupa mengatakan bahwa Dhamma pun akan menjadi diṭṭhi jika seseorang melekatinya. Ibarat seseorang yang menggunakan rakit bukan untuk menyeberangi sungai namun hanya dilekatinya. Poin2 yang diungkapkan oleh Bhante Kaṭukurunde Ñānananda yang terkadang berbeda dari Kitab Komentar telah diterima kebenarannya oleh banyak orang. ...

Maaf saya memberi pendapat yang bertentangan dengan beliau Samanera, seolah-olah bhante Katukurunde nampaknya benar dengan mengatakan Dhamma jangan dilekati.

Menurut saya  bhante katukurunde melupakan hal mendasar yang umum terjadi diantara umat Buddha, yang sering dibaca tetapi tak dimengerti dengan jelas.

Memang benar Dhamma adalah suatu ditthi tersendiri menurut istilah saya yaitu: (Buddha Dhamma ditthi).
(menurut saya Buddha Dhamma menjadi ditthi bagi mereka yang tak mempraktikkan Dhamma. Mungkin mereka hanya membaca atau meditasi lima sepuluh menit).
Pandangan beliau bahwa yang mengatakan bahwa Dhamma jangan dilekati berarti menjelaskan bahwa beliau melihat Dhamma hanya sebagai suatu pandangan atau suatu teori (ditthi) tak lebih.

Tetapi apakah Dhamma hanya teori? Mungkin beliau lupa merenungkan sifat-sifat Dhamma pada waktu membaca Dhammanussati yang berbunyi: Opanayiko, Pacattam veditabbo vinnuhiti.
Menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing.

Dalam hal ini saya sering tak sepandangan dengan orang lain yang menganggap Dhamma sebagai rakit. Saya lebih setuju dengan pandangan yang melihat Dhamma sebagai jalan dan tujuan.

Apakah bila kita menyelami Dhamma kita dianggap melekat?
Hanya seseorang yang mengetahui Dhamma sebagai teori yang mengatakan Dhamma jangan dilekati. (pandangan Dhamma jangan dilekati menurut saya mirip pandangan saudara seperguruan Theravada)
Dhamma bukan hanya buku 41 jilid. Dhamma adalah pengetahuan yang menuntun batin kearah pencerahan.
Apakah Dhamma tak boleh dilekati? tak boleh dijadikan panutan, bimbingan, jalan, yang harus diselami?
Jadi kesimpulannya bahwa Dhamma memang bukan untuk dimengerti sebagai teori belaka, juga Dhamma bukan untuk dimengerti sebagai sebuah teori untuk menghiasi perpustakaan. Dhamma untuk diselami, dipraktikkan, dan dialami.

Dan Dhamma yang telah berhasil diselami dan direlaisasi terbebas dari ditthi. lantas keadaan yang terbebas dari ditthi apakah juga dianggap sebagai ditthi?
Bagi mereka yang suka mencari pembenaran mungkin akan berkata keadaan tanpa ditthi adalah suatu ditthi juga.  :)

Disini saya berkesimpulan bahwa bhante Kakuturunde juga hanya mewakili pandangan scholar,  saya yakin bhikkhu yang sungguh-sungguh mendalami dan mempraktikkan Dhamma akan memiliki pandangan berbeda dengan beliau (maksudnya tidak melihat Dhamma sebagai ditthi).

 _/\_
« Last Edit: 30 November 2009, 05:46:57 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #10 on: 30 November 2009, 06:12:49 PM »
Makanya bila kita ingin memelajari suatu agama, kita harus meninjau langsung ajarannya dari Kitab Utama Agama itu; jangan hanya mendengar dari komentar maupun ceramah pemuka agama.

Tidak hanya karena egoistik maupun tidak tahu atau ikut arus. Beberapa orang / skolar yang berkomentar karena mereka memiliki pengalaman yang berbeda dengan isi Tika, isi Atthakatha maupun isi Sutta. Kalau apa yang mereka alami berbeda dengan apa yang tertulis di dalam teks, sangat mungkin mereka akan mengeluarkan komentar yang berbeda.

Karena itu, sangat sulit untuk benar-benar menguasai seluruh literatur Buddhis. Kecuali bila seseorang itu telah mampu merealisasi hakikat Dhamma yang tertinggi.


Quote from: Fabian C
Saya sangat setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Samanera Dhammasiri, umumnya para scholar demikian, mungkin ada beberapa diantara scholar yang memberi komentar karena tidak tahu dan ikut arus.
Pernah suatu ketika saya berdebat dengan bhikkhu (maaf samanera,   bhikkhu tsb juga jebolan Srilanka tapi sudah disrobe). beliau mengatakan bahwa keistimewaan Sang Buddha hanya tiga dan itu tertuang dalam Tevijjavacchagotta sutta di majjhima nikaya. (jadi menurut beliau abhinna Sang buddha hanya tiga jenis).

Saya merasa kaget menghadapi fakta bahwa ada bhikkhu kita bahkan mendegradasikan kemampuan Sang Buddha. Lalu saya ambil Majjhima Nikaya dan saya perlihatkan bahwa banyak di dalam sutta yang lain ada disebutkan abhinna ada enam bukan tiga seperti pendapat beliau.

...

Ko Fabian yang baik...

Mungkin maksud bhikkhu jebolan Sri Lanka itu adalah 3 jenis kesaktian (abhinna) seperti yang tercantum dalam Kevaddha Sutta. Tiga kesaktian itu adalah:
1) Kesaktian psikis (iddhi-pāţihāriya)
2) Kesaktian telepati (ādesanā- pāţihāriya)
3) Kesaktian nasihat (anusāsani-pāţihāriya)


Dalam Alagaddupama Sutta, Sang Buddha memberi sebuah ilustrasi tentang Dhamma (Ajaran Sang Buddha) dengan perumpamaan sebagai sebuah rakit. Ada petikan yang mengandung makna sangat penting, yaitu:

"Evameva kho, bhikkhave, kullūpamo mayā dhammo desito nittharaṇatthāya, no gahaṇatthāya."
"Kullūpamaṃ vo, bhikkhave, dhammaṃ desitaṃ, ājānantehi dhammāpi vo pahātabbā pageva adhammā."


