//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sharing & Tanya Jawab Tradisi Membakar Kertas Nilai Spiritual yang Lenyap  (Read 39592 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Sippp kk fabian..^^

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
menurut saya sih gak bisa dinilai gitu juga. hal yg jelek, tetep aja jelek.
gak bisa karena hio+kertas lebih jelek dari hio saja, lalu hio saja menjadi gak jelek.
imo, mungkin ritualnya perlu diperbaharui tanpa mencampakkan nilai2nya dan ini perlu waktu satu generasi.


Saya tidak menilai hio+kertas lebih jelek dari hio saja, lalu hio saja menjadi gak jelek. Tapi saya lebih mengacu pada 2 dampak yang muncul karena perbuatan yang dilakukan juga ada 2, dalam hal ini dampak segi ekonominya. Jika seseorang bakar kertas + hio maka jelas dampaknya adalah dampak dari bakar kertas dan hio, tidak mungkin muncul hanya dampak hio saja. Sebaliknya dampak yang muncul dari memasang hio saja, tidaklah mungkin dampak dari perbuatan bakar kertas itu muncul.

Jika dikatakan ritualnya perlu diperbarui, saya agak bingung, karena ritualnya toh bakar kertas itu sendiri, kalau diganti ya bukan ritual bakar kertas lagi.

BTW, benar apa salah, saya pernah dengar bahwa ritual bakar kertas ini justru merupakan perbaruan ritual dari ritual korban berupa makhluk hidup yang dilakukan Kaisar China pada masa lalu. Saat kaisar wafat maka ia akan dikubur bersama dengan para prajurit setianya, dayang-dayang yang masih hidup dan barang yang dibutuhkannya. Karena dianggap cukup sadis maka lama-kelamaan tradisi ini diubah menjadi tradisi bakar kertas, sehingga tidak heran ada patung-patung kertas berbentuk manusia sebagai pelayan yang nantinya dibakar. Mungkin ada rekan-rekan yang bisa mengkonfirmasi kisah ini.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Mokau Kaucu

  • Sebelumnya: dtgvajra
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.293
  • Reputasi: 81
saya tidak ikut2an ato membela salah satu pihak, tp apa yg di urai kan ryu adalah benar, mau di ke-manakan buddhism jk di campur aduk seperti itu, kita sendiri sudah korban ajaran gado-gado, cilaka nya ajaran gado-gado malah membuat buddhism menjadi buram...

jd jgn salah jk ada bhikkhu yg menggabungkan beberapa kepercayaan dr tiongkok dibawah nama buddhism, krn asumsi nya buddha ada didalam ajaran kepercayaan tiongkok. hal yg paling gampang adalah mahayana yg ada di cina dan jepang, sama sekali telah bergeser, yg seharusnya belajar dhamma, malah jd sibuk ngurus ritual, blom bakar2 kertas, blom lg sutta2 di buat lagu (ini masih pro-kontra) dan didagangkan "katanya" dana yg diperoleh tuk alasan kemanusiaan, blom lg ada beladiri dalam vihara, blom lg vihara jd museum/toko beraneka patung (besar-kecil, dewa-dewi), ada ciam si/stik ramalan di vihara dan lain nya...

hal paling simple, klo kita ketemu rekan kita yg muslim/nasrani... pasti diantara kita pernah ditanya "imlek ga pergi ke vihara yg di sono (red. maksudnya kelenteng) rame loh, ada prtunjukan barongsai n naga", "anda agama buddha ? klo sembayang di vihara yg di sono (red. sekali lg maksudnya adalah kelenteng) ya ?", beberapa minggu lalu disalah satu kota terjadi keributan antara umat dan pengurus kelenteng tri dharma sampai2 ada demo di rumah ketua pengurus kelenteng dan parahnya umat (yg muda) marah2 sambil berteriak kata2 se-isi kebun binatang dijalan raya kebetulan pula rumah pengurus kelenteng berseberangan dgn gereja, yg ada malah muncul pernyataan bahwa umat buddha ribut2, demo2 n ngomong kasar dijalanan...

kenapa itu semua terjadi, ya karena terjadi pembauran ajaran... jd di indonesia, asumsi umum adalah buddha = kong hu cu = taoisme, klo ga di luruskan masalah ini, turun 2/3 generasi berikut, agama buddha semakin ga jelas... bole dong, agama buddha menunjukan "ini loh ajaran buddha", agama konfucius menunjukan "ini loh ajaran kong hu cu, ajaran taoisme menunjukan "ini loh ajaran tao"... jgn dicampur adukan.


