bold,
IMO, bakar-membakar kertas (uang2an/kapal2 kecil/rumah2an. dsb .....) walaupun sebagai simbol dan tujuannya utk apapun, seharusnya tidak dilakukan, karena bukan bagian Buddha Dhamma.
Nah sekarang para master biksu pula melakukannya pada saat upacara2, akhirnya seringlah timbul persepsi2 salah kemudian hari.
inilah yang sering rancu diantara Dhamma sejati dan tradisi.
hahahahah.... apa bedanya bakar satu kapal kertas kecil dengan bakar 1 batang hio? Asal tidak punya pandangan salah tentang kapal itu bakal transfer ke alam lain, y gak masalah.
Bakar hio dan kertas sama" tradisi.
Nah umat yang mulai mengerti lama" hanya akan menggunakan 1 batang hio saja karena berapa batangpun sama saja (ini sekaligus menghapus takhayul brp batang hio A untuk keperluan A) krn tujuannya hanya simbolik saja dan mengikuti tradisi! Tapi bedanya ia lakukan dengan usaha kesadaran pengertian yg benar dan sadar akan lingkungan, walau mengikuti tradisi, jadinya y hanya pake 1 hio saja.
Demikain juga bakar" SATU kapal kertas KECIL.
Kalau mau gak bakar ya terserah.....hahahahahha.. dalam pandangan Buddha Dharma, bakar gak bakar tidak ada masalah, yg jd persoalan adalah pengertian dan kebiasaan bakar"an selama ini yg takhayul dan tidak bermanfaat sama sekali. Dijamin deh, kalau sudah mengerti makna bakar" yg sesungguhnya, pasti:
1. Pake metode large screen ala Dharma Drum
2. Bakar kecil"an ajah... satu doang cukup untuk rame", mau 10.000 orang sekalipun y cukup SATU kapal kertas KECIL atau SATU batang HIO
.... sbg simbol penghormatan tradisi
3. Atau tidak bakar" sama sekali
.. be REALISTIC and MODERN dude! huahahah
Anw, segala macam tindakan, bisa dipersepsi salah...
The Siddha Wanderer