Yang artinya:

"Demikianlah, o Para Bhikkhu, Dhamma yang telah Ku-ajarkan seperti perumpamaan rakit untuk kepentingan menyeberang, bukan untuk digenggam."
"O Para Bhikkhu, apabila kalian memahami Dhamma yang telah Ku-ajarkan seperti perumpamaan rakit, maka Dhamma saja seharusnya ditanggalkan, apalagi yang adhamma."


Saya melihat komentar dari Bhikkhu Katukurunde Ñānananda yakni menyampaikan bahwa kita jangan melekat pada keindahan Ajaran Sang Buddha ini. Meskipun kita (anggap sudah) tidak menggenggam 62 pandangan keliru, tapi semuanya akan sia-sia apabila kita justru sangat melekat pada Ajaran Sang Buddha ini.

Kita tentu saja sebaiknya menjadikan Dhamma sebagai panutan, bimbingan, jalan, yang harus diselami. Tapi jangan menggenggamnya sebagai satu hal yang perlu kita peluk erat sebagai "milikku" karena keindahannya.

Tapi ini pun hanya komentar saya atas komentar Ko Fabian terhadap komentar Bhikkhu Katukurunde Ñānananda yang mengomentari banyak komentar yang muncul dari Atthakatha dan Tika.

:)

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #11 on: 30 November 2009, 06:23:55 PM »

Maaf saya memberi pendapat yang bertentangan dengan beliau Samanera, seolah-olah bhante Katukurunde nampaknya benar dengan mengatakan Dhamma jangan dilekati.

Menurut saya  bhante katukurunde melupakan hal mendasar yang umum terjadi diantara umat Buddha, yang sering dibaca tetapi tak dimengerti dengan jelas.

Memang benar Dhamma adalah suatu ditthi tersendiri menurut istilah saya yaitu: (Buddha Dhamma ditthi).
(menurut saya Buddha Dhamma menjadi ditthi bagi mereka yang tak mempraktikkan Dhamma. Mungkin mereka hanya membaca atau meditasi lima sepuluh menit).
Pandangan beliau bahwa yang mengatakan bahwa Dhamma jangan dilekati berarti menjelaskan bahwa beliau melihat Dhamma hanya sebagai suatu pandangan atau suatu teori (ditthi) tak lebih.

Tetapi apakah Dhamma hanya teori? Mungkin beliau lupa merenungkan sifat-sifat Dhamma pada waktu membaca Dhammanussati yang berbunyi: Opanayiko, Pacattam veditabbo vinnuhiti.
Menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing.

Dalam hal ini saya sering tak sepandangan dengan orang lain yang menganggap Dhamma sebagai rakit. Saya lebih setuju dengan pandangan yang melihat Dhamma sebagai jalan dan tujuan.

Apakah bila kita menyelami Dhamma kita dianggap melekat?
Hanya seseorang yang mengetahui Dhamma sebagai teori yang mengatakan Dhamma jangan dilekati. (pandangan Dhamma jangan dilekati menurut saya mirip pandangan saudara seperguruan Theravada)
Dhamma bukan hanya buku 41 jilid. Dhamma adalah pengetahuan yang menuntun batin kearah pencerahan.
Apakah Dhamma tak boleh dilekati? tak boleh dijadikan panutan, bimbingan, jalan, yang harus diselami?
Jadi kesimpulannya bahwa Dhamma memang bukan untuk dimengerti sebagai teori belaka, juga Dhamma bukan untuk dimengerti sebagai sebuah teori untuk menghiasi perpustakaan. Dhamma untuk diselami, dipraktikkan, dan dialami.

Dan Dhamma yang telah berhasil diselami dan direlaisasi terbebas dari ditthi. lantas keadaan yang terbebas dari ditthi apakah juga dianggap sebagai ditthi?
Bagi mereka yang suka mencari pembenaran mungkin akan berkata keadaan tanpa ditthi adalah suatu ditthi juga.  :)

Disini saya berkesimpulan bahwa bhante Kakuturunde juga hanya mewakili pandangan scholar,  saya yakin bhikkhu yang sungguh-sungguh mendalami dan mempraktikkan Dhamma akan memiliki pandangan berbeda dengan beliau (maksudnya tidak melihat Dhamma sebagai ditthi).

 _/\_

Setuju Bro Fabian :)
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #12 on: 30 November 2009, 07:05:30 PM »

Quote
Bhante Katukurunde Ñānananda, dalam bukunya "The Concept and Reality" memberikan pandangan yang berbeda dari inteprestasi Aṭṭhakatha dalam beberapa poin. Salah contohnya adalah mengenai konsep "diṭṭhi". Setiap kali menyebutkan pandangan salah, kitab komentar selalu menjelaskan bahwa diṭṭhi terdiri dari 62 pandangan salah saja. Kitab Komentar lupa mengatakan bahwa Dhamma pun akan menjadi diṭṭhi jika seseorang melekatinya. Ibarat seseorang yang menggunakan rakit bukan untuk menyeberangi sungai namun hanya dilekatinya. Poin2 yang diungkapkan oleh Bhante Kaṭukurunde Ñānananda yang terkadang berbeda dari Kitab Komentar telah diterima kebenarannya oleh banyak orang. ...

Maaf saya memberi pendapat yang bertentangan dengan beliau Samanera, seolah-olah bhante Katukurunde nampaknya benar dengan mengatakan Dhamma jangan dilekati.

Menurut saya  bhante katukurunde melupakan hal mendasar yang umum terjadi diantara umat Buddha, yang sering dibaca tetapi tak dimengerti dengan jelas.

Memang benar Dhamma adalah suatu ditthi tersendiri menurut istilah saya yaitu: (Buddha Dhamma ditthi).
(menurut saya Buddha Dhamma menjadi ditthi bagi mereka yang tak mempraktikkan Dhamma. Mungkin mereka hanya membaca atau meditasi lima sepuluh menit).
Pandangan beliau bahwa yang mengatakan bahwa Dhamma jangan dilekati berarti menjelaskan bahwa beliau melihat Dhamma hanya sebagai suatu pandangan atau suatu teori (ditthi) tak lebih.