Mau nambahin juga.  Memperingati Hari Trisuci Waisak di Borobudur diganti oleh tokoh Buddhist sendiri jadi Perayaan  Festival Waisak! Katanya untuk mendatangkan turis . Padahal turis datang karena ingin lihat upacara yang sakral, sederhana tapi bermakna, bukan mau lihat pesta. Mereka kalau mau lihat pesta pasti pergi ke Mardi Gras di Rio de Janeiro atau ke Ibiza.

Lengkap dah pengaburan ajaran luhur YMS Buddha Gotama.
~Life is suffering, why should we make it more?~

Offline Shining Moon

  • Sebelumnya: Yuri-chan, Yuliani Kurniawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.148
  • Reputasi: 131
udah deh yee....
daripada ribut2 ga juntrungan, mendingan datang aja deh ke acara.
terus, kalau masih ada yang ga sreg, ya monggo nanya-nanya di situ..
Life is beautiful, let's rock and roll..

Offline oranglama

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 20
  • Reputasi: 1
  • Semoga semua mahluk berbahagia
udah deh yee....
daripada ribut2 ga juntrungan, mendingan datang aja deh ke acara.
terus, kalau masih ada yang ga sreg, ya monggo nanya-nanya di situ..
sis shining moon, karena ada forum,
maka ada pertukaran beda pendapat.

Mau ribut/ tidak ribut bebas2 saja.
leave it or like it.

Anda suka? join..
Anda tidak suka? tinggalkan..

bagi yang tidak dapat pergi ke acara tersebut,
mereka dapat bertanya-tanya di sini.
itulah guna forum

 _/\_

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Quote
Saya tidak menilai hio+kertas lebih jelek dari hio saja, lalu hio saja menjadi gak jelek. Tapi saya lebih mengacu pada 2 dampak yang muncul karena perbuatan yang dilakukan juga ada 2, dalam hal ini dampak segi ekonominya. Jika seseorang bakar kertas + hio maka jelas dampaknya adalah dampak dari bakar kertas dan hio, tidak mungkin muncul hanya dampak hio saja. Sebaliknya dampak yang muncul dari memasang hio saja, tidaklah mungkin dampak dari perbuatan bakar kertas itu muncul.
bukankah itu sangat jelas? yg saya gak mengerti adalah maksud dan tujuan anda menuliskan hal itu...

Jika dikatakan ritualnya perlu diperbarui, saya agak bingung, karena ritualnya toh bakar kertas itu sendiri, kalau diganti ya bukan ritual bakar kertas lagi.

BTW, benar apa salah, saya pernah dengar bahwa ritual bakar kertas ini justru merupakan perbaruan ritual dari ritual korban berupa makhluk hidup yang dilakukan Kaisar China pada masa lalu. Saat kaisar wafat maka ia akan dikubur bersama dengan para prajurit setianya, dayang-dayang yang masih hidup dan barang yang dibutuhkannya. Karena dianggap cukup sadis maka lama-kelamaan tradisi ini diubah menjadi tradisi bakar kertas, sehingga tidak heran ada patung-patung kertas berbentuk manusia sebagai pelayan yang nantinya dibakar. Mungkin ada rekan-rekan yang bisa mengkonfirmasi kisah ini.
saya pernah denger yg senada, dari nara sumber yg sama.
ini yg saya maksud ritualnya diperbaharui. diganti dengan yg lebih manusiawi, lebih environment-friendly, lebih efisien tanpa mengorbankan nilai dibaliknya (bakti, hormat, dsb).
« Last Edit: 04 April 2011, 12:12:03 AM by morpheus »
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Quote
saya pernah denger yg senada, dari nara sumber yg sama.
ini yg saya maksud ritualnya diperbaharui. diganti dengan yg lebih manusiawi, lebih environment-friendly, lebih efisien tanpa mengorbankan nilai dibaliknya (bakti, hormat, dsb).

And rather than burn spirit money, rituals at Dharma Drum Mountain now feature large screens showing stock footage of joss paper being burnt.

Nah itu metode Dharma Drum yg eco-friendly  :D :D :D

Sy jg pernh liat foto, kalau g salah di Fo Guang Shan tempatnya, para master Mahayana dan sejumlah besar umat berkumpul merayakan Ullambana, mereka hanya membakar SATU saja kapal kertas KECIL. Nah ini contoh green pula. Karena maksudnya toh hanya simbolisasi, makanya y kecil"an ajah.... :D

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
And rather than burn spirit money, rituals at Dharma Drum Mountain now feature large screens showing stock footage of joss paper being burnt.