Tetapi apakah Dhamma hanya teori? Mungkin beliau lupa merenungkan sifat-sifat Dhamma pada waktu membaca Dhammanussati yang berbunyi: Opanayiko, Pacattam veditabbo vinnuhiti.
Menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing.

Dalam hal ini saya sering tak sepandangan dengan orang lain yang menganggap Dhamma sebagai rakit. Saya lebih setuju dengan pandangan yang melihat Dhamma sebagai jalan dan tujuan.

Apakah bila kita menyelami Dhamma kita dianggap melekat?
Hanya seseorang yang mengetahui Dhamma sebagai teori yang mengatakan Dhamma jangan dilekati. (pandangan Dhamma jangan dilekati menurut saya mirip pandangan saudara seperguruan Theravada)
Dhamma bukan hanya buku 41 jilid. Dhamma adalah pengetahuan yang menuntun batin kearah pencerahan.
Apakah Dhamma tak boleh dilekati? tak boleh dijadikan panutan, bimbingan, jalan, yang harus diselami?
Jadi kesimpulannya bahwa Dhamma memang bukan untuk dimengerti sebagai teori belaka, juga Dhamma bukan untuk dimengerti sebagai sebuah teori untuk menghiasi perpustakaan. Dhamma untuk diselami, dipraktikkan, dan dialami.

Dan Dhamma yang telah berhasil diselami dan direlaisasi terbebas dari ditthi. lantas keadaan yang terbebas dari ditthi apakah juga dianggap sebagai ditthi?
Bagi mereka yang suka mencari pembenaran mungkin akan berkata keadaan tanpa ditthi adalah suatu ditthi juga.  :)

Disini saya berkesimpulan bahwa bhante Kakuturunde juga hanya mewakili pandangan scholar,  saya yakin bhikkhu yang sungguh-sungguh mendalami dan mempraktikkan Dhamma akan memiliki pandangan berbeda dengan beliau (maksudnya tidak melihat Dhamma sebagai ditthi).

 _/\_

Berbicara mengenai Dhamma, ada berbagai macam faktor Dhamma seperti dana, sīla, samādhi, pañña, saddha, viriya, sati, dhammavicaya, piti, passadhi, upekkha, dan masih banyak lagi. Saya juga sependapat dengan saudara Fabian C bahwa Dhamma harus dipraktikkan dan diselami. Namun pada saat mempraktikkan dan meskipun seseorang sudah menyelami faktor2 Dhamma, ada kalanya seseorang melekat dengan Dhamma yang alami, ia rasakan. Seringkali melalui pengalaman praktiknya, seseorang membangun satu diṭṭhi (pandangan). Sebagai contoh, seseorang yang telah mengalami jhana, ia kemudian melekat dengan Jhāna dan membangun satu pandangan (diṭthi) bahwa seseorang harus melewati setiap jhāna untuk merealisasi nibbāna.

Jadi pandangan (diṭthi) muncul bukan hanya ketika seseorang menjadikan Dhamma sebagai teori saja, seperti yang saudara Fabian katakn di atas. Jika anda membaca Mahāsāropamasutta dari Majjhimanikāya, di sana Sang Buddha telah dengan jelas memberikan beberapa bahayanya seseorang Bhikkhu yang hanya puas dengan sīla saja atau samādhi saja. Hanya puas dengan sīla atau samādhi saja merupakan wujud dari kemelekatan yang akan menghalangi seorang bhikkhu untuk mencapai pencerahan. Atau jika kita membaca Asappurissasutta dari Majjhimanikāya, Sang BUddha juga sudah wanti-wanti bahwa kemelekatan terhadap pencapaian jhāna2 telah membentuk satu pandangan (diṭṭhi) Ini tergambar pada sikap bhikkhu tersebut yang sombong dan berpikir bahwa dirinya lebih tinggi dengan yang lain. Jika kita melihat perumpamaan 7 kereta yang berkaitan dengan sattavisuddhi, di sana tersirat dengan jelas bahwa 7 kereta ini hanyalah sebagai jalan yang digunakan untuk mencapai tujuan, tetapi tidak perlu dilekati. Karena fakta2 semacam inilah, dalam Alagaddupamasutta, Sang BUddha dengan jelas mengatakan bahwa Dhamma diibaratkan sebagai rakit. Secara lebih lengkap, sutta yang sama mengatakan, "Kullūpamaṃ vo, bhikkhave, dhammaṃ desitaṃ, ājānantehi dhammāpi vo pahātabbā pageva adhammā - O para bhikkhu, Dhamma yang terbabarkan diibaratkan sebagai rakit. Mengetahui demikian, apa yang dhamma harus ditinggalkan, apalagi yang tidak dhamma". Ini juga mengapa dalam praktik vipassana sendiri 10 vipalassa yang muncul seiring dengan berkembangnya praktik, tidak boleh dilekati. Banyak orang yang membangun pandangan bahwa ia telah mencapai kesucian ketikan mengalami obhasa, saddha yang berlebihan, piti, upekkha dan faktor2 vipalassa lainnya.

Anda benar dengan mengatakan bahwa orang yang telah berhasil merealisasi Dhamma terbebas dari diṭṭhi. Namun itu adalah setidaknya mereka yang telah mencapai sotapanna. Kemudian bagaimana dengan seorang puthujjana yang juga mempraktikkan Dhamma? Apakah saddha, viriya, sila, samādhi, dll mereka yang sering kali menimbulkan pandangan tertentu bukanlah Dhamma?

After all, sebenarnya yang menjadi salah bukan Dhammanya. Dhamma adalah murni, Dhamma membawa seseorang pada pembebasan. Namun kemelakatan terhadap faktor2 Dhamma yang telah seseorang dapat melalui belajar maupun praktik itulah yang menjadi salah. Oleh sebab itu, di atas, saya katakan bahwa kemelekatan terhadap Dhamma juga merupakan diṭṭhi. Namun meskipun saya mengatakan demikian, saya berharap saudara2 di DC tidak memaknai pernyataan saya hanya sebatas kata-kata semata, namun juga harus melihat dari berbagai sudut pandang. Saya yakin bahwa ada seseorang yang masih memiliki self-urgency dalam mempraktikkan Dhamma, namun di saat yang sama ia sadar sepenuhnya bahwa Dhamma yang telah dicapainya hanya diibaratkan sebagai rakit selama Dhamma tersebut masih dalam lingkup sankhatadhamma.

Be happy.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #13 on: 30 November 2009, 07:16:41 PM »
Numpang lewat, AADD ? Ada Apa Dengan Ditthi? Koq kesannya Ditthi itu dialergikan sekali. Dalam AN 10.93: Ditthi Sutta dijelaskan Ditthi/View/Pandangan Sang Buddha koq. Merealisasikan Dhamma bukan berarti tanpa Ditthi.

ps: Sotapanna tentu hanya mematahkan sakayaditthi, right?
There is no place like 127.0.0.1

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #14 on: 30 November 2009, 07:41:29 PM »
Numpang lewat, AADD ? Ada Apa Dengan Ditthi? Koq kesannya Ditthi itu dialergikan sekali. Dalam AN 10.93: Ditthi Sutta dijelaskan Ditthi/View/Pandangan Sang Buddha koq. Merealisasikan Dhamma bukan berarti tanpa Ditthi.

ps: Sotapanna tentu hanya mematahkan sakayaditthi, right?
Sebenarnya yang menjadi problem itu bukan diṭṭhinya, namun kemelekatan terhadap diṭṭhi tersebut. Dhamma juga bisa dikatakan sebagai sammādiṭṭhi dan tentu sangat membantu terhadap perealisasian nibbāna. Namun jika Dhamma ini pun dipegang erat / dilekati erat2 maka akan menimbulkan rintangan batin tersendiri. Pernyataan ini juga sebaiknya jangan dilihat sebatas kata2 semata. Saya telah menjelaskan hal ini di atas. Diṭṭhi sebagai rintangan jika dilekati sangat jelas disabdakan oleh Sang BUddha, sebagai berikut:

“Saññāvirattassa na santi ganthā, paññāvimuttassa na santi mohā;
saññañca diṭṭhiñca ye aggahesuṃ, te ghaṭṭayantā ‚ vicaranti loke”ti"

Yang bisa diartikan sebagai berikut:

"Seseorang yang terbebas dari persepsi sudah tidak memiliki belenggu, seseorang yang terbebas melalui kebijaksanaan tidak memiliki kebodohan; Mereka yang melekat pada persepsi (saññā) dan pandangan (diṭṭhi), selalu bertengkar dalam dunia ini".

Be happy.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #15 on: 30 November 2009, 07:49:07 PM »
samanera, kalau dalam AN 10.93: Ditthi Sutta itu apakah termasuk melekat?

Quote
...
[The Blessed One said:] "Well done, householder. Well done. That is how you should periodically refute those foolish men with the Dhamma." Then he instructed, urged, roused, and encouraged Anathapindika the householder with a talk on Dhamma. When Anathapindika the householder had been instructed, urged, roused and encouraged by the Blessed One with a talk on Dhamma, he got up from his seat and, having bowed down to the Blessed One, left, keeping the Blessed One on his right side. Not long afterward, the Blessed One addressed the monks: "Monks, even a monk who has long penetrated the Dhamma in this Doctrine and Discipline would do well to refute the wanderers of other persuasions with the Dhamma periodically in just the way Anathapindika the householder has done."
There is no place like 127.0.0.1

Offline Dhamma Sukkha

  • Sebelumnya: Citta Devi
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.607
  • Reputasi: 115
  • kilesaa... .... T__T""" :) _/\_
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #16 on: 30 November 2009, 07:56:15 PM »
Quote
"Umumnya para modern scholar tidak menguasai dengan benar literatur-literatur Buddhist. Mereka hanya tahu satu atau dua fakta. Dengan fakta itu, mereka kemudian menganggap fakta yang ada dalam Aṭṭhakatā atau Ṭika salah. Mereka menganggap Aṭṭhakathā dan Ṭika tidak valid. Intinya sebenarnya sederhana saja: Itu semua sebenarnya karena ego mereka; kalau bukan diri mereka sendiri yang melejitkan diri mereka ke permukaan dengan cara membuat penyataan yang kontroversi, lalu siapa lagi yang akan mengenal mereka? Siapa yang akan mengakui keberadaan mereka? Dengan membuat penyataan kontroversi, suara mereka akan didengarkan; dengan membuat pernyataan kontroversi, suara mereka akan dipertimbangkan oleh orang lain."
 

Saya sangat setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Samanera Dhammasiri, umumnya para scholar demikian, mungkin ada beberapa diantara scholar yang memberi komentar karena tidak tahu dan ikut arus.
Pernah suatu ketika saya berdebat dengan bhikkhu (maaf samanera,  ^:)^ bhikkhu tsb juga jebolan Srilanka tapi sudah disrobe). beliau mengatakan bahwa keistimewaan Sang Buddha hanya tiga dan itu tertuang dalam Tevijjavacchagotta sutta di majjhima nikaya. (jadi menurut beliau abhinna Sang buddha hanya tiga jenis).

Saya merasa kaget menghadapi fakta bahwa ada bhikkhu kita bahkan mendegradasikan kemampuan Sang Buddha. Lalu saya ambil Majjhima Nikaya dan saya perlihatkan bahwa banyak di dalam sutta yang lain ada disebutkan abhinna ada enam bukan tiga seperti pendapat beliau.

Keprihatinan saya, bahwa banyak diantara umat Buddha yang sering membaca komentar bhikkhu atau komentar orang terkenal mengenai Tipitaka yang cenderung mendegradasikan kemudian diikuti, karena kualifikasi komentatornya seperti itu (hanya baca satu atau dua sutta) lalu memberi komentar seolah-olah dia banyak membaca. Yang mendengar juga membaca sedikit dan tak berusaha mengkonfirmasi dengan membaca sendiri Tipitaka, lalu menerima begitu saja apa kata bhikkhu tersebut.