Nah itu metode Dharma Drum yg eco-friendly  :D :D :D

Sy jg pernh liat foto, kalau g salah di Fo Guang Shan tempatnya, para master Mahayana dan sejumlah besar umat berkumpul merayakan Ullambana, mereka hanya membakar SATU saja kapal kertas KECIL. Nah ini contoh green pula. Karena maksudnya toh hanya simbolisasi, makanya y kecil"an ajah.... :D _/\_

The Siddha Wanderer

bold,
IMO, bakar-membakar kertas (uang2an/kapal2 kecil/rumah2an. dsb .....) walaupun sebagai simbol dan tujuannya utk apapun, seharusnya tidak dilakukan, karena bukan bagian Buddha Dhamma.

Nah sekarang para master biksu pula melakukannya pada saat upacara2, akhirnya seringlah timbul persepsi2 salah kemudian hari.
inilah yang sering rancu diantara Dhamma sejati dan tradisi.

 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Quote
bold,
IMO, bakar-membakar kertas (uang2an/kapal2 kecil/rumah2an. dsb .....) walaupun sebagai simbol dan tujuannya utk apapun, seharusnya tidak dilakukan, karena bukan bagian Buddha Dhamma.

Nah sekarang para master biksu pula melakukannya pada saat upacara2, akhirnya seringlah timbul persepsi2 salah kemudian hari.
inilah yang sering rancu diantara Dhamma sejati dan tradisi.

hahahahah.... apa bedanya bakar satu kapal kertas kecil dengan bakar 1 batang hio? Asal tidak punya pandangan salah tentang kapal itu bakal transfer ke alam lain, y gak masalah.

Bakar hio dan kertas sama" tradisi.

Nah umat yang mulai mengerti lama" hanya akan menggunakan 1 batang hio saja karena berapa batangpun sama saja (ini sekaligus menghapus takhayul brp batang hio A untuk keperluan A) krn tujuannya hanya simbolik saja dan mengikuti tradisi! Tapi bedanya ia lakukan dengan usaha kesadaran pengertian yg benar dan sadar akan lingkungan, walau mengikuti tradisi, jadinya y hanya pake 1 hio saja.

Demikain juga bakar" SATU kapal kertas KECIL.

Kalau mau gak bakar ya terserah.....hahahahahha.. dalam pandangan Buddha Dharma, bakar gak bakar tidak ada masalah, yg jd persoalan adalah pengertian dan kebiasaan bakar"an selama ini yg takhayul dan tidak bermanfaat sama sekali. Dijamin deh, kalau sudah mengerti makna bakar" yg sesungguhnya, pasti:

1. Pake metode large screen ala Dharma Drum
2. Bakar kecil"an ajah... satu doang cukup untuk rame", mau 10.000 orang sekalipun y cukup SATU kapal kertas KECIL atau SATU batang HIO :-[.... sbg simbol penghormatan tradisi
3. Atau tidak bakar" sama sekali  :)) :)) :)) .. be REALISTIC and MODERN dude! huahahah  8)

Anw, segala macam tindakan, bisa dipersepsi salah...  8)

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 04 April 2011, 06:41:49 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
^^^
 :))
anggap keduanya adalah bukan Buddha Dhamma

hio tradisi dari Hindu dan sudah ada sebelum munculnya Buddha.
bakar kertas kapal tradisi dari mana ?awal mulai terjadi nya dimana !


 _/\_
« Last Edit: 04 April 2011, 09:13:41 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
bukankah itu sangat jelas? yg saya gak mengerti adalah maksud dan tujuan anda menuliskan hal itu...

Maksud saya sudah saya sampaikan di atas yaitu adanya dua dampak yang terjadi jika melakukan tradisi pembakaran kertas yang pasti juga menggunakan hio. Dengan demikian kita bisa mempertimbangkan lagi tradisi bakar kertas tersebut, entah nantinya mau dimodifikasi atau di tinggalkan.

Quote
saya pernah denger yg senada, dari nara sumber yg sama.
ini yg saya maksud ritualnya diperbaharui. diganti dengan yg lebih manusiawi, lebih environment-friendly, lebih efisien tanpa mengorbankan nilai dibaliknya (bakti, hormat, dsb).