Quote
Bhante Katukurunde Ñānananda, dalam bukunya "The Concept and Reality" memberikan pandangan yang berbeda dari inteprestasi Aṭṭhakatha dalam beberapa poin. Salah contohnya adalah mengenai konsep "diṭṭhi". Setiap kali menyebutkan pandangan salah, kitab komentar selalu menjelaskan bahwa diṭṭhi terdiri dari 62 pandangan salah saja. Kitab Komentar lupa mengatakan bahwa Dhamma pun akan menjadi diṭṭhi jika seseorang melekatinya. Ibarat seseorang yang menggunakan rakit bukan untuk menyeberangi sungai namun hanya dilekatinya. Poin2 yang diungkapkan oleh Bhante Kaṭukurunde Ñānananda yang terkadang berbeda dari Kitab Komentar telah diterima kebenarannya oleh banyak orang. ...

Maaf saya memberi pendapat yang bertentangan dengan beliau Samanera, seolah-olah bhante Katukurunde nampaknya benar dengan mengatakan Dhamma jangan dilekati.

Menurut saya  bhante katukurunde melupakan hal mendasar yang umum terjadi diantara umat Buddha, yang sering dibaca tetapi tak dimengerti dengan jelas.

Memang benar Dhamma adalah suatu ditthi tersendiri menurut istilah saya yaitu: (Buddha Dhamma ditthi).
(menurut saya Buddha Dhamma menjadi ditthi bagi mereka yang tak mempraktikkan Dhamma. Mungkin mereka hanya membaca atau meditasi lima sepuluh menit).
Pandangan beliau bahwa yang mengatakan bahwa Dhamma jangan dilekati berarti menjelaskan bahwa beliau melihat Dhamma hanya sebagai suatu pandangan atau suatu teori (ditthi) tak lebih.

Tetapi apakah Dhamma hanya teori? Mungkin beliau lupa merenungkan sifat-sifat Dhamma pada waktu membaca Dhammanussati yang berbunyi: Opanayiko, Pacattam veditabbo vinnuhiti.
Menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing.

Dalam hal ini saya sering tak sepandangan dengan orang lain yang menganggap Dhamma sebagai rakit. Saya lebih setuju dengan pandangan yang melihat Dhamma sebagai jalan dan tujuan.

Apakah bila kita menyelami Dhamma kita dianggap melekat?
Hanya seseorang yang mengetahui Dhamma sebagai teori yang mengatakan Dhamma jangan dilekati. (pandangan Dhamma jangan dilekati menurut saya mirip pandangan saudara seperguruan Theravada)
Dhamma bukan hanya buku 41 jilid. Dhamma adalah pengetahuan yang menuntun batin kearah pencerahan.
Apakah Dhamma tak boleh dilekati? tak boleh dijadikan panutan, bimbingan, jalan, yang harus diselami?
Jadi kesimpulannya bahwa Dhamma memang bukan untuk dimengerti sebagai teori belaka, juga Dhamma bukan untuk dimengerti sebagai sebuah teori untuk menghiasi perpustakaan. Dhamma untuk diselami, dipraktikkan, dan dialami.

Dan Dhamma yang telah berhasil diselami dan direlaisasi terbebas dari ditthi. lantas keadaan yang terbebas dari ditthi apakah juga dianggap sebagai ditthi?
Bagi mereka yang suka mencari pembenaran mungkin akan berkata keadaan tanpa ditthi adalah suatu ditthi juga.  :)

Disini saya berkesimpulan bahwa bhante Kakuturunde juga hanya mewakili pandangan scholar,  saya yakin bhikkhu yang sungguh-sungguh mendalami dan mempraktikkan Dhamma akan memiliki pandangan berbeda dengan beliau (maksudnya tidak melihat Dhamma sebagai ditthi).

 _/\_
Makanya bila kita ingin memelajari suatu agama, kita harus meninjau langsung ajarannya dari Kitab Utama Agama itu; jangan hanya mendengar dari komentar maupun ceramah pemuka agama.

Tidak hanya karena egoistik maupun tidak tahu atau ikut arus. Beberapa orang / skolar yang berkomentar karena mereka memiliki pengalaman yang berbeda dengan isi Tika, isi Atthakatha maupun isi Sutta. Kalau apa yang mereka alami berbeda dengan apa yang tertulis di dalam teks, sangat mungkin mereka akan mengeluarkan komentar yang berbeda.

Karena itu, sangat sulit untuk benar-benar menguasai seluruh literatur Buddhis. Kecuali bila seseorang itu telah mampu merealisasi hakikat Dhamma yang tertinggi.


Quote from: Fabian C
Saya sangat setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Samanera Dhammasiri, umumnya para scholar demikian, mungkin ada beberapa diantara scholar yang memberi komentar karena tidak tahu dan ikut arus.
Pernah suatu ketika saya berdebat dengan bhikkhu (maaf samanera,   bhikkhu tsb juga jebolan Srilanka tapi sudah disrobe). beliau mengatakan bahwa keistimewaan Sang Buddha hanya tiga dan itu tertuang dalam Tevijjavacchagotta sutta di majjhima nikaya. (jadi menurut beliau abhinna Sang buddha hanya tiga jenis).

Saya merasa kaget menghadapi fakta bahwa ada bhikkhu kita bahkan mendegradasikan kemampuan Sang Buddha. Lalu saya ambil Majjhima Nikaya dan saya perlihatkan bahwa banyak di dalam sutta yang lain ada disebutkan abhinna ada enam bukan tiga seperti pendapat beliau.

...

Ko Fabian yang baik...

Mungkin maksud bhikkhu jebolan Sri Lanka itu adalah 3 jenis kesaktian (abhinna) seperti yang tercantum dalam Kevaddha Sutta. Tiga kesaktian itu adalah:
1) Kesaktian psikis (iddhi-pāţihāriya)
2) Kesaktian telepati (ādesanā- pāţihāriya)
3) Kesaktian nasihat (anusāsani-pāţihāriya)


Dalam Alagaddupama Sutta, Sang Buddha memberi sebuah ilustrasi tentang Dhamma (Ajaran Sang Buddha) dengan perumpamaan sebagai sebuah rakit. Ada petikan yang mengandung makna sangat penting, yaitu:

"Evameva kho, bhikkhave, kullūpamo mayā dhammo desito nittharaṇatthāya, no gahaṇatthāya."
"Kullūpamaṃ vo, bhikkhave, dhammaṃ desitaṃ, ājānantehi dhammāpi vo pahātabbā pageva adhammā."


Yang artinya:

"Demikianlah, o Para Bhikkhu, Dhamma yang telah Ku-ajarkan seperti perumpamaan rakit untuk kepentingan menyeberang, bukan untuk digenggam."
"O Para Bhikkhu, apabila kalian memahami Dhamma yang telah Ku-ajarkan seperti perumpamaan rakit, maka Dhamma saja seharusnya ditanggalkan, apalagi yang adhamma."


Saya melihat komentar dari Bhikkhu Katukurunde Ñānananda yakni menyampaikan bahwa kita jangan melekat pada keindahan Ajaran Sang Buddha ini. Meskipun kita (anggap sudah) tidak menggenggam 62 pandangan keliru, tapi semuanya akan sia-sia apabila kita justru sangat melekat pada Ajaran Sang Buddha ini.

Kita tentu saja sebaiknya menjadikan Dhamma sebagai panutan, bimbingan, jalan, yang harus diselami. Tapi jangan menggenggamnya sebagai satu hal yang perlu kita peluk erat sebagai "milikku" karena keindahannya.

Tapi ini pun hanya komentar saya atas komentar Ko Fabian terhadap komentar Bhikkhu Katukurunde Ñānananda yang mengomentari banyak komentar yang muncul dari Atthakatha dan Tika.

:)
sebenarnya nama bhikkhunya yg benar yg manaa? kakuturunde ato katukurunde? :)) :)) :))

 [at] bro peacemind,
sankhata dhamma itu apa? kyknya pernah denger... ;D ;D ;D
May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #17 on: 30 November 2009, 08:06:20 PM »
 [at]  Cittadewi:

Nama yang benar itu adalah Kaṭukurunde Ñānananda. Kaṭukurunde adalah nama desa di mana beliau lahir. Nama upasampadanya adalah Ñānananda. Di Sri Lanka, selain nama upasampada, seorang samanera atau bhikkhu juga menyandang nama kota atau desa. Sebagai contoh, kalau nama upasampadanya adalah Saddhaviro dan nama kotanya adalah Jepara, maka nama yang dikenal adalah Jepara Saddhaviro.

Saṅkhatadhamma itu adalah segala fenomena yang berkondisi. Itu merupakan oposit dari asaṅkhatadhamma (sesuatu yang tidak berkondisi) atau nibbāna.

Be happy

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #18 on: 01 December 2009, 12:43:27 AM »
Jika kalimatnya "hanya" orang2 egois yang menentang Atthakatha dan Tika maka implikasinya berarti di luar itu, orang2 yang berpandangan sama, yang menyetujui dan tidak menentang Atthakatha dan Tika PASTI-lah tidak egois. Benarkah demikian?
Saya melihat merupakan 2 hal yang berbeda antara sikap menentang dan bersikap egois. Seseorang yg menentang belum tentu didasari pandangan egois, memang bisa saja bbrp penentangan didasari pandangan egois yg dirasa berbeda dg pandangannya atau malah karena sindrom megalomania dengan memosisikan diri sbg tokoh kontroversial dan mendapat perhatian dr hal tsb. Sebaliknya seseorang yang menyetujui Atthakatha dan Tika pun belum tentu "pasti" tidak egois, malah sangat mungkin egois karena itulah mereka tidak membiarkan adanya orang yang menentang Atthakatha dan Tika.

Daripada terburu-buru menyimpulkan, lebih baik investigasi dulu dasar pemikiran org tsb menentang Atthakatha dan Tika. Jika berangkat dari dasar pandangan bahwa Atthakatha dan Tika "pasti" BENAR, maka siapapun yg tidak menyetujui akan dianggap egois. Sebaliknya jika berangkat dari dasar bahwa Atthakatha dan Tika "pasti" SALAH, maka siapapun yang menyetujui Atthakatha dan Tika akan dianggap salah juga. Kalau sudah begini, maka telunjuk akan saling mengarah dan debat kusir pun dapat dimulai.

Mungkin, solusi paling baiknya dengan memulai menyelidiki terlebih dulu thdp Atthakatha dan Tika itu sendiri dengan Kanon sbg standarisasi pembandingnya. Mencoba mengambil dari sisi "presume innocent until proven guilty". Bukan dg metode Orde Baru "presume guilty until proven innocent" sbgmn yg digunakan oleh a certain people. Lebih lanjut jika ada ditemukan 1 hal bertentangan antara Tipitaka dengan Atthakatha-Tika, pendapat saya maka ajaran langsung dari Sang Buddha mendapat prioritas terlebih dahulu. Sedangkan referensi lain, penambahan hasil kerja belakangan dari para siswanya mendapat prioritas belakangan. Karena bukan tanpa alasan, bahwa seorang buddhist tentu mereka yang memiliki keyakinan pada Sang Buddha Gotama, bukan pada Buddha-Buddha lainnya dari negeri antah-berantah, bukan pada orang-orang tertentu yang menyandang nama Buddha juga, atau mereka yang mengaku Buddha, atau mereka yang diyakini sbg Buddha, ataupun pada siswa-siswinya.

Dan lagi, hal-hal berkenaan ini sudah diramalkan sebelumnya oleh Sang Buddha sehubungan dengan sebab-sebab hancurnya Buddha-sasana.