Bukankah ini berkesan tanggung-tanggung, Sdr. Morp ?Jika ingin merubah ritualnya, kenapa tidak ala Buddhis saja  sekalian, seperti  pelimpahan jasa dengan memberi dana kepada bhiksu/ku atas nama almarhum, bukankah ini juga tanda bakti, tanda hormat, ramah lingkungan?
Contoh kisah di atas, dari tradisi ritual dikubur hidup  dengan tanah menjadi ritual bakar kertas pakai api. Bukankah ini saja sudah beda cara? Seharusnya juga bisa merubahnya dengan cara ala Buddhis., benar tidak?

GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
hahahahah.... apa bedanya bakar satu kapal kertas kecil dengan bakar 1 batang hio?

Bedanya bakar satu kapal kertas kecil pasti juga menggunakan bakar hio, tapi bakar hio belum tentu bakar satu kapal kertas kecil .
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
And rather than burn spirit money, rituals at Dharma Drum Mountain now feature large screens showing stock footage of joss paper being burnt.

Nah itu metode Dharma Drum yg eco-friendly  :D :D :D

Sy jg pernh liat foto, kalau g salah di Fo Guang Shan tempatnya, para master Mahayana dan sejumlah besar umat berkumpul merayakan Ullambana, mereka hanya membakar SATU saja kapal kertas KECIL. Nah ini contoh green pula. Karena maksudnya toh hanya simbolisasi, makanya y kecil"an ajah.... :D
oh, ternyata reformasi ritual itu udah terjadi di dharma drum dan fo guang shan...
senang mengetahui mereka mampu melakukan dan mempelopori perubahan ke arah yg lebih baik tanpa membuang nilai2 dan maknanya.

Anw, segala macam tindakan, bisa dipersepsi salah...  8)
betul, betul... yg penting memang adalah menggunakan kecerdasan untuk memahami makna dan esensi di balik ritual2 itu...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Bedanya bakar satu kapal kertas kecil pasti juga menggunakan bakar hio, tapi bakar hio belum tentu bakar satu kapal kertas kecil .

ada kesamaan yaitu 'sama2 membakar' itu lho jadi alasan klasik bro  :))
jadi master/biksu mengadakan upacara ada 'bakar kapal kecil/rumah2an/uang2an) utk menyenangi umat aja atau sebaliknya ?  ^-^


« Last Edit: 04 April 2011, 10:00:54 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Maksud saya sudah saya sampaikan di atas yaitu adanya dua dampak yang terjadi jika melakukan tradisi pembakaran kertas yang pasti juga menggunakan hio. Dengan demikian kita bisa mempertimbangkan lagi tradisi bakar kertas tersebut, entah nantinya mau dimodifikasi atau di tinggalkan.
tradisi bakar kertas itu bikin polusi itu saya setuju. dimodifikasi atau ditinggalkan itu saya setuju, contohnya yg dilakukan dharma drum.
yg saya gak mengerti, arah anda membandingkan hio+kertas dengan hio saja di post sebelumnya. apakah maksud anda mereka yg menggunakan hio+kertas diconvert menjadi hio saja karena less damaging? apakah itu maksud anda? ataukah maksud anda penggunaan hio saja juga perlu dimodifikasi atau ditinggalkan?

Bukankah ini berkesan tanggung-tanggung, Sdr. Morp ?Jika ingin merubah ritualnya, kenapa tidak ala Buddhis saja  sekalian, seperti  pelimpahan jasa dengan memberi dana kepada bhiksu/ku atas nama almarhum, bukankah ini juga tanda bakti, tanda hormat, ramah lingkungan?
Contoh kisah di atas, dari tradisi ritual dikubur hidup  dengan tanah menjadi ritual bakar kertas pakai api. Bukankah ini saja sudah beda cara? Seharusnya juga bisa merubahnya dengan cara ala Buddhis., benar tidak?
kalo untuk buddhis sendiri sih, ok aja, tapi setahu saya ritual itu bukan milik buddhis belaka. gak sopan kan kalo menyuruh orang yg kepercayaannya lain (chinese tradisi, taois, khc) untuk menghapus ritualnya lalu diconvert menjadi ritual buddhis berdana kepada bhikkhu... kepercayaannya aja udah beda. pemerintah hongkong dan singapur udah berpuluh2 tahun pengen merubah dan mengurangi ini, tapi tidak bisa dan juga tidak bisa dilarang karena menyangkut kepercayaan dan tradisi yg sensitif...

mengenai kisah itu, benar saya setuju. itu yg saya maksud diperbaharui.
dan senang mengetahui ada yg sudah berusaha mengubahnya di post om gandalf di atas.
saya pikir kita udah setuju di sini. thanks.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

 

anything