Menurut ini:
AN 5.79 Anagata-bhayani Sutta: ShowHide
Quote

"And again, there will be in the course of the future monks undeveloped in body... virtue... mind... discernment. They — being undeveloped in body... virtue... mind... discernment — will not listen when discourses that are words of the Tathagata — deep, profound, transcendent, connected with the Void — are being recited. They will not lend ear, will not set their hearts on knowing them, will not regard these teachings as worth grasping or mastering. But they will listen when discourses that are literary works — the works of poets, elegant in sound, elegant in rhetoric, the work of outsiders, words of disciples — are recited. They will lend ear and set their hearts on knowing them. They will regard these teachings as worth grasping and mastering. Thus from corrupt Dhamma comes corrupt discipline; from corrupt discipline, corrupt Dhamma.

"This, monks, is the fourth future danger, unarisen at present, that will arise in the future. Be alert to it and, being alert, work to get rid of it. [yang terakhir maksud Sang Buddha adalah: "Waspadalah!! Waspadalah!! Kejahatan bukan hanya terjadi karena niat pelaku] :P

SN 20.7 Ani Sutta: ShowHide
Quote

"In the same way, in the course of the future there will be monks who won't listen when discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — are being recited. They won't lend ear, won't set their hearts on knowing them, won't regard these teachings as worth grasping or mastering. But they will listen when discourses that are literary works — the works of poets, elegant in sound, elegant in rhetoric, the work of outsiders, words of disciples — are recited. They will lend ear and set their hearts on knowing them. They will regard these teachings as worth grasping & mastering.

"In this way the disappearance of the discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — will come about.

"Thus you should train yourselves: 'We will listen when discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — are being recited. We will lend ear, will set our hearts on knowing them, will regard these teachings as worth grasping & mastering.' That's how you should train yourselves."

AN 7.21 Bhikkhu-aparihaniya Sutta: ShowHide
Quote

"As long as the monks neither decree what has been undecreed nor repeal what has been decreed, but practice undertaking the training rules as they have been decreed, their growth can be expected, not their decline.


Mettacittena,
appamadena sampadetha

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #19 on: 01 December 2009, 10:48:16 AM »
Tidak melekat pada pandangan benar itu sendiri adalah pandangan benar.

Melekat pada Dhamma pada suatu moment adalah baik tapi akhirnya itu semua harus dilepas semuanya.

Ketika Dhamma dilekati selalu maka yang terjadi adalah muncul "keakuan/ilusi diri" tanpa disadari. Sehingga mempertahankan pandangan benar itu sendiri yang kita pikir suatu kebenaran tanpa melihat keseluruhan aspek Dhamma sebagaimana adanya sesuai sifat alaminya adalah sebuah ilusi.

Ada beberapa analogi : ketika kita berada suatu ruangan kosong dan berdiri tepat ditengahnya dan melhat sekelilingnya, kita hanya melihat sebuah ruangan yang kosong. Tetapi ketika kita berjalan memperhatikan ruangan itu, ternyata ada tembok yang tidak datar, cat yang terkelupas, dan disalah satu sudut ruangan ternyata berdebu. Sehingga ruangan itu sebenarnya tidak kosong, karena ada debu, dan aspek lainnya temboknya tidak datar.

Analogi lainnya : ketika ada sebuah ruangan kosong, dan kita melihatnya dari atas maka hanya ditemukan 4 sudut, demikian dari depan, belakang dst. Tetapi ketika kita masuk keruangan itu kita hanya berpikir hanya terdiri dari 8 sudut, tetapi jika diperhatikan lebih lanjut maka ada 16 sudut. Demikianlah kita seharusnya melihat Dhamma dalam setiap aspeknya.

Seperti perumpamaan Ajahn Brahm " ketika kita memegang sebuah gelas dengan tangan lurus kedepan, dan kita lakukan setiap saat maka gelas itu akan goyang dan akhirnya terjatuh dan pecah akibat tangan kita tegang dan kelelahan, tetapi jika kita tahu tangan sudah tidak bisa melebihi kapasitasnya bertahan maka ia taruh gelas itu dimeja, mana yang lebih enak, memegang gelas dengan ketegangan tangan atau relaks?

Demikian sekarang kita semua belum merealisasikan Dhamma , banyak hal yang kita anggap benar padahal selama ada kilesa tidaklah benar sepenuhnya. Pada akhirnya Dhammalah yang terus bekerja dan berjalan terus dengan alami dalam kebisuannya tanpa menghiraukan hingar bingar yang terjadi.

Sammaditthi adalah salah satu jalan(aspek Dhamma), tetapi ketika kita berjalan pada jalan itu maka setiap titik dari jalan itu kita tinggalkan hingga sampai pada ujung jalan dan mencapai tujuan yang dituju dan kita duduk ditempat tujuan itu selamanya beristirahat. Dan jalan2 itu menjadi masa lalu.

Bila kita melekati suatu jalan maka kita tidak akan berjalan melewati titik - titik jalan disepanjang jalan yang akhirnya hanya berjalan ditempat. atau hanya mondar-mandir disepanjang jalan itu.

Pada akhirnya setiap kata, setiap pandangan, setiap pernak-pernik disini atau diseluruh alam hanyalah sebuah fenomena-fenomena.
 _/\_
« Last Edit: 01 December 2009, 11:14:54 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #20 on: 02 December 2009, 07:11:33 PM »
Makanya bila kita ingin memelajari suatu agama, kita harus meninjau langsung ajarannya dari Kitab Utama Agama itu; jangan hanya mendengar dari komentar maupun ceramah pemuka agama.

Tidak hanya karena egoistik maupun tidak tahu atau ikut arus. Beberapa orang / skolar yang berkomentar karena mereka memiliki pengalaman yang berbeda dengan isi Tika, isi Atthakatha maupun isi Sutta. Kalau apa yang mereka alami berbeda dengan apa yang tertulis di dalam teks, sangat mungkin mereka akan mengeluarkan komentar yang berbeda.

Karena itu, sangat sulit untuk benar-benar menguasai seluruh literatur Buddhis. Kecuali bila seseorang itu telah mampu merealisasi hakikat Dhamma yang tertinggi.


Quote from: Fabian C
Saya sangat setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Samanera Dhammasiri, umumnya para scholar demikian, mungkin ada beberapa diantara scholar yang memberi komentar karena tidak tahu dan ikut arus.
Pernah suatu ketika saya berdebat dengan bhikkhu (maaf samanera,   bhikkhu tsb juga jebolan Srilanka tapi sudah disrobe). beliau mengatakan bahwa keistimewaan Sang Buddha hanya tiga dan itu tertuang dalam Tevijjavacchagotta sutta di majjhima nikaya. (jadi menurut beliau abhinna Sang buddha hanya tiga jenis).

Saya merasa kaget menghadapi fakta bahwa ada bhikkhu kita bahkan mendegradasikan kemampuan Sang Buddha. Lalu saya ambil Majjhima Nikaya dan saya perlihatkan bahwa banyak di dalam sutta yang lain ada disebutkan abhinna ada enam bukan tiga seperti pendapat beliau.

...

Ko Fabian yang baik...

Mungkin maksud bhikkhu jebolan Sri Lanka itu adalah 3 jenis kesaktian (abhinna) seperti yang tercantum dalam Kevaddha Sutta. Tiga kesaktian itu adalah:
1) Kesaktian psikis (iddhi-pāţihāriya)
2) Kesaktian telepati (ādesanā- pāţihāriya)
3) Kesaktian nasihat (anusāsani-pāţihāriya)


Dalam Alagaddupama Sutta, Sang Buddha memberi sebuah ilustrasi tentang Dhamma (Ajaran Sang Buddha) dengan perumpamaan sebagai sebuah rakit. Ada petikan yang mengandung makna sangat penting, yaitu:

"Evameva kho, bhikkhave, kullūpamo mayā dhammo desito nittharaṇatthāya, no gahaṇatthāya."
"Kullūpamaṃ vo, bhikkhave, dhammaṃ desitaṃ, ājānantehi dhammāpi vo pahātabbā pageva adhammā."


Yang artinya:

"Demikianlah, o Para Bhikkhu, Dhamma yang telah Ku-ajarkan seperti perumpamaan rakit untuk kepentingan menyeberang, bukan untuk digenggam."
"O Para Bhikkhu, apabila kalian memahami Dhamma yang telah Ku-ajarkan seperti perumpamaan rakit, maka Dhamma saja seharusnya ditanggalkan, apalagi yang adhamma."


Saya melihat komentar dari Bhikkhu Katukurunde Ñānananda yakni menyampaikan bahwa kita jangan melekat pada keindahan Ajaran Sang Buddha ini. Meskipun kita (anggap sudah) tidak menggenggam 62 pandangan keliru, tapi semuanya akan sia-sia apabila kita justru sangat melekat pada Ajaran Sang Buddha ini.

Kita tentu saja sebaiknya menjadikan Dhamma sebagai panutan, bimbingan, jalan, yang harus diselami. Tapi jangan menggenggamnya sebagai satu hal yang perlu kita peluk erat sebagai "milikku" karena keindahannya.

Tapi ini pun hanya komentar saya atas komentar Ko Fabian terhadap komentar Bhikkhu Katukurunde Ñānananda yang mengomentari banyak komentar yang muncul dari Atthakatha dan Tika.

:)

Teman-teman sekalian dan saudara Upasaka yang baik,
Maksud dari tulisan saya sebenarnya hanya merngritik bila ada pendapat yang mengatakan untuk jangan melekati rakit, padahal belum menyeberang (bahkan mungkin belum pernah naik rakit).
Secara logika bila ada ombak besar menerjang, ketika kita berada dalam rakit kemudian ada badai besar, apakah kita tidak akan berpegangan sekuat-kuatnya pada rakit tersebut?
Yang dimaksud oleh Sang Buddha dalam Alagaddupama sutta jelas sekali, yaitu gunakanlah Dhamma sebagai rakit untuk menyeberang.
Bagaimana bila sudah sampai? Tentu akan seperti yang sudah dikatakan Sang Buddha, yaitu melepaskan rakit (yang terjadi secara otomatis) .

Sering sekali orang menyalah-gunakan sutta ini,
Sehingga orang-orang yang kurang mengerti Dhamma akan menjauhkan diri dari Dhamma,
dan mereka yang tak mengerti akan semakin jauh dari mempraktikkan Dhamma, karena anggapan Dhamma jangan dilekati.

Jadi sebelum menggunakan rakit ia telah melihat rakit dalam sudut pandang negatif.

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #21 on: 02 December 2009, 07:19:45 PM »
Quote
"As long as the monks neither decree what has been undecreed nor repeal what has been decreed, but practice undertaking the training rules as they have been decreed, their growth can be expected, not their decline.

 _/\_   :lotus:
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #22 on: 03 December 2009, 09:50:32 AM »
Numpang lewat, AADD ? Ada Apa Dengan Ditthi? Koq kesannya Ditthi itu dialergikan sekali. Dalam AN 10.93: Ditthi Sutta dijelaskan Ditthi/View/Pandangan Sang Buddha koq. Merealisasikan Dhamma bukan berarti tanpa Ditthi.

ps: Sotapanna tentu hanya mematahkan sakayaditthi, right?

karena kebanyakan ditthi yg digunakan adalah merujuk ke miccha ditthi, bro......

pun juga dalam lobha cetasika (lotika), salah satunya adalah ditthi cetasika

jadi mungkin sudut ini yg sedang dibahas, bukan ditthi dalam artian umum yg tentunya ada juga samma ditthi....



PS : eniwei, banyak sekali hal2 yg saya bisa dapat dari diskusi rekan2 disini 

anumodana _/\_
« Last Edit: 03 December 2009, 09:52:36 AM by markosprawira »

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Hanya orang-orang yang egoistik yang akan menentang A??hakath? dan ?ika
« Reply #23 on: 03 December 2009, 12:24:31 PM »
Dalam memberikan komentar atas komentar atau apapun itu, kondisi bathin pemberi komentar itu juga sangat penting. Dalam hal ini erat kaitannya dengan CETANA (kehendak berbuat), apakah karena egois atau bukan... Semua-nya kembali kepada pribadi masing-masing.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

 

anything